Konten dari Pengguna

Polusi Udara: Ancaman Depresi dan Solusi Teknologi untuk Menguranginya

Augie Humaira Putri
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12 Desember 2024 14:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Augie Humaira Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi polusi udara, sumber: Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi polusi udara, sumber: Freepik.com
ADVERTISEMENT
Di kota-kota besar, langit biru terasa seperti kenangan yang kian memudar. Kabut tipis bercampur debu dan asap kendaraan menjadi pemandangan yang akrab bagi kita. Polusi udara telah menjadi “normal baru” dalam kehidupan sehari-hari dan tidak lagi sekadar ancaman lingkungan.
ADVERTISEMENT
Partikel berbahaya mengisi udara yang kita hirup setiap hari dan memengaruhi banyak aspek kehidupan. Meskipun kita sudah terbiasa dengan kemacetan dan udara kotor, dampak polusi pada tubuh jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan. Efeknya tidak hanya terlihat pada fisik, tetapi juga menyentuh aspek yang lebih mendalam.
Selain memengaruhi kesehatan fisik, polusi udara juga memiliki dampak besar terhadap kesehatan mental. Yuk, kita cari tahu lebih dalam bagaimana polusi udara bisa memengaruhi kondisi mental dan apa peran teknologi modern dalam mengurangi polusi udara?
Dampak Polusi Udara Terhadap Depresi dan Gangguan Kecemasan
Tawil (2023) mengungkapkan bahwa populasi yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi yang lebih tinggi cenderung melaporkan kesehatan mental yang buruk. Mereka menunjukkan tingkat stres, kecemasan, dan gejala depresi yang lebih tinggi. Polusi udara dapat memicu respons inflamasi, yaitu reaksi biologis tubuh terhadap cedera atau penyakit yang melibatkan sistem kekebalan tubuh. Respons inflamasi berpotensi memengaruhi fungsi otak dan kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Ketika tubuh kita terpapar polusi udara, tubuh akan memberikan reaksi dengan memicu respons inflamasi untuk melawan zat asing tersebut. Hal ini memicu pelepasan zat kimia yang disebut sitokin. Produksi sitokin yang tinggi dapat mengganggu keseimbangan neurotransmiter di otak, seperti serotonin dan dopamin yang berperan dalam mengatur suasana hati dan emosi. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti depresi dan gangguan kecemasan.
Menurut Kompas.com (2023), yang dilansir dari Live Science, para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang tidur di daerah dengan tingkat polusi ekstrem memiliki risiko 60 persen lebih tinggi mengalami tidur yang tidak efisien dibandingkan dengan yang tinggal di daerah dengan udara bersih. Polusi udara mengganggu tidur dengan meningkatkan kadar stres, yang pada akhirnya memperburuk kondisi mental seseorang.
ADVERTISEMENT
Peran Teknologi dalam Mengurangi Polusi Udara
Teknologi memainkan peran penting dalam mengurangi polusi di Indonesia. Salah satu teknologi yang mendukung upaya ini adalah zeolit, mineral alami yang memiliki potensi untuk menyaring polusi udara. Zeolit bekerja dengan cara mengikat polutan ke dalam struktur porinya melalui proses adsorpsi. Polutan udara yang terperangkap ke dalam pori-pori zeolit, tidak dapat kembali ke atmosfer. Zeolit sangat efektif untuk menyaring gas berbahaya seperti karbon dioksida, amonia, dan gas asam lainnya yang biasa ditemukan di kendaraan bermotor dan asap pabrik.
Zeolit dapat digunakan di sistem ventilasi rumah untuk membersihkan udara dalam ruangan, meningkatkan kualitas udara di tempat tinggal, dan mengurangi polusi yang bisa berpengaruh pada kesehatan. Penggunaannya yang luas, dari sektor industri hingga rumah tangga, menunjukkan bahwa teknologi penyaringan berbasis zeolit dapat menjadi solusi yang efektif dan ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Penutup
Polusi udara yang dapat memicu stres, kecemasan, dan gangguan mental lainnya menjadi perhatian penting di masa kini. Dengan memanfaatkan teknologi penyaringan udara yang ramah lingkungan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat, tidak hanya bagi tubuh tetapi juga bagi kesehatan mental kita. Mari bersama-sama berperan aktif dalam menjaga kualitas udara demi masa depan yang lebih baik!
Referensi:
Tawil, M. R. (2023). Paparan racun dan polusi udara pada remaja di Jakarta: Hubungan dengan gejala psikotik dan efek pada kesejahteraan mental. Jurnal Psikologi dan Konseling West Science, 1(4), 215–222.
Kompas.id. (2023). Populasi dan Kesehatan Mental. Kompas.