Konten dari Pengguna

Di Balik Tirai Peperangan: Mengungkap Peran Perempuan dalam Konflik Global

I Gusti Ayu Suci Wedari
International Relations Students at Udayana University
20 Oktober 2024 4:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Gusti Ayu Suci Wedari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ini menggambarkan keadaan di balik layar peperangan, menyoroti kontribusi signifikan perempuan sebagai tenaga medis dan juru masak. Namun, sebutan pahlawan perang sering kali hanya diperuntukan kepada laki-laki yang berada di garis depan pertempuran. Sumber: Dihasilkan oleh AI melalui platform DALL-E.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ini menggambarkan keadaan di balik layar peperangan, menyoroti kontribusi signifikan perempuan sebagai tenaga medis dan juru masak. Namun, sebutan pahlawan perang sering kali hanya diperuntukan kepada laki-laki yang berada di garis depan pertempuran. Sumber: Dihasilkan oleh AI melalui platform DALL-E.
ADVERTISEMENT
Dalam panggung peperangan yang megah, di mana tembakan dan teriakan merobek kesunyian malam, perhatian kita sering kali tertuju pada pahlawan bersenjata—laki-laki yang berjuang di garis depan. Namun, dibalik gempita itu, terdapat perempuan yang berkontribusi secara signifikan namun terabaikan, seperti suara lembut di tengah simfoni kekacauan. Mereka adalah juru masak dan petugas medis, sosok-sosok yang menyusun jaring kehidupan di tengah ketidakpastian dan kesedihan.
ADVERTISEMENT

Peran Vital Perempuan dalam Konflik

Meningkatnya jumlah konflik bersenjata di seluruh dunia—data dari Uppsala Conflict Data Program menunjukkan bahwa pada tahun 2022 terdapat lebih dari 50 konflik berskala besar yang mempengaruhi jutaan orang—membuat peran perempuan semakin relevan. Dalam berbagai kapasitas, perempuan berfungsi sebagai pilar yang sering kali tidak terlihat, tetapi keberadaan mereka tak bisa dianggap remeh.

Juru Masak: Penyedia Nutrisi dan Dukungan Moral

Perempuan yang berperan sebagai juru masak di medan perang tidak hanya sekedar memasak; mereka menyediakan nutrisi esensial untuk mempertahankan kekuatan fisik prajurit. Dalam konteks konflik Suriah, misalnya, perempuan yang menjadi juru masak di kamp-kamp pengungsi berupaya menyajikan makanan bergizi meskipun dengan bahan-bahan yang terbatas. Menurut laporan World Food Programme pada 2023, sekitar 6,6 juta orang di Suriah tidak memiliki akses cukup makanan. Juru masak perempuan di sini tidak hanya memberikan makanan, tetapi juga menciptakan rasa stabilitas dan kenyamanan dalam situasi yang sangat tidak menentu.
ADVERTISEMENT
Studi oleh Institute for War and Peace Reporting menemukan bahwa pasokan makanan yang baik dapat meningkatkan moral tentara hingga 20%. Di Afghanistan, perempuan yang terlibat dalam program bantuan kemanusiaan tidak hanya menyediakan makanan, tetapi juga membangun jaringan sosial yang mendukung pemulihan psikologis komunitas yang terdampak. Salah satu contohnya adalah program makanan yang dikelola oleh perempuan lokal di daerah-daerah konflik, yang mampu mengubah kehidupan ribuan pengungsi.

Petugas Medis: Penjaga Kesehatan dan Harapan

Petugas medis perempuan berperan sebagai penjaga kesehatan prajurit, beroperasi di garis depan dan memberikan perawatan krusial di tengah situasi yang genting. Menurut data dari World Health Organization, perempuan membentuk sekitar 70% tenaga medis yang beroperasi di zona konflik. Contohnya, selama Perang di Irak, petugas medis perempuan sering kali berada di garis depan, merawat prajurit yang terluka dan memberikan dukungan psikologis kepada mereka yang mengalami trauma. Dalam sebuah penelitian oleh International Committee of the Red Cross, ditemukan bahwa kehadiran petugas medis perempuan dalam situasi konflik membantu meningkatkan kualitas perawatan dan mempercepat proses pemulihan bagi pasien.
ADVERTISEMENT
Di Yaman, di mana perang berkepanjangan telah mengakibatkan krisis kemanusiaan yang parah, petugas medis perempuan juga berperan krusial. Menurut laporan UNICEF tahun 2022, hampir 20 juta orang, termasuk anak-anak, membutuhkan bantuan kemanusiaan. Dalam konteks ini, petugas medis perempuan menjadi garis depan dalam menyediakan perawatan bagi yang terluka dan sakit, menunjukkan ketahanan luar biasa di tengah kondisi yang menantang.

Kesenjangan dalam Pengakuan: Menunggu untuk Diakui

Meskipun peran perempuan sangat penting, pengakuan yang mereka terima masih jauh dari sepadan. Dalam laporan oleh Global Peace Index, kurang dari 5% perempuan diakui dalam posisi kepemimpinan dalam angkatan bersenjata dan lembaga keamanan. Ketidakadilan ini menciptakan stereotip gender yang merugikan, menghambat upaya untuk mencapai pembangunan perdamaian yang inklusif.
Di berbagai konflik, perempuan sering kali terpinggirkan dalam proses pengambilan keputusan. Misalnya, dalam negosiasi perdamaian di Kolombia, meskipun perempuan memainkan peran kunci dalam membangun kembali komunitas pasca-konflik, mereka tetap kurang terwakili dalam posisi pengambilan keputusan. Menurut laporan oleh UN Women, hanya 12% perempuan yang terlibat dalam delegasi negosiasi di Kolombia, menunjukkan kebutuhan mendesak untuk lebih banyak keterlibatan perempuan dalam proses ini.
ADVERTISEMENT

Menggugah Kesadaran: Menciptakan Narasi Baru

Untuk mengatasi kesenjangan ini, sangat penting bagi kita untuk mengubah narasi yang ada. Media, pemerintah, dan lembaga internasional harus berkomitmen untuk menampilkan cerita-cerita perempuan yang berkontribusi dalam keamanan internasional. Laporan dari UN Women menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan dalam proses perdamaian dapat meningkatkan peluang untuk mencapai kesepakatan yang berkelanjutan hingga 35%. Dengan memberikan ruang bagi perempuan untuk berbagi pengalaman dan kontribusi mereka, kita tidak hanya menghormati dedikasi mereka, tetapi juga memperkuat fondasi untuk keamanan yang lebih inklusif.

Kesimpulan

Kesenjangan gender dalam keamanan internasional menciptakan ketidakadilan yang merugikan semua pihak. Mengakui dan menghargai kontribusi perempuan di medan perang adalah langkah menuju masa depan yang lebih adil dan seimbang. Dengan mengakui peran penting juru masak dan petugas medis perempuan dalam konflik, kita tidak hanya memperkaya narasi keamanan internasional, tetapi juga membangun dunia yang lebih inklusif dan berkeadilan. Mari kita bersama-sama menjadikan panggung ini tempat di mana setiap suara, baik itu lelaki atau perempuan, berhak untuk bersinar dan diakui. Hanya dengan saling menghargai kontribusi semua pihak, kita dapat mencapai keamanan yang berkelanjutan dan damai bagi seluruh umat manusia.
ADVERTISEMENT

Daftar Pustaka

Global Peace Index. (2022). Measuring Peace: Global Peace Index 2022. Diakses dari https://visionofhumanity.org/indexes/global-peace-index/pada 19 Oktober 2024.
Institute for War and Peace Reporting. (2022). Impact of Food Supply on Troop Morale. Diakses dari https://iwpr.net/ pada 19 Oktober 2024.
International Committee of the Red Cross. (2021). Health Care in Danger: A Global Analysis of the Impact of Violence on Health Care. Diakses dari https://www.icrc.org/en/publication/health-care-danger pada 19 Oktober 2024.
UNICEF. (2022). Yemen Humanitarian Response Plan. Diakses dari https://www.unicef.org/yemen/reports/yemen-humanitarian-response-plan-2022 pada 19 Oktober 2024.
UN Women. (2022). Women and Peace and Security: 2022 Progress Report. Diakses dari https://www.unwomen.org/en/digital-library/publications/2022/09/women-peace-and-security-report-2022 pada 19 Oktober 2024.
Uppsala Conflict Data Program. (2022). UCDP Conflict Encyclopedia. Diakses dari https://ucdp.uu.se/ pada 19 Oktober 2024.
ADVERTISEMENT
World Food Programme. (2023). Syria: Country Brief. Diakses dari https://www.wfp.org/countries/syria pada 19 Oktober 2024.
World Health Organization. (2022). Health in Conflict: A Global Overview. Diakses dari https://www.who.int/health-topics/conflict pada 19 Oktober 2024.