Konten dari Pengguna

Artis Menjabat sebagai Anggota DPR: Fenomena Baru atau Sekedar Gimmick Politik?

Ayunda Cycylia Yustializa
Saya merupakan mahasiswa semester 3 jurusan S1 Ilmu Administrasi Negara di Universitas Negeri Surabaya.
5 Desember 2024 9:24 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayunda Cycylia Yustializa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) kembali melantik anggotanya untuk periode masa jabatan 2024-2029. Dari ratusan anggota terpilih, ada beberapa wajah yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Fenomena ini bukan menjadi hal baru, mengingat dari beberapa tahun terakhir banyak kalangan selebritis yang terjun dalam dunia politik. Bedanya, pada periode kali ini deretan artis yang terpilih dan dilantik semakin menarik perhatian publik. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah mereka siap menjadi wakil rakyat yang kompeten atau hanya sekedar memanfaatkan popularitas untuk mendapatkan jabatan?
ADVERTISEMENT
Artis sebagai Wakil Rakyat: Peluang atau Tantangan
Sejak pemilu 2004, keterlibatan artis dalam politik telah meningkat pesat. Pada pemilu legislatif 2024, setidaknya 76 artis telah mendaftar sebagai calon legislatif (caleg) dari berbagai partai politik. Keberadaan para selebritis di DPR RI selalu menjadi sorotan publik. Bagaimana tidak, mereka dengan mudahnya memperoleh simpati dan suara dari masyarakat Indonesia tanpa perlu berkampanye seperti yang dilakukan para politisi pada umumnya. Namun disisi lain, banyak pihak yang meragukan kemampuan para artis dalam menjalankan tugas sebagai wakil rakyat. Para artis yang terjun ke dalam dunia politik diharapkan bisa memberikan warna baru di parlemen. Mereka sering kali hadir dengan citra yang positif dan kemampuan komunikasi yang baik. Namun, apakah modal ini cukup untuk menjadi wakil rakyat yang efektif? DPR adalah lembaga legislatif yang membutuhkan kemampuan menganalisis masalah yang ada, menyusun kebijakan, dan memperjuangkan seluruh aspirasi rakyat Indonesia. Tugas ini tentunya tidak mudah dan tidak semua artis memiliki latar belakang atau pengalaman dalam dunia politik dan pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Harapan Masyarakat untuk Para Artis yang Menjabat
Masyarakat tentunya sangat berharap dengan keberadaan para artis menjadi wakil rakyat tidak hanya sekedar hadir, melainkan benar-benar bertanggung jawab menjalankan tugasnya. Setiap anggota DPR memiliki tanggung jawab yang besar untuk membuat Undang-Undang
Foto Kantor DPR-RI (Sumber: Unsplash)
yang berpihak kepada rakyat, mengawal jalannya pemerintahan, dan menyuarakan aspirasi masyarakat. Salah satu tantangan terbesar bagi mereka adalah membuktikan bahwa mereka bisa bersaing dengan rekan-rekan politisi yang lebih berpengalaman. Keterlibatan artis dalam dunia politik dapat dilihat dari dua perspektif. Di satu sisi, mereka dapat membawa isu-isu sosial ke permukaan dan menarik perhatian masyarakat terhadap masalah-masalah penting. Namun, di sisi lain, ada risiko bahwa mereka hanya akan menjadi simbol tanpa substansi yang kuat dalam pengambilan keputusan di DPR.
ADVERTISEMENT
Bukan yang Pertama, Bukan yang Terakhir
Melihat kembali ke belakang, fenomena artis menjadi anggota DPR bukanlah hal baru di Indonesia. Sebelumnya, sudah banyak dari kalangan selebritis yang mencoba peruntungan di dunia politik, baik di level daerah maupun Nasional. Beberapa di antaranya berhasil mencetak prestasi namun banyak pula yang hilang tanpa jejak atau bahkan terjebak dalam skandal politik. Tetapi keberadaan artis di DPR tidak bisa dipandang sebelah mata. Ini adalah cerminan dari realitas politik di Indonesia dimana popularitas sering kali menjadi modal utama untuk memenangkan kursi parlemen. Dalam sistem demokrasi, siapa pun yang mendapatkan dukungan rakyat maka memiliki hak untuk duduk di kursi DPR, termasuk kalangan selebritis sekalipun. Artis memiliki modal sosial yang kuat berkat pengenalan publik yang luas. Mereka sering kali menjadi pilihan utama bagi pemilih yang bingung memilih di antara banyaknya caleg yang tidak dikenal. Seperti dijelaskan oleh Yuswohadi, fenomena ini menciptakan kondisi asymmetric information, di mana pemilih memilih berdasarkan ketidaktahuan mereka tentang calon lain. Dengan kata lain, popularitas menjadi alat untuk meraih suara tanpa harus memiliki kapabilitas politik yang memadai. Banyak pengamat politik mengkritik bahwa para artis tidak memiliki cukup pengetahuan atau pengalaman dalam hal politik dan kebijakan publik. Lucius Karus dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) menekankan bahwa meskipun kemampuan mereka di bidang hiburan sangat baik, kapasitas mereka sebagai legislator sering kali kurang memadai. Dalam periode 2019-2023, kinerja DPR dinilai buruk dengan hanya sedikit undang-undang yang disahkan.
ADVERTISEMENT
Langkah Nyata untuk Membuktikan Diri
Partai politik juga memiliki tanggung jawab dalam proses rekrutmen ini. Mereka harus memastikan bahwa para caleg artis tidak hanya dijadikan sebagai vote getter, tetapi juga dilengkapi dengan pendidikan politik yang memadai. Ketua DPP NasDem, Willy Aditya, mengklaim bahwa para caleg artis dari partainya telah mengikuti pendidikan legislasi dan aktif dalam kegiatan kepartaian sebelum mencalonkan diri. Namun, skeptisisme tetap ada mengenai seberapa efektif program tersebut dalam meningkatkan kualitas legislasi. Untuk menjawab skeptisisme publik, para artis yang baru dilantik harus melakukan langkah konkret. Pertama, mereka perlu menunjukkan dedikasi dalam memahami isu-isu yang tengah beredar di masyarakat, mulai dari pendidikan, ekonomi, sosial budaya, dan isu-isu lainnya. Kedua, mereka harus berani menyuarakan pendapat meskipun kadang bertentangan dengan partai politik yang mereka ikuti. Ketiga, transparansi dalam bekerja juga menjadi hal yang penting untuk mendapatkan kepercayaan publik. Para artis juga harus bisa menjalin hubungan yang baik dengan rekan-rekan legislatif lainnya, serta dapat membangun jejaring atau networking dengan berbagai pihak agar mampu memperjuangkan aspirasi rakyat Indonesia secara maksimal.
ADVERTISEMENT
Fenomena artis menjabat sebagai anggota DPR adalah cerminan dari dinamika politik Indonesia saat ini. Meskipun keterlibatan mereka dapat meningkatkan partisipasi politik dan menarik perhatian pada isu-isu penting, tantangan utama tetap pada kualitas dan kapabilitas mereka sebagai legislator. Untuk memastikan bahwa kehadiran artis di parlemen bukan sekadar gimmick politik, perlu adanya upaya serius dari partai politik untuk mendidik dan membekali mereka dengan pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan untuk menjalankan tugas sebagai wakil rakyat. Ke depan, penting bagi masyarakat untuk lebih kritis dalam memilih wakilnya. Memahami bahwa popularitas bukanlah jaminan, namun kualitas adalah langkah awal menuju pemilihan umum yang lebih baik dan representatif. Dengan demikian, kita berharap agar fenomena ini dapat berkontribusi positif terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia, bukan justru memperburuk kualitas legislasi di parlemen.
ADVERTISEMENT