Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sisi Gelap Alun-alun Kidul, Tumpukan Sampah yang Luput dari Pandangan
9 Juni 2024 15:37 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Assara Bintari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa sih yang tidak tahu Alun-alun Kidul? Alun-alun Kidul Yogyakarta atau yang biasa dikenal sebagai Alkid, merupakan sebuah ikon yang tak terpisahkan dari keindahan kota Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Dibangun pada masa kekuasaan Mataram Islam, alun-alun ini menjadi pusat kegiatan sosial, budaya, dan politik. Salah satu peninggalan bersejarah yang masih terjaga hingga saat ini adalah “Ringin Kembar” atau dua pohon beringin serupa yang megah dan menjadi simbol alun-alun ini sejak zaman dulu.
Bagi para pengunjung yang ingin mencari kuliner yang menarik sambil berjalan-jalan menikmati suasana malam Jogja, mereka bisa memilih dari banyak sekali pedagang kaki lima yang berjualan di sekitaran alun-alun.
Alun-alun Kidul Yogyakarta bukan hanya sekadar tempat wisata biasa, tetapi juga sebuah perwujudan dari kehidupan dan budaya masyarakat Yogyakarta yang kaya. Dengan sejarahnya yang memukau, kegiatan budayanya yang beragam, dan pesonanya yang memikat, alun-alun ini telah menjadi magnet bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara. Bagi siapa pun yang mengunjungi Yogyakarta, menjelajahi keindahan Alun-alun Kidul adalah pengalaman yang tak boleh dilewatkan.
ADVERTISEMENT
Menilik Sejarah Alun-alun Kidul
Alun-alun Kidul merupakan bagian penting dalam penataan ruang keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Alun-alun Kidul resmi ditetapkan sebagai sebuah struktur cagar budaya berdasarkan Keputusan Gubernur DIY Nomor 2 tanggal 23 Juli 2020. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya nilai budaya dan sejarah tempat ini dan tugas kita adalah bersama-sama untuk melindungi lingkungan tersebut.
Alun-alun Kidul memiliki sejarah yang kaya dan panjang sebagai pusat kegiatan sosial, budaya dan politik sejak masa Mataram Islam. Dahulu Alun-alun Kidul digunakan sebagai tempat pertemuan penting, upacara keagamaan, dan berbagai acara budaya adat. Pada titik ini, alun-alun menjadi pusat kehidupan masyarakat, tempat berbagai lapisan masyarakat berinteraksi dan merayakan berbagai peristiwa penting.
Selain itu, Alun-alun Kidul juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kompleks kraton. Sebagai tempat yang penuh dengan nilai sejarah dan budaya, Alun-Alun Kidul sudah selayaknya dilindungi dan dihormati sebagai warisan budaya yang berharga untuk dilestarikan.
ADVERTISEMENT
Kaya akan sejarah dan berperan penting dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta, Alun-alun Kidul menjadi tempat yang menarik dan mempesona bagi mereka yang ingin merasakan keajaiban dan keindahan kota Yogyakarta.
Ada apa di balik keramaian dan kemegahan Alun-alun Kidul?
Namun, dibalik keindahan dan ketenarannya di mata wisatawan, Alun-alun Kidul ternyata memiliki sebuah permasalahan yang “tersembunyi” yang berada di balik pagar yang mengelilingi kedua pohon beringin ditengah alun-alun. Dari luar, nampak bahwa lapangan dan daerah sekeliling pohon tersebut bersih dan baik-baik saja. Akan tetapi, jika kita lihat lebih dekat ke dalamnya, ternyata terdapat banyak sampah yang menumpuk dan berserakan di dalam pagar ini.
Siapa yang menyangka bahwa keseluruhan daerah alun-alun ini masih aman dari masalah sampah, tetapi di dalam pagar pohon beringin tersebut bertumpuk berbagai jenis sampah, mulai dari styrofoam, plastik-plastik bening bekas jajanan, hingga yang anehnya terdapat bantal yang menggantung di sela-sela ranting pohon beringin. Ini menjadi sebuah perhatian khusus bagi wisatawan yang mungkin lebih teliti memperhatikan di dalam pagar tersebut, walaupun dari banyak setiap pengunjung yang berkunjung di Alun-alun Kidul pasti ada wisatawan yang memperhatikan dan mengundang sebuah pertanyaan bagi mereka mengapa banyak sampah yang berserakan di dalam pagar tersebut.
ADVERTISEMENT
Tumpukan sampah ini kemungkinan besar berasal dari wisatawan yang mengunjungi Alun-Alun Kidul, terutama yang bersantai atau berkeliaran di dekat kawasan pohon beringin. Letak kantong plastik sampah yang biasanya berada jauh dari posisi wisatawan mungkin menyebabkan wisatawan asal dalam membuang sampah mereka ke sembarang tempat termasuk ke dalam pagar pohon beringin ini. Meskipun di Alun-Alun Kidul ini sudah ada jadwal untuk pengangkutan sampah setiap hari, tetapi sampah di dalam pagar pohon beringin ini masih terlewat dan terabaikan. Keberadaannya yang berada di dalam pagar tebal dengan ketinggian sedang inilah yang mungkin saja menyebabkan wisatawan mencuri-curi kesempatan membuang sampah di dalamnya, sehingga menjadi alasan mengapa sampah disini menumpuk.
Apakah yang sebenarnya terjadi, mengapa kebersihan di dalam pagar Ringin Kembar tersebut seakan terlewat dari pandangan? Mengapa sampah yang ada di dalam pagar Ringin Kembar tersebut tidak dibersihkan? Padahal, Ringin Kembar tersebut merupakan bagian dari main attraction di sana, apalagi kawasan Alun-Alun Kidul merupakan bagian dari kawasan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan juga telah secara resmi ditetapkan sebagai cagar budaya. Yang mana seharusnya dapat dijaga dengan sebaik-baiknya. Apakah pihak dari dinas yang mengurusi masalah kebersihan di Alun-Alun Kidul tidak menyadari adanya tumpukan sampah di sana atau memang dengan terpaksa dilewatkan karena alasan tertentu?
ADVERTISEMENT
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Selama mencari tahu mengenai penyebab masalah sampah yang berserakan di dalam pagar Alun-alun Kidul, kami juga bertemu dengan salah satu pihak yang juga sependapat dan sepaham dengan opini kami yang berkaitan dengan fakta kehadiran sampah yang menumpuk di dalam pagar pohon beringin. Pihak yang sama terkejutnya dengan kami mengetahui fakta tersebut adalah KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang juga hadir untuk melakukan aksi pembersihan di tengah kami melakukan observasi di Alun-alun Kidul. Pihak KAMMI juga terkejut saat mengetahui seberapa kotor kondisi dalam pagar pohon beringin tersebut. Oleh karena itu, kami semakin yakin untuk membuat sejenis campaign yang harapannya dapat memberi informasi baru dan juga meningkatkan kesadaran para wisatawan dan pengelola untuk bersama-sama menjaga, menghargai, serta menghormati seluruh bagian dari Alun-alun Kidul.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam proses observasi dan wawancara dengan para pedagang dan warga sekitar, kami menemukan adanya sebuah paguyuban bernama Paparazi, yang mana merupakan paguyuban sukarela yang memiliki agenda rutin pembersihan Alun-Alun Kidul dan sekitarnya, dan juga berdasarkan keterangan beberapa pedagang, Paparazi mengurusi terkait perizinan dagang mereka. Akan tetapi, yang kami dapatkan adalah ternyata Paparazi juga tidak memiliki hak untuk membersihkan bagian dalam pagar Ringin Kembar tersebut. Kemudian, yang menjadi pertanyaan adalah siapakah yang memiliki hak dan kepada siapakah kami bisa mencari informasi dan memohon izin apabila berinisiatif untuk mengadakan pembersihan di area tersebut?
Sekilas Opini
Keberadaan sampah di Alun-alun Kidul merupakan masalah yang mencerminkan masih terlewatnya perhatian dan kurangnya kesadaran wisatawan terhadap kebersihan lingkungan yang ada disekitar. Apalagi Alun-alun Kidul ini sebagai salah satu destinasi wisata tempat rekreasi yang seharusnya dijaga kebersihannya agar tetap indah untuk dikunjungi, karena ini merupakan aspek penting yang sangat mempengaruhi pengalaman para wisatawan sendiri. Alun-alun Kidul yang telah banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara harus memberikan kesan yang baik disaat mereka berkunjung di alun Alun-Alun Kidul tersebut, karena sampah yang berserakan dapat mengurangi nilai estetika dan kenyamanan di Alun-Alun Kidul sendiri.
ADVERTISEMENT
Dengan fasilitas tempat sampah yang disediakan oleh pihak Alun-Alun Kidul, terkadang banyak sampah yang masih berserakan dimana-mana disaat banyaknya kehadiran pengunjung karena disebabkan kurangnya kesadaran yang dimiliki pengunjung sendiri yang tidak memperhatikan membuang sampah pada tempatnya. Tidak hanya sampah yang ada di sekitar Alun-alun Kidul itu sendiri yang menjadi sebuah perhatian, tetapi masih ada banyak sampah yang ada di dalam pagar Ringin Kembar tersebut yang berserakan, ini yang menjadi sebuah pertanyaan mengapa sampah yang ada di dalam pagar ringin kembar tersebut jarang atau diabaikan untuk selalu dibersihkan padahal ada cukup banyak sampah yang ada di dalam pagar itu.
Terabaikannya sampah yang ada di dalam pagar Alun-alun Kidul ini merupakan sesuatu yang seharusnya menjadi dasar dari langkah tegas yang harus diambil, utamanya dari pihak pengelola untuk lebih teliti lagi memperhatikan secara keseluruhan lokasi Alun-alun Kidul, khususnya yang ada di dalam pagar Ringin Kembar tersebut, sejauh mana kebersihan yang diperhatikan yaitu tidak hanya sampah yang ada di sekitar area Alun-alun Kidul akan tetapi di dalam pohon beringin tersebut juga harus lebih diperhatikan. Selain itu, pencegahan atau edukasi pada wisatawan juga bisa lebih ditingkatkan.
ADVERTISEMENT
Peningkatan jumlah tempat sampah juga dapat ditingkatkan di berbagai titik-titik yang strategis untuk memudahkan pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya, misalnya tempat sampah sebaiknya juga diletakkan di dalam lapangan dengan jarak-jarak terukur dan tersebar dengan merata di seluruh bagian lapangan, sehingga pengunjung berkemungkinan besar dapat membuang sampah dengan benar alih-alih membuang sembarangan atau bahkan di buang di dalam pagar.
Sebagai tambahan, sebaiknya tempat sampah juga dibedakan antara organik dan non-organik untuk mendukung upaya daur ulang. Maka dari, itu sistem kebersihan yang ada di Alun-alun Kidul perlu diperbaiki lagi karena pengelolaan sampah yang kurang efektif membuat area ini sering kali terlihat kotor, yang tentu saja mengurangi kenyamanan pengunjung yang datang.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas Alun-alun Kidul dapat kita simpulkan bahwa tempat ini bukan hanya sekadar destinasi wisata biasa, melainkan juga simbol kehidupan dan kekayaan budaya Yogyakarta.
Alun-alun Kidul yang mempunyai sejarah panjang sebagai pusat kegiatan sosial, budaya dan politik yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat setempat dan merupakan bagian integral dari penataan ruang Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Alun-alun Kidul mempunyai daya tarik yang kuat bagi wisatawan, tetapi ternyata terdapat permasalahan tersembunyi terkait kebersihan, khususnya di dalam pagar Rringin Kembar yang berada di tengah lapang Alun-alun Kidul. Sampah yang berserakan di kawasan tersebut menimbulkan pertanyaan atas kesadaran seluruh stakeholder dan wisatawan dalam menjaga lingkungan sekitar.
Perlu upaya bersama untuk menjaga keindahan dan kebersihan Alun-alun Kidul yang memerlukan peran aktif pengelola, masyarakat dan pengunjung agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Melalui upaya bersama, Alun-alun Kidul dapat terus menunjukkan daya tariknya sebagai destinasi wisata yang menarik dan memperkaya pengalaman wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
ADVERTISEMENT