Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Melihat Mimpi Melalui Kacamata Sains
3 Desember 2024 22:14 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Aurellia Chandrakirana Rollandy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, pernahkah teman-teman mendengar ungkapan “Jika kita memimpikan tentang atau bersama seseorang, maka orang tersebut sedang memikirkan kita.” Atau “Hati-hati kalau mimpi gigi copot, konon katanya akan segera mendapat kabar duka!” Percayakah teman-teman akan kedua ungkapan diatas?
ADVERTISEMENT
Katanya, kalau di dalam mimpi kita ada kehadiran seseorang, maka di kehidupan nyata kita sering berinteraksi dengannya atau bahkan nyaman berada di sekitarnya. Tapi, jika semisal di dalam mimpi kita terdapat kehadiran seseorang yang tidak kita sukai, apakah itu juga berarti kita merasa nyaman berada didekatnya? Ada juga yang mengatakan bahwa jika terdapat kehadiran seseorang di mimpi kita, maka sebenarnya kitalah yang menginginkan mereka berada di dekat kita atau kitalah yang menginginkan mereka melakukan suatu tindakan (yang tidak mungkin bisa mereka lakukan di kehidupan nyata). Namun, ada juga yang mengatakan bahwa mimpi hanyalah bentuk aktivitas otak saat kita tertidur, yang mana tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan ada yang mengatakan bahwa mimpi memiliki arti tersendiri, dimana biasanya cenderung ke hal-hal berbau mistis.
ADVERTISEMENT
Jika kita telusuri lebih dalam, hal-hal diatas tidak bisa dipercayai begitu saja. Mari kita pikir bersama kutipan berikut, “Jika kita memimpikan tentang atau bersama seseorang, maka orang tersebut sedang memikirkan kita.” Kutipan tersebut cenderung tidak masuk akal. Bagaimana bisa seseorang memikirkan kita dan entah bagaimana, tubuh serta alam bawah sadar kita mengetahui hal tersebut, lalu mengolahnya menjadi sebuah mimpi. Nyatanya, masih banyak masyarakat diluar sana yang langsung percaya dan menerima mentah-mentah informasi yang beredar tentang mimpi, tanpa adanya dorongan untuk mencari terlebih dahulu mengenai kebenaran serta fakta yang ada dari sisi kacamata sains. Bahkan masih banyak dari mereka yang tidak mengetahui apa itu mimpi dan bagaimana cara kerjanya.
Menurut Sigmund Freud (Psychoanalytic Theory), mimpi merupakan bentuk perwakilan dari keinginan seseorang yang tidak dapat terjadi atau tidak dapat dipenuhi di dunia nyata. Keinginan yang tidak dapat terjadi, akan mencari celah dalam pikiran atau otak untuk muncul dalam bentuk mimpi, sebagai bentuk memenuhi keinginan seseorang. Semisal kita bermimpi bahwa seseorang yang kita sukai akan mengajak kita kencan, maka menurut kacamata Freud, hal tersebut bisa terjadi karena adanya keinginan kita sendiri untuk kencan dengan seseorang yang disukai, sehingga alam bawah sadar kita mengolah hal tersebut menjadi mimpi. Sedangkan menurut Carl Jung, mimpi merupakan cara alam bawah sadar kita untuk menyampaikan sebuah pesan kepada kita. Lalu, bagaimana penjelasan mekanisme mimpi yang sebenarnya melalui kacamata sains? Apakah mimpi benar-benar merupakan representasi dari alam bawah sadar kita? Atau apakah mimpi benar-benar memiliki arti yang berhubungan dengan kehidupan nyata kita? Berikut ini penjelasan lebih lengkapnya.
Saat kita tidur, bagian otak yang disebut dengan lobus frontal (bertanggung jawab dalam proses mengambil keputusan, menilai sesuatu, berbicara, dan kesadaran), dalam keadaan nonaktif yang mana membuat mimpi yang dimiliki kebanyakan orang cenderung aneh. Sedangkan mimpi dipicu oleh hippocampus, bagian otak yang berkaitan dengan memori. Sehingga menyebabkan kita masih bisa mengingat suatu kejadian yang ada dalah sebuah mimpi. Otak kita mengalami 4 jenis gelombang listrik, yakni delta (1-4 Hz) yang terjadi ketika tertidur, theta (4-8 Hz) yang terjadi ketika bermeditasi, alpha (8-12 Hz) yang terjadi ketika dalam kondisi rileks, dan beta (12-38 Hz) yang terjadi ketika tubuh dalam kondisi aktif atau terjaga. Masing-masing gelombang listrik mewakili kecepatan yang berbeda untuk membentuk elektroensefalografi (EEG).
ADVERTISEMENT
Mimpi sangat berkaitan dengan Rapid Eye Movement (REM), mengapa demikian? Karena menurut sains, mimpi merupakan rangkaian aktivitas mental yang terjadi selama tidur dalam fase REM. REM sendiri merupakan fase tidur yang ditandai dengan pergerakan mata yang cepat dan pergerakan otak yang cepat serta tidak beraturan. Mimpi yang terjadi dalam fase tidur REM cenderung lebih nyata dibandingkan dengan fase tidur lainnya.
ADVERTISEMENT
Mimpi seringkali terjadi pada tidur REM, yang mana menyebabkan kebanyakan mimpi tidak logis, dapat diingat dengan jelas, dan lebih emosional. Hal ini disebabkan karena sistem saraf bekerja dengan kapasitas yang tinggi saat REM. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa mimpi dapat terjadi diluar fase tidur REM. Hanya saja ketika berada diluar fase tidur REM, kita tidak akan bisa mengingat mimpi dengan jelas atau bahkan tidak ingat sama sekali. Itulah mengapa kebanyakan dari kita sering lupa atau merasa tidak bermimpi sama sekali. Semakin dalam kita tertidur, maka hippocampus yang kita miliki akan semakin bekerja keras untuk memutar kenangan-kenangan yang dimiliki. Sehingga menyebabkan seringkali terdapat kehadiran seseorang dalam mimpi kita, karena kita pernah berinteraksi dengan orang tersebut.
ADVERTISEMENT
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa mimpi merupakan proses impuls listrik dalam otak yang menarik ingatan dalam pikiran. Seseorang dapat muncul dalam mimpi kita, karena kita pernah berinteraksi dengan mereka. Sehingga tidak ada kaitannya dengan seseorang memikirkan kita atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiputrantio, Nurseto. (2023, Juni 29). Mimpi Menurut Sains. ForSains. https://forsains.id/perspektif/mimpi-menurut-sains/
Hastjarjo, Dicky. (2008). Mengintegrasikan Psikologi: Peluang atau Mimpi?. Fakultas Psikologi, Universitas Gajah Mada. file:///C:/Users/HP%20348/Downloads/7492-13242-1-SM.pdf
Linden, Sander. (2011, Juni 6). Ilmu Di Balik Mimpi. SCIAM. https://www.scientificamerican.com/article/the-science-behind-dreaming/
Tuasikal, Jumadi. (2024). Fenomena Mimpi Basah. Universitas Negeri Gorontalo. https://dosen.ung.ac.id/JumadiTuasikal/home/2024/7/10/fenomena-mimpi-basah.html