Konten dari Pengguna

Petisi untuk Mengurusi Kehidupan Ahok

Avicenna Raksa Santana
Dialog sehat yuk~
9 Januari 2018 18:53 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Avicenna Raksa Santana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ahok dan Veronica Tan (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ahok dan Veronica Tan (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
ADVERTISEMENT
Ahok menggugat cerai Veronica. Sebagian orang lantas merasa perlu untuk terlibat lebih jauh dari sekadar memantau, yakni: menghentikan proses perceraian Ahok dan Vero lewat petisi.
ADVERTISEMENT
Petisi bertajuk “Batalkan Gugatan Cerai Pak Ahok kepada Ibu Veronica Tan” disebarkan sejak Senin (8/1). Dalam petisi tersebut, Ahok diminta untuk mempertimbangkan kembali keputusannya menggugat cerai Veronica.
Penggagas petisi mempertanyakan keputusan Ahok. Merujuk pada Matius:19:6, ia menulis, “Bukankah barang siapa yang sudah dipersatukan Allah tidak dapat diceraikan manusia?”
Saya tidak tahu tafsir pasti dari Matius:19:6 seperti apa, dan bagaimana kemudian, dengan adanya firman tersebut, perceraian dapat dimungkinkan. Namun, satu hal yang pasti: perceraian legal untuk terjadi di negeri ini.
Pasangan mana pun, yang merasa bahwa pernikahannya sudah menemui jalan buntu, bisa bercerai. Terkait tepat tidaknya keputusan mereka adalah urusan mereka. Mereka yang menjalani, mereka pulalah yang paling mengerti kapan perpisahan harus tiba.
ADVERTISEMENT
Sebagai orang luar, rasanya kurang pantas bila kita ikut campur, apalagi mendesak pasangan yang ingin bercerai untuk mempertimbangkan ulang keputusannya. Kita hanya bisa merasa prihatin. Sebab perceraian adalah ranah privat orang lain, yang meskipun bisa kita ketahui, tidak bisa kita otak-atik.
Sayangnya, tidak semua orang paham bahwa ikut campur di wilayah privat orang lain adalah suatu tindakan yang tak elok. Dilihat dari petisi yang beredar, ada 7.341 yang ingin ikut campur untuk menghentikan perceraian Ahok dan Vero.
Tidak sedikit pula orang yang menarasikan ulang gugatan cerai Ahok sesuai kepentingan masing-masing. Kelompok yang tidak menyukai Ahok, contohnya, mengatakan bahwa perceraian adalah solusi Ahok agar aset-asetnya tidak disita--bila suatu saat Ahok terbukti korupsi.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, dari sisi penggemar Ahok, ada pula yang menarasikan gugatan cerai Ahok sebagai kisah yang romantis nan heroik. Misalnya saja twit berantai berjudul “Jeritan Sunyi Cinta Purnama". Di sana, kisah Ahok dan Vero bagaikan drama Korea yang bisa membuat penontonnya menangis tersedu-sedu.
Ragam hasil olahan kisah Ahok ini akhirnya jadi mengingatkan lagi betapa kita doyan berasumsi dan ikut campur urusan orang lain. Tidak peduli bila hal itu bisa berdampak pada wacana-wacana yang menyesatkan. Berikan sedikit saja ketidaktahuan, tiba-tiba orang bisa dengan seenaknya berspekulasi.
Terkait hal ini, entah siapa yang harus disalahkan. Mungkin ini karena kita terlalu banyak mengikuti sinetron dan gosip. Atau mungkin juga karena isu-isu besar negeri ini kerap dibuat begitu berjarak, sehingga hal-hal kecil di ranah privat jadi begitu menariknya untuk kita urusi.
ADVERTISEMENT
Saya jadi kepikiran. Jangan-jangan perlu ada petisi yang mengajak orang-orang untuk berhenti mengurusi kehidupan orang lain?