Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ngurek : Tradisi Bali yang Unik dan Kontroversial
5 Desember 2024 16:01 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Azzahra Ayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ngurek merupakan tradisi yang jarang ditemukan di luar komunitas tertentu di Bali. Tradisi ini melibatkan praktik ritual melukai tubuh sebagai persembahan kepada roh leluhur atau dewa-dewa dalam rangka mencari berkah atau sebagai bentuk pengorbanan spiritual. Meskipun mungkin tampak ekstrem bagi sebagian orang, terutama bagi mereka yang tidak familiar dengan budaya Bali, Ngurek memiliki makna filosofis dan spiritual yang dalam bagi masyarakat yang melaksanakannya.
ADVERTISEMENT
Asal Usul dan Tujuan Ngurek
Tradisi Ngurek berasal dari kepercayaan Bali yang sangat menghormati roh leluhur dan kekuatan alam. Dalam masyarakat Bali, ritual dan persembahan dilakukan untuk menjaga hubungan harmonis antara dunia manusia dan dunia spiritual. Ngurek, yang dalam beberapa kasus melibatkan penyiksaan tubuh secara simbolis, merupakan salah satu cara untuk menunjukkan pengabdian yang tulus dan kesediaan untuk berkorban demi mendapatkan berkah atau perlindungan dari roh-roh halus.
Ngurek dilakukan dengan tujuan tertentu, seperti meminta kelancaran dalam panen, kesuburan, atau penyembuhan penyakit. Ritual ini seringkali dilaksanakan di tempat-tempat suci seperti pura atau tempat pertemuan spiritual. Biasanya, mereka yang melakukan ngurek adalah orang-orang yang dianggap memiliki kedekatan dengan dunia spiritual atau mereka yang terlibat dalam upacara besar seperti odalan atau ngaben (upacara kremasi).
ADVERTISEMENT
Proses Ngurek
Ritual ini melibatkan melukai tubuh dengan pisau tajam atau alat tradisional lainnya, dengan cara mencakar atau menggoreskan pisau pada kulit. Biasanya, ritual ini dilakukan oleh pemangku adat atau pengikut agama Hindu Bali yang telah mempersiapkan diri secara spiritual. Selama proses ini, mereka tidak merasakan rasa sakit yang berlebihan atau mungkin merasa seolah-olah mendapatkan kekuatan rohani yang lebih besar untuk mendekatkan diri kepada dewa-dewa.
Bagi mereka yang melaksanakan Ngurek, ritual ini bukan hanya sekadar bentuk penyiksaan tubuh. Mereka percaya bahwa dengan melukai tubuh, mereka "membuka diri" untuk memperoleh energi spiritual yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik itu kesehatan, kelimpahan rezeki, atau perlindungan dari roh jahat.
Kontroversi dan Pandangan Luar
Meski dianggap sebagai bagian dari tradisi Bali yang mendalam dan sakral, praktik Ngurek ini sering kali menimbulkan kontroversi, terutama di kalangan orang luar atau mereka yang tidak memahami konteks budaya di baliknya. Bagi sebagian besar orang yang tidak familiar dengan tradisi ini, ritual yang melibatkan melukai tubuh sendiri dapat dianggap sebagai sesuatu yang tidak manusiawi dan ekstrem.
ADVERTISEMENT
Namun, bagi masyarakat Bali, ngurek bukan sekadar tindakan fisik, tetapi sebuah simbol pengorbanan spiritual. Dalam ajaran Hindu Bali, pengorbanan fisik dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan dan leluhur. Hal ini juga menggambarkan konsep Tri Hita Karana, yaitu harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Ngurek menjadi cara untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan.
Pergeseran dalam Praktik Ngurek
Seiring berjalannya waktu, tradisi Ngurek mulai mengalami perubahan. Beberapa kalangan muda di Bali, yang lebih terpengaruh oleh modernisasi dan globalisasi, mulai meninggalkan praktik ini. Sebagian besar orang Bali kini lebih memilih bentuk persembahan lain yang lebih lembut, seperti upacara melukat (pembersihan rohani) atau pemujaan dengan sesajen.