Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
UKT Terus Naik: Apakah Pendidikan Tinggi Masih Terjangkau untuk Semua Kalangan?
8 Oktober 2024 10:56 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari azizah nurul husnaini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendidikan tinggi di Indonesia memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, Pendidikan tinggi kerap dipandang sebagai jalan akselerasi sosial dan ekonomi yang lebih baik. Namun, bagi keluarga berpenghasilan menengah ke bawah, harapan itu sulit tercapai dengan adanya kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang semakin melejit.
ADVERTISEMENT
UKT, yang seharusnya membantu mahasiswa membayar kuliah sesuai kemampuan finansial, kini justru menjadi beban yang memberatkan. Fenomena itu mengundang banyak pertanyaan tentang keberlanjutan Pendidikan tinggi di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang belum pulih pasca pandemi.
Adanya UKT awalnya diperkenalkan pemerintah untuk menyederhanakan sistem biaya Pendidikan di perguruan tinggi negeri. Mahasiswa hanya diharuskan membayar satu kali biaya kuliah per semester tanpa ada pungutan tambahan lainnya. Besarnya UKT ditentukan berdasarkan kemampuan finansial keluarga, dengan harapan sesuai dengan sila ke lima Pancasila yaitu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun, alih-alih menerapkan sila ke lima kenyataannya tidak selalu demikian. Banyak mahasiswa dari keluarga menengah ke bawah mengeluhkan UKT yang sangat tinggi, terlalu jauh di atas kemampuan ekonomi keluarganya. Bahkan, beberapa mahasiswa terpaksa menunda kuliah atau mencari pekerjaan tambahan untuk menutupi biaya pendidikan mereka.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan: apakah Pendidikan tinggi masih terjangkau untuk semua kalangan? Ketika biaya kuliah meningkat, apakah selaras dengan kualitas Pendidikan juga ikut meningkat?
Tantangan bagi keluarga berpenghasilan rendah yaitu tentang tingginya biaya UKT. Penghasilan pas-pasan sering tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk membiayai Pendidikan tinggi.
Salah satu kasus yang ditemukan yaitu, orang tua mahasiswa yang bekerja di sektor informal atau dengan pendapatan tidak tetap, keterbatasan kemampuan untuk menunjukkan bukti pendapatan formal sering kali menyebabkan mereka dikategorikan ke dalam kelompok UKT yang lebih tinggi dari yang seharusnya.
Kenaikan UKT yang semakin tinggi menimbulkan kekhawatiran serius terkait kesenjangan akses Pendidikan tinggi di Indonesia. Bagi masyarakat berpenghasilan rendah, biaya kuliah yang mahal berarti Pendidikan tinggi semakin tidak terjangkau. Hal itu menciptakan ketimpangan antara mereka yang mampu membayar dan yang tidak. Situasi itu berpotensi meningkatkan angka putus kuliah.
ADVERTISEMENT
Beberapa mahasiswa terpaksa meninggalkan bangku kuliah karena tidak mampu lagi membayar UKT, meskipun mereka memiliki prestasi akademik yang baik. Hal itu tentunya berlawanan dengan Pancasila sila ke lima, tidak adanya kesetaraan kepada semua orang tanpa memandang latar belakang ekonomi.
Upaya dan solusi yang dilakukan pemerintah dan perguruan tinggi sebenarnya telah mencoba memberikan solusi atas permasalahan ini seperti memberikan bantuan berupa keringanan UKT atau beasiswa bagi mahasiswa berprestasi dan kurang mampu.
Namun, kenyataannya di lapangan berbeda tidak sesuai dengan harapan, banyak mahasiswa yang mengeluhkan proses pengajuan keringanan UKT yang rumit dan memakan waktu serta ketidaktransparan dalam penentuan kategori UKT. Mengatasi tantangan itu, diperlukan solusi yang lebih komperhensif. Pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat harus berkolaborasi untuk menciptakan system yang lebih adil dan transparan dalam penentuan UKT.
ADVERTISEMENT
Adanya kenaikan UKT yang terus-menerus menjadi tantangan besar bagi keluarga menengah ke bawah. Tanpa adanya perbaikan sistem dan kebijakan, masyarakat menengah ke bawah tidak bisa meningkatkan kesejahteraan melalui kuliah di perguruan tinggi. Seharusnya hal tersebut menjadi hak semua orang tanpa membedakan latar belakang ekonomi dan sosial.
Oleh karena itu, sangat penting bagi semua pihak untuk Bersama-sama mencari solusi, agar Pendidikan tetap menjadi alat pemutus rantai kemiskinan dan pembuka jalan menuju masa depan yang lebih baik.