Konten dari Pengguna

Keuniversalan Sabat

Ayub Simanjuntak
Teacher - Unity Primary School, Bekasi.
22 Agustus 2021 7:23 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayub Simanjuntak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Kata Sabat berasal dari bahasa Ibrani yang secara harfiah berarti duduk atau beristirahat. Dalam 10 Hukum Taurat, perintah ini terdapat dalam urutan ke empat . "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat :enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya"
ADVERTISEMENT
Tentu TUHAN pencipta langit dan bumi tidak merasa letih atau bosan dan seolah-olah Ia membutuhkan istirahat. TUHAN berhenti pada satu dari tujuh hari pekerjaannya karena Ia mengetahui makhluk hidup ciptaan-Nya terutama manusia membutuhkan istirahat untuk memulihkan kesegaran, kesehatan dan relasi baik dengan Tuhan maupun dengan sesama.
Manusia tidak didesain untuk bekerja tanpa henti bak robot, melainkan bekerja merupakan sebuah penugasan untuk menaklukkan bumi serta segala isinya dengan bertanggung jawab. Tetapi ketika kejatuhan manusia ke dalam dosa, pekerjaan menjadi beban, pekerjaan menjadi rantai yang mengikat manusia sehingga manusia cenderung diperbudak oleh pekerjaannya sendiri.
Dalam Kitab Kejadian kita melihat sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, ada hubungan yang amat dekat antara manusia dengan pencipta, manusia dengan keluarga,manusia dengan lingkungannya.Tetapi hal indah tersebut berubah menjadi kutuk ketika TUHAN mengutuk bumi dengan kesukaran dan keringat dalam pekerjaan manusia di bumi.
ADVERTISEMENT
Ketika Musa menyampaikan hukum itu kepada orang Israel pada dasarnya ia sedang berbicara kepada tidak kurang dari enam ratus ribu orang mantan budak yang bekerja membuat batu bata dari campuran lumpur dan jerami. Budak tidak mengenal hari bersantai atau libur mereka bekerja setiap hari. Jadi konsep istirahat penuh merupakan sesuatu yang asing bagi mereka atau paling tidak revolusioner.
Yesus Kristus, sekitar enam belas abad setelah zaman Musa, beberapa kali mengkritik bagaimana praktik Sabat yang seharusnya membebaskan justru mengikat banyak orang Yahudi pada masa itu dengan tambahan peraturan-peraturan buatan manusia seperti larangan bepergian jauh,larangan mengobati,larangan menyalakan api dan lain-lain sehingga manusia justru menjadi tertekan karena peraturan tersebut. Ironis peraturan yang enam belas abad lalu dibuat untuk membebaskan mental budak mereka justru di kembalikan lagi oleh ahli-ahli agama.
ADVERTISEMENT
Yesus Kristus berkata: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat". Artinya kepentingan manusia menjadi dasar penciptaan satu hari yang dikuduskan tersebut. Tuhan begitu concern dengan kesehatan dan kebutuhan sosial dan psikologis ciptaannya.
Beberapa hal penting soal hari Sabat:
Manusia yang adalah ciptaan paling mulia mencerminkan pribadi Sang Pencipta yaitu kreatif dalam mencipta dan bekerja. Kendati demikian kreativitas manusia dapat maksimal ketika manusia memiliki satu hari perhentian di mana ia dapat berelasi dengan Tuhannya dan sesama. Beban dari pekerjaan di muka bumi hendaknya tidak mengikat manusia menjadi budak dari pekerjaan itu sendiri. Sabat mengingatkan manusia bahwa ia m
Sebagai makhluk sosial tidak ada cara lain bagi manusia untuk dapat membangun dan mempertahankan keutuhan keluarga dan pertemanan serta persaudaraan selain menginvestasikan quality time dengan mereka yang terdekat. Kesibukan dalam pekerjaan dapat menjadi satu halangan untuk adanya komunikasi yang sehat di antara anggota keluarga dan pasangan, tetapi dengan satu hari yang dikhususkan untuk membangun komunikasi dalam seminggu itu manusia memiliki kesempatan untuk saling membangun dan berkomunikasi dengan efektif sehingga tercipta ikatan yang kuat. Hal sederhana seperti menanyakan kabar sekolah anak-anak, kabar keluarga dekat atau mendengarkan curhat pasangan amat penting dalam menciptakan kedekatan yang pada akhirnya menciptakan produktivitas kerja.
ADVERTISEMENT
Sabat memberi ruang bagi seluruh pekerja atau karyawan diseluruh dunia untuk mengambil waktu libur dan hal ini membuat perbudakan tidak mendapat tempat dalam hidup manusia. Kemerdekaan adalah hak asasi setiap manusia. Seorang budak tidak memiliki waktu libur melainkan terus menerus bekerja bagi tuan dan majikannya. Sabat menjadi satu bentuk penolakan akan perbudakan dalam diri manusia.
Sabat sebenarnya mencerminkan tentang masa depan seluruh umat manusia yang ada di bumi. Mereka pasti menghadapi satu hari perhentian menghadap Tuhan baik itu untuk beristirahat bersama Dia di surga atau menghadapi hari murka dan penghakiman Tuhan. Sabat selama manusia di bumi mengingatkan manusia untuk berlatih belajar mengingat adanya Tuhan serta mengasihi Dia dengan segenap hati dan pikiran agar dapat selama di bumi hidup dengan taat kepada Tuhan.
ADVERTISEMENT
Keuniversalan konsep Sabat dalam peradaban dunia paska turunnya Hukum Taurat dapat menjadi perenungan kita bahwa Sabat mengungkap isi hati Sang Pencipta untuk kita tidak menjadi budak dari kesibukan pekerjaan. Sabat bukan soal agama atau hari tetapi suatu realita adanya hari perhentian. Seperti yang dikatakan penulis Shelly Miller bahwa Sabat bukan soal beristirahat secara sempurna tetapi beristirahat di dalam Tuhan yang sempurna.