Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Program Makan Siang Gratis : Solusi Cepat atau Beban Jangka Panjang?
16 Oktober 2024 9:56 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Nadia Alfira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Program yang diusung oleh Prabowo dan Gibran sebagai presiden dan wakil presiden terpilih untuk memberikan makan siang dan susu gratis kepada anak usia dini, siswa sekolah, santri, dan ibu hamil tampak sebagai langkah besar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun, meski tujuan ini tampaknya mulia, terdapat berbagai tantangan dan risiko yang perlu dipertimbangkan. Anggaran 21 triliun rupiah per hari yang diajukan untuk mendukung program ini menimbulkan kekhawatiran dari berbagai aspek, mulai dari kesehatan, ekonomi, hingga keberlanjutan jangka panjang. Berikut adalah empat poin penting yang harus dipertimbangkan dalam menilai efektivitas dan risiko dari program ini:
ADVERTISEMENT
1. Dampak Terhadap Kesehatan:
ADVERTISEMENT
2. Implikasi Anggaran yang Signifikan:
ADVERTISEMENT
3. Tantangan Implementasi dan Logistik:
ADVERTISEMENT
4. Aspek Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan:
ADVERTISEMENT
Bagi pendukung kebijakan ini, program makan siang dan susu gratis dipandang sebagai langkah konkret untuk meningkatkan gizi masyarakat, menurunkan angka stunting, dan mengurangi kemiskinan. Mereka berargumen bahwa program ini akan memberi akses nutrisi yang merata kepada anak-anak dari semua kalangan ekonomi, meningkatkan produktivitas belajar, dan mendukung perkembangan fisik yang sehat.
Selain itu, mereka mungkin juga berpendapat bahwa ini adalah cara untuk mengurangi beban ekonomi keluarga miskin, karena orang tua tidak perlu lagi mengkhawatirkan biaya makan anak-anak mereka saat bersekolah.
Namun, kritikus mengingatkan bahwa meskipun program makan siang dan susu gratis dari Prabowo-Gibran memiliki niat baik untuk meningkatkan kesejahteraan gizi masyarakat, terlalu banyak risiko yang bisa muncul dalam implementasinya. Dari segi kesehatan, risiko penurunan kualitas makanan hingga ketergantungan pada bantuan ini harus diwaspadai. Dari segi anggaran, program ini jelas tidak berkelanjutan tanpa mengorbankan sektor penting lainnya atau memperbesar beban keuangan negara. Dan dari segi logistik, tantangan distribusi yang besar serta potensi inefisiensi dapat menghambat keberhasilan program ini.
ADVERTISEMENT
Solusi yang lebih bijak adalah mengalokasikan anggaran dalam jumlah yang lebih rasional dan menargetkan investasi pada sektor-sektor yang lebih produktif dan berkelanjutan. Pemerintah seharusnya berfokus pada peningkatan pendidikan, perbaikan infrastruktur kesehatan, serta pemberdayaan ekonomi keluarga melalui program yang lebih terstruktur dan tidak hanya bersifat bantuan instan.