Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Pelajaran Berharga Dari Adik
13 Juni 2024 6:49 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Audya Febryannanda Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurutku pelajaran yang berharga tidak hanya didapatkan dari orang yang lebih tua, lebih mapan, lebih iman, dan segala macam sebutannya. Ini soal adikku, Dimana bait per bait yang dilontarkan, terdengar begitu indah ketika melihatku, berbaring lesu saat merenungi diri.
ADVERTISEMENT
Aku tidak tahu, bagaimana fikirmu ketika membaca ini? Tapi ini sungguh-sungguh yang kurasakan, tentang kedewasaan seorang adik, sehingga menguatkanku untuk terus bertahan dan mencoba. Siswi pinter itu terlontar dari mulut ke mulut ‘ibu-ibu’ di sekitar dusun rumah, aku sangat gembira mendengar ucapan itu. Namun, ada masanya template itu terdengar seperti menghina keadaanku saat itu.
Masa suram yang membuat pujian yang kuterima dahulu menjadi seperti panah yang menusuk, merusak semua saraf-sarafku sehingga, aku merasa tidak berguna bagi keluaraga maupun orang banyak, aku tidak melakukan kesalahan atau pun hal gila. Itu hanya sebuah tragedi naas yang kualami.
Ketika baru menduduki bangku kelas tiga, sekolah dasar menegah. Aku mengalami kecelakaan antar motor di depan rumah sendiri disaksikan oleh banyak orang dan yang lebih menyedihkan darah bercucuran ditangan Ibu, aku ditabrak oleh pengguna motor lain yang memotong angkot yang sedang memberhentikan penumpang. Menurut cerita orang-orang saat ditabrak, Aku terjatuh dengan posisi kepala belakang terbentur ke aspal. Aku langsung dilariakan ke Rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Dari cerita Ibu, aku koma selama dua hari karena geger otak atau cedera kepala. Menurut dokter yang menangani operasi itu, ada darah kotor yang tertinggal di kepala, sehingga membuat komaku lebih lama dari yang seharusnya. Bekas jahitan itu, sempat mau dibongkar kembali untuk membersihkan sisa darah kotor itu. Namun, takdir berkata lain, aku sadar meski melumpuhkan sedikit ingatanku.
Jika kamu berfikir aku amnesia sementara? Itu tidak benar dan tidak salah yah. Awalnya saat mendengar cerita Ibu aku juga berfikit demikian, ‘amnesia semnetara’ karena aku tidak mengingat apapun soal tragedi itu. Bagaimana aku kecelakaan, dimana aku koma, aku tidak mengigingat apapun, yang kuingat aku sedang libur semester dan akan segera bersekolah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan keterangan dokter, aku bukan amnesia sementara tetapi ‘amnesia total’, dimana aku tidak akan pernah bisa mengingat seminggu sebelum kejadian itu terjadi hingga aku sadar total, saat proses penyembuhan terlaksana, selain amnesia total aku juga sempat mengalami dampak geger otak yaitu bersikap seperti anak kecil atau tingkah laku tidak sesui dengan umur asli.
Setelah di rawat begitu lama, aku kembali bersekolah. Meski, 3 bulan lagi masa ujian kelulusan akan segera terlaksana. Sebanarnya, saat itu Ibu berencana meminta izin agar aku menunda satu tahun sekolah, tetapi keras kepala sudah melekat didiri ini, aku tidak mau dan tetap melanutkan sekolah disinilah template cerita ini dimulai.
Aku melaksanakan ujian susulan sekolah, karena tidak sempat mengikuti ujian saat itu. Belajar giat, hingga les privat dan rajin datang kesekolah itu keseharianku, tetapi tetap saja tidak menghasilkan nilai yang bagus.’ Aku gagal’ bukan hanya tidak mendapatkan peringkat pertama tetapi juga menjadi bahan omongan ‘ibu-ibu’ dusun.
ADVERTISEMENT
Ucapan yang mereka lontarkan, terdengar menjijikan dengan bahasa halus, seolah-olah mengasihani. Aku yang terlihat begitu hebat menjadi terlihat begitu menyedihkan, saat itu aku benar-benar kesal dengan tuhan dan dunia, Mengapa ia membiarkan masalah terus bertubi-tubi menghadangku?.
Setiap hari, mata menatap penuh iba kepadaku, dan itu terlihat sangat menjiikan, tiba-tiba mereka memuji orang lain dan membandingkan prestasi yang kuraih saat itu. Omongan yang awalnya membuatku bangga, menjatuhkanku. Padahal mereka mengetahui konsisiku saat itu tetapi tidak membuat mulut mereka bungkam, mereka tetap sibuk membandingkan nilaiku dengan anak mereka. Fikirku saat itu ‘apa salahku?’ mereka mengasihaniku atau sebanarnya menyerangku dengan kalimat lembut dan hangat itu.
Kesedihan yang menumpuk dihati, terus membayangi langkah kakiku, seolah-olah aku bukan orang yang berguna lagi. Namun, ia tiba-tiba datang dengan kalimat yang entah darimana ia pelajari, tetapi itu sangat menghiburku dan menghangatkan hati yang hampa. Aku yang tidak melihat jalan keluar, hanya hitam, gelap, hingga mampu melihat jalan keluar. Matahari yang terbenam pun muncul karenanya.
ADVERTISEMENT
Dia tidak berkata banyak, hanya mendatangiku kekamar dan berkata “hidup itu ngak selamanya indah, karena hidup itu ngk indah makanya berusaha mau sepahit apapun omongan orang-orang itu, dari dulu meraka itu ngak pernah jadi kawan, mereka terus memuji untuk menemukan waktu menghina. Bangkit sekarang dan buktikan.” Ini kata Adik yang tiba-tiba menjadi dewasa seketika.
Adik yang ada ketika aku susah, ia yang tetap bersama walaupun tidak begitu memperlihatkan kepeduliannya padaku. Wanita hangat, dan menjadi sosok yang memberikan kekuatan pada tubuh, otak, dan seluruh saraf untuk kembali semangat dan mulai belajar giat melebihi siapapun itu.
Kata yang dilontarkannya melakat djiwaku, hingga sekarang, hingga aku berhasil kuliah di Politeknik Negeri Jakarta, dan merupakan salah satu mahasiswa rantau yang lulus. Bangga sekali rasanya, bisa mengembalikan hinaan mereka ke mulut mereka sendiri. Sekarang hinaan itu kembali menjadi pujian yang tak terbendung.
ADVERTISEMENT
Harapanku satu, semoga adikku juga bangga memiliki aku sebagai kakak, hanya ini, itu saja, apakah boleh aku mengaharapkan ini tuhan?. Menurtmu bagimana? Apakah harapan itu bisa menjadi harapan yang terwujud. Aku tidak tahu bagaimana kondisi hidupmu sekarang dan apakah aku berhak mengatakan ini?, tetapi teruslah sayangi, dan cintai orang-orang yang disisimu.