Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Rasanya Menjadi Ibu dari Anak Kembar
15 Juli 2021 17:45 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ayesha Puri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap pasangan suami-istri pasti mendambakan kehadiran buah hati. Apalagi bagi wanita, ia akan merasa lebih sempurna ketika pernah mengalami masa kehamilan dan merasakan proses melahirkan. Di mana saat itu adalah masa pertaruhan antara hidup dan mati. Tapi tak semua wanita dapat merasakannya. Karena menjadi ibu bukanlah hal sesuatu yang mudah. Pekerjaan ini diikat dengan kontrak seumur hidup. Jadi Tuhan hanya memilih pasangan yang siap secara lahir dan batin serta wanita pilihan saja untuk mendapatkan anugerah itu.
ADVERTISEMENT
Saat mengurus anak setiap orang tua harus mempunyai ‘kekuatan’ ekstra, terutama ibu. Karena ibu berperan penting dalam tumbuh-kembang sang anak. Ibu yang paling tahu perkembangan pada si anak. Mulai dari si anak bisa tengkurap, duduk, merangkak, berjalan, hingga berlari. Ibu yang pertama kali mengetahui itu semua. Ayah juga berperan tetapi hanya sebatas pengganti saja.
Deni merupakan ibu dari empat orang anak tetapi dia hanya mengalami tiga kali masa hamil. Benar, kehamilan terakhirnya dia melahirkan anak kembar berjenis kelamin laki-laki. Dia sebenarnya agak terkejut sebab saat melakukan ultrasonografi (USG) hanya ada satu bayi di dalam rahimnya.
Saat hamil sebenarnya sudah ada tanda-tanda akan melahirkan anak kembar. Tanda itu terlihat pada trimester terakhir. Ukuran perut yang lebih besar dari kehamilan satu anak, kaki membengkak sampai-sampai beberapa hari dia tak bisa jalan karena terlalu berat beban yang ada di perutnya. Untungnya, bayi lahir dalam keadaan sehat. Perjuangan ini belumlah usai tetapi baru saja dimulai.
ADVERTISEMENT
Anak kembar biasanya memiliki ikatan batin sangat kuat. Satu sakit maka tak lama berselang saudaranya juga jatuh sakit. Sebenarnya Deni berusaha untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif kepada buah hatinya. Kekuatan ikatan batin ini, Deni memutuskan untuk memberikan susu formula sebagai selingan ASI.
Berjaga sepanjang malam wajar bagi seorang ibu yang memiliki bayi. Bedanya, jika anak kembar repotnya double sebab jika satu menangis dan harus menimangnya maka satunya juga harus diperlakukan sama. Rasanya seperti berada di konser musik. Ramai sekali, benar-benar ramai. Untungnya, beberapa saudara menginap di rumahnya sehingga jika anak kembarnya terbangun ada yang sigap membantu.
Setelah berjaga sepanjang malam, seorang ibu harus menjalankan kewajibannya sebagai pengatur rumah tangga. Mencuci baju, memasak, merapikan rumah, dan sebagainya. Intinya rumah harus rapi dan wangi. Belum lagi dia harus berjualan keripik pisang (barang dagangannya) yang diproduksi sendiri untuk menopang ekonomi keluarganya. Terbayang bukan betapa lelahnya menjadi seorang ibu dari anak kembar.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, mempunyai anak kembar juga harus mengocek kantong lebih dalam. Keperluannya menjadi berlipat ganda. Setiap perlengkapan harus membeli double. Sesederhana saat jajan es krim ya tidak bisa beli satu cup tetapi harus dua cup. Tujuannya agar tidak rebutan dan menangis. Jika itu terjadi, wah repotnya bukan main.
Lalu istirahatnya kapan? Ya saat anaknya tidur. Saat itu pula Deni merasa damai dan bahagia. Buah hatinya tumbuh sehat. Meskipun Deni lebih banyak merasakan duka daripada suka tapi anugerah ini harus disyukuri. Tak semua wanita bisa mendapat kepercayaan Tuhan untuk dianugerahi seorang anak, apalagi anak kembar. Harapannya agar semua anak-anaknya bisa menjadi orang yang sukses di kemudian hari, menjadi anak soleh dan solehah dan bisa membawanya ke surga Allah SWT.
ADVERTISEMENT
(Ayesha Puri / Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta)