Konten dari Pengguna

Anemia pada Remaja Indonesia: Ancaman Tersembunyi bagi Masa Depan Bangsa

Ayu Syifa Aulia
Mahasiswa FK UII Semester 1
8 Desember 2024 16:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Syifa Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Anemia pada Remaja. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anemia pada Remaja. (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Tahukah Anda, satu dari tiga remaja Indonesia menderita anemia? Kondisi ini sering kali tersembunyi tetapi memiliki dampak serius terhadap kemampuan belajar, produktivitas, dan kesehatan jangka panjang mereka. Anemia adalah salah satu isu kesehatan yang belum sepenuhnya teratasi, terutama di kalangan remaja. Mengapa kita harus segera peduli? Karena ini bukan hanya tentang kesehatan individu, tetapi juga tentang masa depan bangsa.
ADVERTISEMENT
Anemia terjadi ketika jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin dalam tubuh menurun di bawah normal. Pada remaja, terutama putri, risiko ini semakin besar karena berbagai faktor, seperti menstruasi teratur yang meningkatkan kebutuhan zat besi hingga tiga kali lipat dibandingkan pria, pola makan yang tidak seimbang, serta kebiasaan diet ekstrem demi menjaga berat badan.
Lebih parahnya, dampak anemia bukan hanya fisik. Remaja yang menderita anemia cenderung memiliki konsentrasi yang rendah, mudah lelah, dan bahkan berisiko mengalami komplikasi serius seperti gagal jantung jika dibiarkan tanpa penanganan. Semua ini menunjukkan bahwa anemia adalah ancaman nyata, bukan sekadar masalah kecil.
Melihat dampak yang begitu signifikan, anemia pada remaja seharusnya menjadi prioritas bagi pemerintah, masyarakat, dan individu. Program kesehatan nasional memang telah berjalan, tetapi apakah langkah-langkah yang diambil sudah cukup efektif? Misalnya, sejauh mana distribusi tablet tambah darah menjangkau seluruh lapisan remaja, terutama di daerah terpencil? Apakah ada evaluasi yang jelas terhadap hasil kebijakan ini?
ADVERTISEMENT
Anemia adalah bom waktu. Jika dibiarkan, kita bukan hanya kehilangan potensi generasi muda, tetapi juga merusak produktivitas dan daya saing bangsa di masa depan. Oleh karena itu, upaya serius diperlukan, mulai dari fortifikasi makanan hingga pendidikan gizi yang lebih masif.
1. Edukasi Gizi
Kampanye masif mengenai pentingnya pola makan seimbang, khususnya konsumsi makanan tinggi zat besi seperti hati, ikan, dan sayuran hijau. Pemanfaatan vitamin C juga perlu ditekankan untuk membantu penyerapan zat besi dari sumber nabati.
2. Fortifikasi Makanan
Pemerintah harus memastikan bahwa makanan pokok seperti tepung terigu dan beras difortifikasi secara merata di seluruh Indonesia.
3. Suplementasi Zat Besi
Perluasan program pemberian tablet tambah darah secara gratis di sekolah-sekolah dengan monitoring yang ketat agar program ini berjalan optimal.
ADVERTISEMENT
4. Pengawasan Kebijakan Pemerintah 
Pemeriontah perlu mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas program penanggulangan anemia dengan menggandeng sektor swasta dan komunitas lokal.
Masalah anemia bukan hanya soal kesehatan individu, tetapi juga tentang investasi jangka panjang bagi kualitas bangsa. Dengan perhatian lebih dari semua pihak, kita dapat menciptakan generasi muda yang sehat, produktif, dan siap menghadapi tantangan global. Mari kita mulai dari langkah kecil, seperti peduli pada pola makan sehari-hari dan memperhatikan kebutuhan zat besi tubuh kita.