Konten dari Pengguna

Krisis Identitas di Masa Remaja Apakah Normal Atau Haruskah Kita Lawan?

Athaya Daffa Firstya W
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
2 Oktober 2024 20:34 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Athaya Daffa Firstya W tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar 1 (Remaja yang sedang kebingungan untuk berinteraksi) Sumber: Keira Burton on Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1 (Remaja yang sedang kebingungan untuk berinteraksi) Sumber: Keira Burton on Pexels
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian menanyakan “Sebenarnya siapa sih aku ini?” atau “Tujuanku hidup di dunia ini buat apa ya?” ataupun “Apakah aku akan bahagia dengan apa yang aku punya sekarang?” Jika pernah maka artinya kalian sedang ada dalam masa remaja dimana dianggap sebagai tahap peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
ADVERTISEMENT
Fase ini pasti akan dilalui individu sebagai bentuk proses pencarian jati diri. Disini remaja tidak hanya dihadapkan dengan perubahan fisik, tetapi juga dengan berbagai pertanyaan mendalam tentang siapa mereka sebenarnya. Mereka tidak tahu harus berprinsip, berharap, berbuat dan bersikap apa di tengah kehidupan yang penuh dengan pilihan pola pikir yang yang cepat dan menawarkan 'kebenaran' mereka masing-masing.
Proses pencarian identitas diri dapat disebut sebagai krisis identitas. Permasalahan ini juga menjadi pokok bahasan yang pernah diungkapkan di dalam teori psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson. Menurutnya, krisis identitas adalah tahap untuk membuat keputusan terhadap permasalahan-permasalahan penting yang berkaitan dengan pertanyaan tentang identitas dirinya.
Umumnya fase ini akan dialami remaja ketika mereka berusia 10 hingga 20 tahun. Di masa inilah saat yang tepat untuk remaja bereksplorasi untuk mencari jawaban akan pertanyaan yang mereka lontarkan. Oleh karena itu, terkadang ada beberapa remaja yang menyalahi aturan atau norma sosial yang berlaku di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Ditinjau dari status pembentukan identitas, remaja yang menyalahi norma sosial kemungkinan besar berada dalam role confusion atau keadaan dimana remaja kehilangan arah, tidak bisa melakukan eksplorasi, dan tidak memiliki ketetapan terhadap peran-peran tertentu, sehingga akhirnya tidak mampu menentukan identitas dirinya. Mereka cenderung untuk menghindari masalah dan cenderung mencari jalan keluar demi kepuasan pribadi yang harus dipenuhi dengan segera.
Role confusion sering kali dialami oleh remaja yang tidak mendapatkan perhatian penuh dari lingkungannya. Berbeda halnya ketika remaja mampu menemukan identitas diri yang paling ideal dan merasa cocok akan identitasnya, maka bisa dikatakan remaja tersebut berhasil menyelesaikan fase ini. Hasilnya, akan terbentuk jati diri yang kuat dan stabil pada diri individu remaja tersebut.
ADVERTISEMENT
Lantas apakah krisis identitas ini normal dan apakah harus dilawan? Menurut Erikson setiap tahapan perkembangan kepribadian manusia akan selalu dihadapkan dengan bentuk krisisnya masing-masing sehingga ini merupakan hal yang wajar terjadi dan seorang remaja harus bisa untuk memiliki daya juang tinggi dan rasa ingin tahu yang besar untuk bisa keluar dari fase krisis dalam kehidupan mereka. Berikut beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk menanggulangi krisis identitas agar tidak berdampak panjang pada kepribadian individu remaja, antara lain:
1. Menanamkan Nilai–Nilai Agama Kepada Remaja.
Dengan adanya nilai–nilai agama dalam kehidupan maka akan menjadi pengendali dalam menghadapi dorongan atau keinginan yang terbentuk akibat setiap tahapan kehidupan mereka. Ini dikarena nilai agama akan menjadi bagian dari kepribadian yang bisa menjadi pedoman untuk mengatur sikap, pikiran maupun tingkah laku individu. Seiring berjalannya waktu, akan terpatri di alam bawah sadar bahkan sampai dewasa. Selain itu, jika nilai-nilai agama sudah tertanam dalam diri remaja, maka juga berfungsi untuk membantu batin remaja ketika mengalami kegoncangan jiwa, gejolak batin dan pengendali moral yang berguna bagi ketenangan hidup.
ADVERTISEMENT
2. Menciptakan Lingkungan yang Nyaman Bagi Remaja
Hubungan kedekatan antara orang tua, teman sebaya, institusi pendidikan, dan lingkungan masyarakat akan membantu remaja menghadapi krisis identitas. Menurut Santrock (2018), orang tua menjadi sosok fundamental dalam perkembangan identitas remaja. Maka dari itu, orang tua diharapkan bisa memberikan medium yang aman untuk eksplorasi diri remaja. Peran teman sebaya juga dapat menjadi lingkungan yang aman bagi proses pencarian identitas dengan melakukan sharing antar teman sehingga individu tidak merasa dihakimi oleh orang yang lebih tua. Institusi pendidikan seperti sekolah juga menjadi lini yang tak kalah penting sebagai tempat paling banyak remaja menghabiskan waktunya. Sekolah dapat membantu dalam optimalisasi perkembangan remaja, seperti melalui bimbingan konseling dan penyediaan berbagai kegiatan ekstrakurikuler (Maulida dkk., 2023).
ADVERTISEMENT
3. Berfokus Prestasi dan Kemampuan diri
Setiap individu pasti memiliki kemampuan mereka sendiri-sendiri dan dengan kita fokus, tekun, dan membulatkan tekad kepada hal yang kita mampu maksimalkan nantinya akan membuahkan pencapaian atau prestasi sebagai bentuk dari kerja keras yang telah kita lakukan. Sehingga ketika kita fokus terhadap apa yang kita miliki nantinya akan tahu hal apa saja yang perlu di evaluasi demi meningkatkan kualitas diri dan akhirnya bisa membantu mengurangi perasaan ketidakpuasan dan keraguan diri.
4. Melakukan Refleksi Diri Secara Mendalam
Seorang individu remaja harus bisa untuk meluangkan waktunya demi melakukan refleksi diri untuk mengenali perasaan dan pikiran secara jujur. Bisa dengan menanyakan pada diri sendiri apa yang membuatmu masih tetap bertahan hingga sekarang, apa yang benar-benar penting bagimu, apa yang kamu hargai, dan apa yang membuatmu merasa puas serta bahagia. Menulis jurnal atau berbicara dengan seseorang yang dipercayai bisa membantu memvalidasi perasaanmu dan memberi perspektif baru.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, setiap remaja pasti akan melewati fase krisisnya masing-masing. Itu merupakan proses untuk menemukan jati diri mereka dan merupakan hal yang wajar untuk terjadi karena di tahapan kehidupan selanjutnya juga akan dihadapkan dengan berbagai krisis lainnya. Dengan adanya krisis, kita akan tetap bisa hidup karena pasti akan dipaksa untuk bisa bertahan hidup mencari jalan keluar dari fase krisis yang kita alami. Tidak perlu khawatir untuk berhadapan dengan krisis karena sejatinya pasti akan ada kiat-kiat untuk menanggulanginya seperti yang telah disebutkan diatas.
Referensi:
Anonymus. (2022). Krisis Identitas pada Remaja dan Pengendalian Dirinya. Diakses dari (https://mpsi.uma.ac.id/krisis-identitas-pada-remaja-dan-pengendalian-dirinya/).
Clsd. Psikologi. (2024). “Siapakah Aku?” Krisis Identitas yang Biasa Dialami Remaja. Diakses dari (https://clsd.psikologi.ugm.ac.id/2024/05/04/siapakah-aku-krisis-identitas-yang-biasa-dialami-remaja/).
Fadhli.Rizal. (2022). Mengapa Remaja Rentan Mengalami Krisis Identitas?. Diakses dari (https://www.halodoc.com/artikel/mengapa-remaja-rentan-mengalami-krisis-identitas?srsltid=AfmBOopfBVaX0lk33LDZRT-BqFNpD4xfOnUpS4Y-uRG39teCT80rNpKM).
ADVERTISEMENT