Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Konsep Sister City: Bagaimana Geografi Politik Memandangnya?
2 April 2023 18:49 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Athifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seringkali kita mendengar istilah kota kembar atau sister city di mana banyak yang berpikir bahwa sister city ini adalah kota dari dua negara yang berbeda dan memiliki lokasi atau kebudayaan yang mirip. Lalu, apakah arti sister city yang sebenarnya?
ADVERTISEMENT
Sister city dapat diartikan sebagai kota kembar atau kota bersaudara di mana konsep dari sister city ini merupakan penggandengan dua kota dari negara yang berbeda dan berjarak jauh yang memiliki kesamaan karakteristik, identitas, geografis, dan kepentingan politik atau ekonomi dengan tujuan untuk menjalin kerja sama antara kota yang sifatnya luas, disepakati secara resmi dan berjangka waktu panjang. Sister city merupakan proses transfer pengetahuan.
Wujud dari kerja sama ini kemudian diadopsi salah satunya oleh Kota Bandung (Indonesia) dan Kota Suwon (Korea Selatan) yang diresmikan pada tanggal 25 Agustus 1997 oleh Wahyu Hamijaya selaku Wali Kota Bandung dan Sim Jae Douk selaku Wali Kota Suwon.
Dalam kerja sama sister city ini kedua kota tersebut melakukan peningkatan perbaikan dan pertumbuhan di berbagai bidang, seperti ekonomi dan perdagangan, pendidikan, kebudayaan dan pariwisata, kesehatan, sumber daya manusia, hingga bidang lingkungan hidup.
ADVERTISEMENT
Dalam sejarahnya, sebuah studi menemukan bahwa kebanyakan hubungan awal sister city terbentuk dari program pasca Perang Dunia II, salah satu di antaranya adalah Kota Coventry (Inggris) dengan Kota Stalingrad (Uni Soviet) yang pada saat itu saling membantu dengan tujuan untuk mencapai solidaritas dan perdamaian sehingga ini menjadi penggerak utama karena adanya kesamaan identitas antara kedua kota tersebut yang sama-sama menjadi korban pada Perang Dunia II.
Pada literatur lain menyebutkan bahwa sister city awalnya diciptakan di White House oleh Presiden Eisenhower di tahun 1956. Eisenhower menggambarkan sebuah organisasi yang dapat menjadi pusat perdamaian dan kemakmuran dengan cara menciptakan ikatan (bonding) antara orang-orang dari berbagai kota di seluruh dunia.
Dengan terbentuknya hubungan ini, Eisenhower berargumen bahwa orang dari budaya yang berbeda tetap bisa merayakan dan menghargai perbedaan tersebut dan membangun kemitraan yang akan mengurangi kemungkinan terjadinya konflik baru.
ADVERTISEMENT
Sejak awal, sister city telah memainkan peran utamanya dalam memperbarui serta memperkuat hubungan global. Kemitraan awalnya termasuk hubungan perdagangan antara Kota Seattle (Washington) dan Kota Tokyo (Jepang) untuk memperbaiki ketegangan pasca Perang Dunia II dengan menciptakan pertukaran budaya dan pendidikan yang kemudian menjalin hubungan yang erat.
Adapun tujuan dari Sister City ini adalah untuk menjalin kerja sama antara pemerintah kota di satu negara dengan negara lain yang orientasinya sebagai upaya untuk terjalinnya ikatan (bonding) atau hubungan persahabatan dan saling percaya antar negara yang berbeda.
Saat ini, tujuan dari Sister City bersifat luas di antaranya mencakup kerja sama ekonomi, pemerintahan, pembangunan, pengelolaan sumber daya alam, kebudayaan, dan pendidikan.
Selain digunakan sebagai alat diplomasi, Sister City juga dapat dilihat dari kacamata Geografi Politik yang pembahasannya sesuai karena di dalamnya mencakup peran Place, Space, dan Power yang akan dijelaskan sebagai berikut
ADVERTISEMENT
Dengan hal ini, peran ketiganya sangat penting dalam melihat konsep sister city dari sudut pandang geografi politik di mana awal mulanya sister city terbentuk karena memiliki kesamaan karakteristik dan kesamaan tempat yang terbatas sehingga adanya space dapat mengembangkan suatu kerja sama.
ADVERTISEMENT
Kemunculan Space dipengaruhi oleh power yang mana sumber dari suatu power ini ada pada trust atau kepercayaan pemerintah kota dalam menjalin hubungan kerja sama sister city tersebut. Dapat disimpulkan bahwa suatu power dapat membuat space yang bisa berkembang dan dapat mengubah place yang sifatnya baku/permanen sehingga ketika space berkembang maka akan menciptakan ruang-ruang baru dalam suatu place.
Inilah pentingnya peran geografi politik untuk membuat space yang bisa berkembang sehingga suatu place dapat berubah menjadi ruang-ruang baru dan keduanya tak luput dari peran power yang mempengaruhi kemunculan suatu space.
Dapat kita lihat pada kerja sama sister city antara Kota Bandung dan Kota Suwon terdapat banyak peluang untuk menciptakan ruang baru dalam menjalin kerja sama antara dua kota yang berbeda negara ini.
ADVERTISEMENT
Dalam kerja sama antara Kota Bandung dan Kota Suwon memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuh program prioritas di Kota Bandung yang sudah disampaikan sebelumnya.
Sub Bagian Hubungan Antar Lembaga berusaha untuk mengoptimalkan perannya sebagai penghubung bagi Kota Bandung untuk bekerja sama dengan institusi, organisasi, dan pemerintah daerah baik di dalam negeri maupun luar negeri pada era dunia yang tak memiliki batas ini.