Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Tradisi Mubeng Beteng, Upacara Khas Keraton Yogyakarta
30 November 2024 18:50 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ayu Diranti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mubeng Beteng adalah tradisi yang berasal dari kota Yogyakarta. Dimana tradisi ini dilakukan oleh keluarga Keraton Yogyakarta secara turun temurun untuk memperingati tahun baru, baik tahun baru Hijriyah maupun tahun baru Jawa.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini juga dilakukan untuk mengingatkan kita dengan perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW.
Apa itu Mubeng Beteng?
‘Mubeng’ berarti mengelilingi, sedangkan ‘beteng’ berarti benteng. Mubeng beteng berarti mengelilingi benteng.
Namun, bukan sekedar untuk mengelilingi benteng, tetapi tradisi ini dilakukan sebagai bentuk tirakat lampah ratri, yakni munajat atas kehadiran Allah SWT. Tradisi ini dilakukan dengan berjalan melewati lintasan tertentu.
Dilansir dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, ada beberapa lintasan di Yogyakarta yang digunakan untuk lampah ratri. Pertama, dari pojok wetan Benteng Keraton sampai pantai Parangkusumo bantul. Kedua, mengikuti rute lima masjid pathok nigari Kraton Yogyakarta. Ketiga, lintasan jagan njaban peninggalan Keraton Kotagede.
Namun, lintasan yang paling populer adalah mengelilingi beteng Keraton Yogyakarta.
Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan Yogyakarta, tradisi Mubeng Beteng awalnya adalah upacara resmi atau upacara kenegaraan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dilaksanakan oleh abdi dalem atas perintah Sri Sultan Hamengkubuwana.
ADVERTISEMENT
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, tradisi ini tidak hanya dilakukan oleh abdi dalem keraton saja, tetapi juga dilakukan oleh masyarakat luar keraton. Dan menjadikannya upacara adat Masyarakat Yogyakarta.
Prosesi Mubeng Beteng
Prosesi dari tradisi Mubeng Beteng terinspirasi dari perjalanan suci hijrah dari Mekkah-Madinah yang dilakukan oleh rombongan Nabi Muhammad SAW. Dimana, perjalanan beliau penuh dengan keprihatinan dan juga perjuangan.
Sebelum melakukan lampah ratri dilaksanakan terlebih dahulu pembacaan doa, selanjutnya pemberian restu dari ulama petinggi keraton. Lalu, dimulai kembali pembacaan doa untuk memohon perlindungan dan kemakmuran kepada Allah SWT.
Pada pukul 00.00 akan dibunyikan lonceng sebanyak 12 kali untuk menandai dimulainya prosesi lampah rarti. Selanjutnya, masyarakat mulai mengitari benteng keraton tanpa menggunakan alas kaki dengan jarak kurang lebih 4,5 kilometer. Saat melakukan lampah rarti masyarakat atau peserta Mubeng Beteng dilarang untuk berbicara agar menciptakan suasana yang khidmat.
ADVERTISEMENT
Selain untuk menyambut tahun baru, tradisi ini juga bertujuan untuk merefleksikan diri selama satu tahun sebelumnya, dan juga untuk memohon keselamatan dan perlindungan kepada Allah SWT.
Nah, itu sedikit penjelasan tentang Tradisi Mubeng Beteng, apakah kalian tertarik untuk mengikutinya?