Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Miskonsepsi Masyarakat Tentang Edukasi Seks
1 Desember 2024 15:45 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Aura Pioni Rizky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Angka kekerasan seksual yang terus bertambah di penghujung tahun 2024 ini tentunya membuat banyak masyarakat menjadi resah. Seperti salah satunya adalah kasus kekerasan seksual yang terjadi belum lama ini. Pada 25 September 2024, terjadi sebuah kasus pelecehan yang dialami oleh seorang mahasiswi perempuan angkatan 2021 dari Universitas Hasanuddin, Makassar. Pelaku yang berinisial FH merupakan salah satu dosen di universitas tersebut yang pada saat itu menjadi dosen pembimbing korban.
ADVERTISEMENT
Sehubungan dengan maraknya kasus kekerasan seksual akhir-akhir ini, banyak orang-orang yang menanggapi hal ini dengan menyuarakan pendapat mereka tentang upaya-upaya untuk mengurangi potensi terjadinya kasus serupa, dan salah satunya adalah supaya guru-guru dan orang tua memberikan edukasi seks kepada anak-anak mereka. Terutama di platform-platform besar seperti Twitter dan YouTube, banyak yang menghimbau supaya edukasi tentang seks sebaiknya diberikan kepada anak sejak dini. Pergerakan ini tentunya memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat dan menimbulkan dua kelompok dengan pemikiran yang berbeda.
Seperti yang kita ketahui, di negara Indonesia sampai sekarang ini masih banyak masyarakat yang salah memahami fungsi dari edukasi seks. Banyak dari mereka yang kerap berpikir bahwa edukasi mengenai bagaimana berhubungan seks secara aman hanyalah sebuah alasan untuk menghalalkan seks di luar pernikahan. Miskonsepsi ini mengakar pada pemahaman umum bahwa seks itu sendiri adalah hal yang tabu. Padahal, yang diajarkan dalam edukasi seks bukan hanya tentang kegiatan seks saja.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari kanal YouTube official dari World Health Organization (WHO), Dr. Venkatraman Chandra-Mouli, selaku dokter dari Departemen Kesehatan Reproduksi dan Penelitian WHO mengatakan bahwa tujuan dari edukasi seks mencakup lebih dari sekedar untuk melakukan kegiatan seksual secara aman.
“Edukasi seks pada dasarnya bertujuan akan 3 hal utama. Pertama, edukasi ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman. Kedua, ia bertujuan untuk membangun nilai-nilai dan norma-norma yang sesuai dengan hukum, serta untuk mengajarkan para anak muda untuk introspeksi diri. Ketiga, edukasi seks bertujuan untuk mengajarkan cara-cara untuk melakukan penolakan terhadap kegiatan seks yang tidak diinginkan, atau untuk melakukan negosiasi mengenai safe sex jika memang diperlukan.” (17/09/2018)
Dr. Chandra-Mouli juga mengatakan, jika pendidikan seks yang diberikan kepada anak sudah terbukti memberikan hasil yang positif.
ADVERTISEMENT
“Edukasi ini telah terbukti dapat membantu mengurangi berbagai masalah dalam bidang kesehatan, seperti mengurangi potensi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, dan mengurangi potensi penularan penyakit seksual seperti HIV,” lanjutnya.
Edukasi Seks Adalah Sebuah Pendidikan
Perlu diingat bahwa edukasi seks adalah sebuah pendidikan. Edukasi ini bukanlah merupakan suatu ideologi yang menyesatkan ataupun sebuah konspirasi yang mengakar dari budaya asing. Salah satu ajaran yang didapat dari edukasi seks adalah himbauan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika menyangkut soal seksualitas.
Miskonsepsi tentang edukasi seks ini tentunya menjadi salah satu hal yang menghambat upaya penurunan persentase kasus kekerasan seksual. Banyak orang tua di Indonesia menolak mengajarkan edukasi seks kepada anak-anak mereka dikarenakan pemahaman dimana pengetahuan ini adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan moral. Hal ini membuat banyak anak muda yang mencari tahu tentang seks tanpa adanya bimbingan dari para orang tua. Tanpa adanya orang tua yang membimbing mereka, pengetahuan yang mereka dapatkan tersebut tentunya akan memengaruhi mereka secara negatif, seperti contohnya adalah seks bebas. Lantas, apa saja yang harus orang tua ajarkan kepada anak-anak mereka mengenai edukasi seks?
ADVERTISEMENT
1. Tentang Tubuh Manusia
Hal pertama yang harus diajarkan para orang tua kepada anaknya adalah bagian-bagian tubuh mereka dan fungsi dari tiap-tiap bagian tubuh tersebut, terutama organ reproduksi. Ini dikarenakan organ reproduksi yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki tentunya berbeda secara bentuk dan fungsi.
2. Apa Itu Pubertas dan Tanda-tandanya
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2022, menunjukkan bahwa persentase remaja perempuan yang tidak menyadari perubahan pada tubuhnya saat memasuki masa pubertas mencapai angka 13,3%. Bahkan survei tersebut juga menunjukkan bahwa 47,9% remaja putri tidak mengetahui bahwa dirinya subur. Untuk itu, para orang tua harus membimbing anak-anak perempuan mereka dengan memberikan edukasi apa itu pubertas dan tanda-tandanya, salah satunya seperti memperkenalkan eksistensi dan fungsi pembalut bagi mereka yang telah mengalami masa haid pertama. Di lain sisi, para orang tua juga harus mengedukasi tentang masalah pubertas kepada anak laki-laki. Orang tua perlu menghimbau anak-anak mereka untuk tidak perlu merasa malu ketika membicarakan tentang pubertas, karena pubertas sendiri adalah hal yang wajar.
ADVERTISEMENT
3. Aktivitas Seksual, Kekerasan dan Pelecehan Seksual, serta Peran dari Masing-masing Perempuan dan Laki-laki di Masyarakat
Pendidikan yang didapat dari edukasi seks dapat menjadi salah satu upaya untuk mengurangi tingkat terjadinya kasus kekerasan seksual seperti pelecehan dan pemerkosaan. Dengan mengajarkan anak-anak muda tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam konteks seksual, akan membuat mereka menghindari hal-hal yang tidak diperbolehkan tersebut. Oleh karena itu, tidak hanya anak perempuan yang diberi edukasi untuk menjaga diri mereka, para orang tua juga wajib mengedukasi anak laki-laki mereka untuk menghargai para perempuan.
4. Penyakit Menular yang Menyerang Organ Reproduksi
Seperti apa yang dikatakan oleh Dr. Chandra-Mouli sebelumnya, bahwa edukasi seks, selain sebagai pendidikan yang berfungsi sebagai tindakan pencegahan seks bebas, juga berfungsi untuk mengedukasi anak-anak tentang organ reproduksi mereka, apa itu pubertas, serta edukasi mengenai penyakit-penyakit yang menyerang organ-organ reproduksi. Banyak anak-anak muda di Indonesia yang masih belum mengetahui tentang jenis-jenis Penyakit Menular Seksual (PMS).
ADVERTISEMENT
Dikutip langsung dari jurnal Pendidikan Seks Pada Remaja yang ditulis oleh dosen jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta I, bahwa “Pengetahuan remaja tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) masih sangat rendah kecuali mengenai HIV/AIDS yaitu sekitar 95%, raja singa sekitar 37%, penyakit kencing nanah 12%, herpes genetalis 3%, klamida/kandidialis 2% serta jengger ayam 0,3%. Data diatas menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) masih sangat rendah karena terbatasnya akses informasi kesehatan reproduksi remaja kepada remaja.” (Erni, 2013)
Dari data-data tersebut dapat diketahui bahwa informasi mengenai seksualitas yang diterima oleh anak-anak muda di Indonesia masih sangat terbatas. Karenanya, sudah menjadi tugas para orang tua untuk memberikan edukasi seks yang baik kepada anak-anak mereka.
ADVERTISEMENT