Konten dari Pengguna

Mengenal Fast Beauty Perpaduan Antara Kecantikan Dan Konsumerisme di Era Modern

Ayyu Puspitta
Mahasiswa semester 7 yang senang menulis isu-isu ekonomi dan sosial. Dari Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
12 November 2024 20:36 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayyu Puspitta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi gambar perempuan dengan produk kecantikan/doc pribadi
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi gambar perempuan dengan produk kecantikan/doc pribadi
ADVERTISEMENT
Merawat tubuh dan penampilan saat ini bukan hanya sebuah konstruksi sosial namun juga memiliki pengaruh besar pada standar kecantikan perempuan. Tubuh perempuan berubah menjadi materialisme konsumtif yang digunakan sebagai daya tarik bagi industrialisasi beauty.
ADVERTISEMENT
Tren Fast Beauty belakang ini seakan menjadi fakta yang tidak bisa dihindari lagi, bagaimana pelaku industri memanfaatkan tren kecantikan, media sosial dan tubuh perempuan sebagai tempat kapitalisme mereka. “Mengkerdilkan” dampak pada lingkungan menjadi salah satu upaya mereka melanggengkan fenomena fast beauty dan “menjelajahi tubuh perempuan sebagai objek yang harus di nikmati.
Kiat-Kiat Menjadi Cantik
Merasa cantik merupakan kewajiban dan tekanan, kadang memang mendatangkan kesenangan, tetapi sementara. “Merasa cantik adalah Pekerjaan besar yang dilakukan perusahaan untuk terus meraup untung dan mengeksploitasi“. Petikan salah satu opini di Buzzfeed terkait kampanye Dove.
Saat perempuan diakui eksistensinya melalui kecantikan secara tidak langsung akan memberikan dampak kebahagian pada dirinya karena merasa keberadaannya diakui. Tetapi dampak lain pun muncul adanya standar kecantikan di dalam masyarakat membuat para perempuan merasa ingin cantik terlebih sesuai standar yang ada. Perempuan yang sudah dikatakan cantik oleh masyarakat, akan mempertahankan citranya tersebut karena merasa eksistensi diakui.
ADVERTISEMENT
Kecantikan merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam penampilan bagi perempuan. Perkembangan yang pesat dalam industri produk kecantikan saat ini menjadi salah satu “fasilitas” para perempuan untuk menjadi cantik melalui kosmetik maupun skincare. Merujuk dari data yang dilansir Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), telah terjadi peningkatan pertumbuhan jumlah pelaku usaha kosmetik dari awalnya berjumlah 819 pada tahun 2021 menjadi 913 pada tahun 2022, hal ini setara dengan pertumbuhan sebesar 20,6% pada tahun 2022.
Peningkatan ini disebabkan lonjakan minat konsumen terhadap produk kosmetik dengan alasan merawat tubuh. Alasan ini didukung oleh standar kecantikan yang semakin gencar diperlihatkan melalui media sosial. Banyak para perempuan yang menunjukan kiat-kiat menjadi cantik.
ADVERTISEMENT
Jebakan Fast Beauty
Produk kosmetik dan skincare berperan dalam mendongkrak kepercayaan pada diri perempuan. Para perempuan saat ini cukup kewalahan dalam memilih produk kecantikan karena telah banyak varian yang dipilih. Industri kecantikan saat ini semakin masif dalam mempromosikan produk-produk terbarunya. Setiap hari selalu ada iklan yang memperkenalkan brand kecantikan baru. Fenomena ini tak lain yaitu fast beauty merupakan proses produksi produk kecantikan yang sangat cepat dalam jumlah banyak, biasanya ketika sebuah brand mengeluarkan suatu varian produk baru, brand kompetitor juga akan mengeluarkan varian versinya sendiri. Data dari badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada di kuartal I-2020 terjadi pertumbuhan produksi produk kecantikan dan kesehatan kulit sebesar 5,59%. Angka ini diproyeksikan akan terus naik. Selain itu kehadiran media sosial dan e-commerce memungkinkan sebuah brand kecantikan melakukan promosi gila-gilaan untuk menarik konsumen.
ADVERTISEMENT
Konsumen dibuat memilih dari banyaknya varian produk kecantikan, perusahaan memprioritaskan untuk tetap berada di atas tren dan formulasi yang sedang naik dengan memangkas secara drastis waktu penyelesaian yang biasanya diperlukan dari konsepsi produk hingga peluncuran. Ketangkasan seperti ini dapat menjadi sangat penting bagi kesuksesan merek baru. “Perusahaan tidak bisa lagi menunggu enam bulan atau satu tahun untuk mengembangkan, mengevaluasi dan mengoptimalkan produk baru”, kata Jenny Frazier Wakil Presiden Senior Nielsen Innovation Practice. Mereka harus bergerak secepat kilat untuk memanfaatkan tren kecantikkan.
Salah satu faktor yang memunculkan tren fast beauty adalah masifnya perkembangan media sosial platform seperti Tiktok dan Instagram memunculkan banyak influencer baru yang memiliki pengaruh kuat dalam pengambilan keputusan pembelian para pengikutnya. Banyak brand kecantikan memanfaatkan pengaruh influencer-influencer untuk mempromosikan produk barunya.
ADVERTISEMENT
Merawat tubuh dan penampilan saat ini bukan hanya sebuah konstruksi sosial namun juga memiliki pengaruh besar pada standar kecantikan perempuan. Tubuh perempuan berubah menjadi materialisme konsumtif yang digunakan sebagai daya tarik bagi industrialisasi beauty. Tren Fast Beauty belakang ini seakan menjadi fakta yang tidak bisa dihindari lagi, bagaimana pelaku industri memanfaatkan tren kecantikan, media sosial dan tubuh perempuan sebagai tempat kapitalisme mereka. “Mengkerdilkan” dampak pada lingkungan menjadi salah satu upaya mereka melanggengkan fenomena fast beauty.
Konsumerisme dalam Praktik Fast Beauty
Salah satu praktik umum dalam pemasaran produk perawatan kulit ialah eksploitasi terhadap insecurity (rasa ketidakamanan) konsumen. Konsumen dari usia yang sangat muda, dibuat merasa perlu memiliki skin care routine yang panjang dan rumit. Perusahaan akan berusaha keras meyakinkan konsumen bahwa produk mereka adalah solusi untuk mendapatkan rasa cantik yang dibutuhkan para perempuan. Adanya promosi melalui influencer yang ikut meramaikan budaya konsumerisme ini memperparah praktik fast beauty.
ADVERTISEMENT
Tingginya konsumerisme masyarakat menimbulkan perilaku yang tidak sehat sehingga mengabaikan pemenuhan kebutuhan lain yang lebih penting. Konsumerisme yang serba instan mengharuskan merek untuk tetap berada di atas inovasi terbaru dan menempatkan produk di tangan konsumen secepat kilat atau berisiko terkena pesaing yang melakukannya. Efek domino dari video-video haul bersifat instan dan tidak terlewatkan menciptakan fenomena fomo pada perempuan sehingga siklus konsumsi yang dipercepat membuat banyak orang mengabaikan keutamaan dan kesesuaian masing-masing produk kecantikan. Di sisi lain kerakusan kapitalisme selalu meninggalkan permasalahan.
Imbas dari Fast Beauty
Salah satu masalah yang ditimbulkan oleh fast beauty yaitu dampak pada lingkungan. Demi meraup keuntungan besar industri tidak memperhatikan keamanan suatu produk dan dampak sampah yang ditimbulkan akibat kemasan produk yang tidak bisa didaur ulang. Lingkungan menjadi salah satu yang terdampak dari praktik fast beauty ini limbah-limbah yang dihasilkan dari produksi cepat beauty ini mempengaruhi “keamanan ekosistem lingkungan”.
ADVERTISEMENT
Sebuah survei dari SkinStore mengungkapkan bahwa perempuan menggunakan rata-rata 16 produk sebelum meninggalkan rumah setiap paginya. Menurut statistik dari Zero Waste Week, sampah plastik dari industri kecantikan mencapai lebih dari 120 miliar unit kemasan setiap tahunnya. Selain itu dalam sebuah laporan dari British Beauty Council hanya 9% dari kemasan plastik yang benar-benar didaur ulang, sementara sisanya berakhir di tempat pembuangan sampah. Mendaur ulang sebagian besar produk kecantikan cukup menantang karena banyak wadah yang terlalu kecil, memiliki bentuk yang sangat berbeda dan menggunakan berbagai jenis plastik. Menurut laporan Cosmetic Packaging Market-Growth Trends and Forecasts (2020-2025) hampir 50% kemasan produk kosmetik yang terbuat dari plastik. Hal ini didukung oleh laporan Minderoo foundation yang mengatakan bahwa industri kosmetik global memproduksi lebih 120 miliar unit kemasan setiap tahun yang sebagian besar tidak di daur ulang.
ADVERTISEMENT
Jika tidak ada tindakan mengatasi sampah ini, aliran plastik ke lautan akan tiga kali lipat jumlah pada tahun 2040. Kurang lebih 29 juta metrik ton per tahun atau setara dengan 50 kilogram plastik per meter garis pantai di seluruh dunia. Sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah atau saluran air.
Plastik tidak terurai di lingkungan, plastik akan bertahan selama ribuan tahun. Seiringan waktu plastik akan terurai menjadi mikroplastik yang membahayakan kehidupan laut. Lebih buruk lagi, meskipun banyak merek kecantikan yang mengetahui dampaknya, mereka bersembunyi di balik greenwashing dalam pemasaran untuk membuat konsumen percaya bahwa mereka sebenarnya ramah lingkungan.
Kesimpulan
Praktik Fast Beauty ini salah satu cara melanggengkan standar kecantikan dengan sistem cepat sehingga menghilangkan dampak-dampak yang ditimbulkan termasuk limbah yang dihasilkan membuat kerusakan pada lingkungan. Tubuh perempuan akan terus dijadikan objek untuk dikonsumsi oleh publik, media sosial sebagai penyokong akan menjadi jalan bagi para pelaku industri beauty meraup keuntungan.
ADVERTISEMENT
Sudah saatnya para perempuan yang menjadi komoditas utama dalam industri ini lebih peduli lagi dengan memilih barang-barang produk kecantikannya orientasi untuk cepat cantik harus segera diubah namun lebih fokus pada kesehatan dan perawatan yang aman untuk tubuhnya dan tidak fomo dengan produk baru maupun promosi yang diciptakan fast beauty.
Kecantikan sebenarnya bukan dibentuk dari apa produk kecantikan yang di gunakan saja melainkan bagaimana perempuan menghargai dan menjaga dirinya sendiri dengan merawat kesehatan tubuh dengan tepat tanpa harus berlomba-lomba untuk menjadi cantik mengikuti standar yang ada dalam masyarakat.