Konten dari Pengguna

Ketika Harus Mendengarkan Atasan yang Mengeluh

Ayu Novita Pramesti
Aparatur Sipil Negara yang melayani guru, tenaga kependidikan, dan pemangku kepentingan di bidang pendidikan di Direktorat Jenderal GTK, Kemendikbud
30 April 2023 17:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Novita Pramesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. Foto: ART STOCK CREATIVE/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Foto: ART STOCK CREATIVE/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Saat menjadi CPNS, ada pengalaman yang cukup berkesan. Waktu itu, saya hendak pamit ke atasan saya sebelum melakukan perjalanan dinas. Waktu bicara untuk pamit memang hanya sebentar. Namun, ternyata memakan waktu yang cukup lama karena atasan saya curcol mengenai kondisi anak buahnya.
ADVERTISEMENT
Saya mendengarkan beliau dengan saksama. Beliau mengeluhkan bagaimana kondisi anak buahnya, yang notabene adalah senior saya di kantor. Mereka menuntut berbagai hal yang terkait dengan pemenuhan materi. Selain itu, beliau juga menceritakan konflik yang terjadi antara sesama staf.
Baik saya maupun atasan saya sama-sama mengambil keuntungan dari curcol ini. Saya yang baru bergabung di kantor jadi mengetahui lebih dalam bagaimana situasi di tempat kerja sehingga tahu bagaimana harus menempatkan diri. Atasan saya juga punya tempat untuk menampung sedikit beban yang harus dipikulnya.
Beberapa hal yang dirasakan oleh atasan saya itu dan kemudian diceritakan kepada saya adalah cara melakukan katarsis. Katarsis adalah istilah dalam dunia psikologi sebagai tindakan untuk melepas emosi dan keluh-kesah yang tersimpan di dalam batin. Tindakan ini dibutuhkan agar seseorang bisa menyalurkan perasaan negatifnya yang sudah menumpuk di dalam batin.
ADVERTISEMENT
Bisa jadi, atasan memilih saya untuk menceritakan keluhannya karena saya adalah pegawai baru dan masih bisa melihat dari sudut pandang yang netral.
Nah, apabila Sobat ASN dipercaya untuk mendengarkan cerita atau keluhan dari atasan, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan agar keluhan atasan bisa berdampak baik untuk kita, atasan kita maupun organisasi.

Niat yang Tulus

Ilustrasi Marah-marah. Foto: Shutter Stock
Atasan juga manusia yang punya hati dan perasaan sehingga cerita atau keluhannya perlu didengarkan oleh anak buahnya. Anak buah yang menjadi tempat cerita sebaiknya berniat tulus untuk mendengarkan. Tidak mengharapkan apapun. Cukup pahala dari Yang Maha Kuasa yang perlu diharapkan.

Fokus

Selain niat yang tulus, fokus ketika mendengarkan cerita atau keluhan juga sangat diperlukan. Jangan mendengarkan sembari memainkan gadget atau melakukan aktivitas lain. Hal ini penting dilakukan untuk menghargai atasan kita.
ADVERTISEMENT

Berusaha Merespons dengan Tepat

Ketika atasan bercerita sesuatu yang membuatnya pesimis, berusahalah untuk menyemangati. Misalnya, gunakan kalimat "Saya yakin Bapak/Ibu bisa".
Selain itu, ketika atasan mengeluhkan perilaku teman sejawat kepada kita, berusahalah untuk menyampaikan sisi positif teman yang bisa kita lihat. Bukan malah kita semakin menjelekkan teman kita di hadapan atasan. Kita juga perlu melihat situasi untuk memberikan saran atau masukan saat atasan kita bercerita. Sebaiknya berikan saran atau masukan apabila diminta.

Menjaga Hal-Hal Sensitif yang Diceritakan

Ilustrasi. Foto: Shutterstock
Setelah mendengarkan cerita atau keluhan atasan, sebaiknya kita berusaha menjaga hal-hal yang diceritakan, terutama hal-hal yang sensitif. Dengan melakukan hal tersebut, privasi atasan kita terjaga. Selain itu, situasi di organisasi bisa juga terjaga karena kita tidak asal mengumbar hal-hal yang diceritakan atasan kepada kita.
ADVERTISEMENT