Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
5 Film Sejarah Konflik Dua Korea yang Epik dan Patriotik
28 Mei 2018 17:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Bagas Putra R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tak terasa puasa Ramadan sudah memasuki hari ke-11. Jangan lupa selalu lakukan hal positif agar tak mengganggu ibadahmu. Nonton film bisa jadi salah satu pilihan kamu untuk mengisi waktu sambil nunggu waktu berbuka, lho. Apalagi film yang kamu tonton bersifat edukatif.
ADVERTISEMENT
Ya, selain bisa jadi hiburan di kala senggang, bisa juga sambil menambah ilmu pengetahuan, contohnya ketika nonton film yang bernuansa sejarah. Dari banyaknya film sejarah, kamu bisa memilih untuk menonton film sejarah yang berlatar belakang Perang Korea.
Bagi para penggemar movie wars, Korea Selatan memang kerap memproduksi film-film perang dengan kualitas yang baik dan mampu bersaing dengan Hollywood. Ciri khas film sejarah perang dari industri perfilman Korsel biasanya tidak hanya bertumpu pada sisi patriotik prajurit dan hal-hal politis dalam peperangan saja. Namun juga identik dengan sentuhan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga jadilah film perang yang epik nan mengharu-pilu.
Oke, ngga perlu berlama-lama lagi, inilah 5 film sejarah berlatar perang dua Korea yang bisa kamu tonton sambil ngabuburit. Check it out!
ADVERTISEMENT
1. 71: Into the Fire (2010)
Sepucuk surat dari salah seorang dari 71 tentara pelajar Korea Selatan yang meninggal ditemukan pemerintah Korea Selatan setelah bertahun-tahun genjatan senjata dua Korea berlangsung. Surat itu mencatat pengalaman 71 tentara pelajar Korsel pada 11 Agustus 1950 yang harus mempertahankan garis perimeter Kota Pohang-dong dari gempuran pasukan komunis Korut.
Posisi mereka begitu penting karena menjadi pertahanan strategis bagi pasukan Korsel dan koalisi PBB yang masih tersisa di antara kota Pohang-dong dan sungai Nakdong. Namun, 71 tentara pelajar ini bukanlah prajurit berpengalaman. Mereka direkrut dengan pengalaman bertempur yang minim, bahkan banyak yang secara paksa ditarik ke medan perang.
Selama 11 jam, 71 tentara pelajar itu bertahan di sekolah menengah untuk perempuan di Kota Pohang. Kondisi yang mencekam dan penuh ketakutan dirasakan para tentara pelajar tersebut, karena apa yang mereka hadapi bukan pasukan komunis Korut biasa, melainkan Unit Khusus 766 yang ditakuti.
ADVERTISEMENT
Menariknya, film ini dibintangi oleh T.O.P atau Choi Seung-hyun, salah satu anggota boy band Big Bang. T.O.P berperan sebagai Jang-beom, tentara pelajar yang ditunjuk untuk memimpin 71 tentara pelajar tersebut.
Dalam cerita, Jang-beom digambarkan sebagai sosok yang lembut dan bijak, namun ia harus lebih tegas mengatur pasukannya, khususnya untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara dirinya dan Kap-jo, sukarelawan yang merupakan seorang kriminal.
Film ini dibuat untuk meningkatkan kesadaran akan keberadaan dan pentingnya peran tentara pelajar selama Perang Korea. Oleh karena itu, plot cerita tak hanya menggambarkan situasi peperangan pada saat itu, tetapi juga mengangkat setiap detail apa yang dialami oleh para tentara pelajar tersebut.
2. Welcome to Dongmakgol (2005)
ADVERTISEMENT
Film ini dibuat berdasarkan naskah drama teater berjudul Welcome to Dongmakgol karya pengarang drama, Jang Jin. Tak lama setelah rilis, film ini masuk ke dalam salah satu nominasi Piala Oscar tahun 2005 dan menjadi wakil Korsel dalam kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Pada tahun 2015, Welcome to Dongmakgol menjadi film Korsel dengan keuntungan tertinggi keempat dalam sejarah perfilman Korsel.
Sesuai dengan judulnya, film ini mengangkat kisah nyata dari sebuah desa bernama Dongmakgol selama Perang Korea. Desa itu terletak di lereng gunung yang terpencil, bahkan tak tersentuh oleh geliat peperangan.
Berlatar tahun 1950, ketika dua pihak yang berseteru dipertemukan di Dongmakgol: seorang pilot pesawat tempur AS yang pesawatnya jatuh di lereng gunung, tiga tentara Korut yang mundur, dan dua tentara Korsel yang tersesat.
ADVERTISEMENT
Saat kedua pihak telah siap bertempur, para penduduk desa mempengaruhi para tentara itu untuk mengadakan gencatan senjata sementara atas nama persaudaraan dua Korea. Para tentara itu akhirnya memutuskan untuk tinggal dan membantu para penduduk untuk bertani.
Sementara itu, pihak Amerika Serikat yang menjadi sekutu Korsel mendengar kehadiran militer Korut di Dongmakgol dan merencanakan misi serangan udara. Demi kemanusiaan, para tentara itu pun akhirnya bahu membahu untuk menyelamatkan penduduk desa dari kehancuran total.
3. Tae Guk Gi (2004)
Apa yang akan kamu lakukan jika kamu dan saudara kandungmu dihadapkan dalam situasi harus membantu negara untuk berperang? Itulah yang dirasakan oleh dua laki-laki bersaudara, Jin Tae dan Jin Seok dalam film Tae Guk Gi. Mereka harus berpisah dari keluarga yang bisa saja sewaktu-waktu terbunuh pihak lawan.
ADVERTISEMENT
Film ini sarat dengan situasi yang menyentuh dan emosional karena mengangkat tema-tema keluarga, persaudaraan, dan tanggung jawab seorang kakak kepada adiknya. Sang kakak, Jin Tae, memutuskan untuk mengambil misi yang lebih beresiko untuk melindungi Jin Seok dari pertempuran yang sengit.
Setelah sekian lama berperang, Jin Tae berubah menjadi sosok yang "gila perang" dan haus akan penghargaan. Tujuan Jin Tae memang dimaksudkan agar dirinya dapat mengeluarkan adiknya dari peperangan, namun nyatanya apa yang dilakukan Tae justru membuat Seok membencinya. Bayangkan saja, apa jadinya jika pilunya situasi perang bercampur dengan konflik saudara yang penuh derai air mata.
Pada akhirnya, Tae tidak dapat melindungi adiknya. Seok ditangkap oleh tentara komunis dan Tae mengira adiknya itu telah tewas dalam penjara komunis. Lalu, masih adakah harapan yang tersisa dari kedua saudara itu?
ADVERTISEMENT
4. Northern Limit Line (2015)
Pada tahun 2002, Korea Selatan dan Korea Utara kembali berseteru. Perjanjian gencatan senjata yang disepakati 49 tahun lalu untuk sekian kalinya kembali merenggang. Northern Limit Line dibuat berdasarkan kisah nyata ketika terjadinya peristiwa "Second Battle of Yeonpyeong" di mana kapal perang Korea Utara menyerang kapal patroli Korea Selatan di perairan yang disengketakan di pantai barat Korea.
Film ini mengambil sudut pandang beberapa prajurit muda yang bertempur dan tewas dalam pertempuran Yeonpyeong. Tepatnya pada 29 Juni 2002, ketika kapal patroli Korea Selatan, Chamsuri 357, ditembaki dua kapal Korea Utara yang memasuki zona perbatasan bernama Northern Limit Line.
Rasa nasionalisme di film ini sangat terasa, karena peristiwa itu juga bertepatan dengan Piala Dunia FIFA 2002. Ketika itu Korsel dan Jepang menjadi tuan rumah dari ajang turnamen sepak bola dunia itu. Untuk meningkatkan pengamanan, pemerintah Korsel memang sengaja menempatkan armada kapal patrolinya di perairan Yeonpyeong.
ADVERTISEMENT
Kehidupan para awak kapal selama patroli Korsel dikisahkan dengan hubungan yang saling menghormati dan mengagumi. Sentuhan lelucon-lelucon yang lazim ditemukan dalam setiap film atau drama ala negeri ginseng itu juga disajikan untuk sejenak meredam ketegangan konflik yang berlangsung.
5. Silmido (2003)
Pada musim dingin tahun 1968, perang dingin antara Korsel dan Korut mencapai puncaknya. Sebanyak 31 personel pasukan khusus Korut bernama Unit 214 menyelinap melintasi perbatasan yang paling dijaga ketat. Mereka membawa misi strategis: masuk ke Istana Presiden Korsel dan membunuh Park Chung Hee, Presiden Korsel.
Usaha para mata-mata Korut itu pun gagal, dan Korsel membalasnya dengan cara yang sama. Film ini berkisah tentang bagaimana proses Korsel merekrut 31 penjahat dan terpidana untuk dijadikan pasukan khusus bernama Unit 684 yang akan ditugaskan untuk misi balasan, membunuh pemimpin besar Korut, Kim Il Sung.
ADVERTISEMENT
Para rekrutmen itu dibawa ke Pulau Silmido dan mendapatkan pelatihan militer serta dijanjikan kebebasan oleh pemerintah Korsel. Selama menjalani pelatihan, mereka dihadapkan dengan proses yang sangat berat, bahkan menewaskan seorang rekrutmen yang dibunuh akibat gagal menyelesaikan pelatihan.
Ketika mereka telah diselundupkan ke wilayah Korut menuju Pyongyang, pemerintah Korsel membatalkan misi tersebut karena sebuah proses perdamaian dua Korea. Kenyataan bahwa para rekrutmen itu telah mengetahui terlalu banyak rahasia negara, ada rencana pemerintah untuk melenyapkan bukti perekrutan dan membunuh seluruh rekrutmen.
Film ini banyak dinilai telah mengungkap sejarah kelam dari pemerintahan Korsel, khususnya dalam hal spionase dan pertahanan. Bagaimana situasi mencekam dan ketakutan para rekrutmen yang tidak jelas nasibnya, sehingga banyak yang mencoba melarikan diri ke luar Pulau Silmido juga terekam jelas dalam film ini.
ADVERTISEMENT