Konten dari Pengguna

Kurangi Polusi Udara dengan Berjalan Kaki

Aulia Fahridza
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta
5 Desember 2024 19:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aulia Fahridza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: https://www.pexels.com/
zoom-in-whitePerbesar
source: https://www.pexels.com/
ADVERTISEMENT
Polusi udara bukan lagi masalah yang awam di tengah pemanasan global yang kian memperburuk kualitas lingkungan. Masalah ini harusnya menjadi prioritas semua orang. Maraknya penggunaan transportasi juga berpengaruh terhadap tingkat polusi udara. Meskipun teknologi semakin canggih untuk menghadirkan transportasi umum yang menggunakan energi listrik, tetapi pengaruh yang dihasilkan tak berperan banyak dalam mengurangi polusi udara, karena masih banyak orang yang memilih untuk menggunakan transportasi pribadi.
ADVERTISEMENT
Mengingat pernyataan BMKG di tahun terakhir, bahwa hampir 67% polusi udara bersumber dari transportasi. Tak bisa dimungkiri juga bahwa sebagian besar orang telah menggunakan berbagai macam transportasi dalam kegiatan sehari-harinya. Hal ini bisa saja terjadi karena banyak alasan, seperti meminimalisir waktu, jarak tempuh yang dituju tidak memungkinkan untuk berjalan kaki, dan lain sebagainya. Namun, adakah upaya untuk mengurangi persentase polusi udara yang terbilang besar itu?
Tentu saja bisa, kita bisa mengurangi permasalahan polusi udara dengan satu langkah kecil, dengan berjalan kaki. Hal kecil ini harus dibiasakan agar rasa kepedulian terhadap impian lingkungan yang sehat dapat terwujud. Mulailah dengan berjalan kaki ketika ingin menempuh perjalanan yang jaraknya dekat. Lama-lama kebiasaan ini akan semakin meningkat sampai pada jarak yang jauh. Hitung-hitung olahraga dan menyehatkan tubuh.
ADVERTISEMENT
Di beberapa kota besar ataupun ibukota, akses untuk para pejalan kakipun sudah cukup memadai, seperti trotoar yang dialasi keramik, tiang pembatas jalan, bahkan jalur pemandu yang berwarna kuning untuk para penyandang disabilitas juga sudah tersedia di sepanjang trotoar, sehingga tak ada lagi alasan untuk malas mewujudkan langkah kecil ini. Selain itu juga sudah disediakan zebracross, pelican crossing, dan JPO yang bisa digunakan para pejalan kaki untuk menyebrang. Tetapi, dari berbagai macam kemudahan yang diberikan, ada saja hambatan lain yang membuat para pejalan kaki resah.
Tak jarang dijumpai di kota-kota besar, trotoar telah beralih fungsi menjadi ”pilihan nekat” para pengendara motor untuk menghindari kemacetan. Zebracross yang makin memudar tak terlihat di aspal jalan disertai pengendara yang mengebut, selain menimbulkan masalah kesehatan, perilaku pengendara seperti ini juga menghadirkan masalah baru, yaitu masalah nyawa seseorang. Kalau sudah begini siapa yang akan disalahkan?
ADVERTISEMENT
Sarana pejalan kaki yang memadai, ternyata tidak cukup untuk mengubah kebiasaan buruk para pengguna jalan dan memperbaiki kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, semua pihak wajib paham dan memiliki pengetahuan yang matang guna menghasilkan lingkungan yang bersih dan sehat dari polusi. Dengan berjalan kaki, kita sudah melakukan aksi kecil untuk mewujudkan impian yang besar untuk lingkungan.