Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Fenomena Les Balita: Antara Ambisi Orang Tua atau Pelanggaran Undang-undang?
1 Desember 2024 16:43 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Astrid Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena les privat semakin marak, bahkan merambah ke usia dini. Pada dasarnya dengan adanya les privat bagi anak-anak dapat membantu anak dalam mencapai keinginan dan cita-citanya, serta sebagai bekal ilmu tambahan diluar jam sekolah. Namun saaat ini banyak lembaga pendidikan dan guru privat menawarkan program baca tulis untuk anak usia 3-5 tahun. Fenomena ini memunculkan pertanyaan mendasar: apakah les privat baca tulis untuk balita merupakan upaya positif untuk merangsang kecerdasan anak, atau hanya sebuah bentuk ambisi orang tua yang berlebihan, bahkan mungkin melanggar hak dasar anak untuk bermain dan berkembang secara alami?
ADVERTISEMENT
Para orang tua saat ini banyak yang mendaftarkan anaknya dalam les privat baca tulis dengan tujuan sebagai persiapan sebelum memasuki dunia pendidikan. Orang tua berambisi agar anak mereka bisa lebih unggul dibanding anak anak yang lainnya, dan beranggapan bahwa dengan memasukkan anak les privat lebih praktis tanpa mereka bersusah payah mengajari anaknya baca tulis. Tetapi tidak hanya itu saja, fenomena les privat untuk anak dibawah lima tahun ini juga sebagai tren dikalangan ibu ibu yang memiliki anak kecil. Hal ini seperti ajang pamer bahwa anak anak mereka sudah diperkenalkan dengan berbagai kegiatan les.
Namun tanpa mereka sadari bahwa memaksakan annak balita mengikuti les baca tulis yang tidak sesuai juga ada dampaknya. Otak anak balita berkembang secara pesat melalui berbagai stimulasi, terutama melalui bermain. Kegiatan bermain memungkinkan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar, berinteraksi dengan orang lain, dan mengembangkan berbagai keterampilan sosial dan kognitif. Membebani anak dengan pelajaran formal seperti membaca dan menulis di usia dini dapat menghambat perkembangan otak yang alami ini. Les privat dapat menimbulkan tekanan psikologis pada anak. Anak-anak usia balita belum siap untuk menghadapi tuntutan akademik yang tinggi. Mereka membutuhkan waktu untuk bermain, bersosialisasi, dan mengembangkan rasa percaya diri.
ADVERTISEMENT
Secara hukum memanglah belum ada ketentuan atau undang-undang, baik pidana maupun perdata, yang spesifik mengatur mengenai batas umur pelaksanaan les privat untuk anak. Namun pada UU nomor 25 tahun 2014 Pasal 34 ayat (2) bagian keempat mengenai Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan Prasekolah, yang berbunyi "Materi Pemberian komunikasi informasi dan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai tahap tumbuh kembang dan kebutuhan Anak Usia Sekolah dan Remaja”. Bisa disimpulkan bahwa pemberian edukasi atau pembelajaran dilakukan pada anak anak usia sekolah hingga remaja, yang mana itu berarti bahwa anak diusia balita tidak disarankan. Tak hanya itu pada pasal 35 ayat 1a juga menjalaskan tentang perlindungan kesehatan anak yang meliputi “Menjamin terpenuhinya hak-hak Anak agar dapat hidup, tumbuh,dan berkembang sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan”. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengatur hak anak untuk bermain, berkreasi, dan beristirahat. Namun UU ini telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016.
Seharusnya les privat baca tulis untuk balita ini patut dipertanyakan kembali. Alih-alih mengejar prestasi akademik sejak dini, orang tua sebaiknya fokus pada memberikan stimulasi yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Dengan memberikan ruang bagi anak untuk bermain dan belajar secara alami, kita dapat membantu mereka tumbuh menjadi individu yang sehat, cerdas, dan bahagia. Pada dasarnya yang dibutuhkan anak anak balita adalah melalukan kegiataan kegiatan untuk mengasah motoriknya. Alih alih memasukkan anak dalam kegiatan les yang mana membuat anak merasa terbebani dengan berbagai tekanan yang mana dapat berdampak negatif pada anak. Sebagai gantinya, orang tua dapat merangsang perkembangan anak melalui berbagai kegiatan yang menyenangkan dan sesuai dengan usia mereka, seperti membacakan cerita secara rutin dapat merangsang imajinasi anak dan memperkenalkan mereka pada dunia bahasa. Tidak hanya itu, melalui permainan juga membantu anak mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan kognitif. Dan Kegiatan seni seperti menggambar membantu anak mengekspresikan diri dan mengembangkan kreativitas. Dan hal hal sederhana itu lebih membuat anak merasa senang dalam menjalankannya.
ADVERTISEMENT