Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jelajah Kota Sejuta Menara
13 Juli 2018 23:52 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Bahana Menggala Bara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menjelah Kota Tarim seakan berada di ujung dunia lain. Terik matahari meroket sampai hampir setengah titik didih. Perang suku berkecamuk tiada henti. Kalashnikov dan qat tampak seperti kacang goreng. Namun derap langkah tak mau berhenti menjajal padang pasir dan bukit-bukit kering di tanah Tarim.
ADVERTISEMENT
Dalam pengembaraan, tampak ribuan santri dari berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia belajar di negeri ini. Pastinya ada magnet solid di tempat ini.
Tak disangka, salah satu magnet tersebut adalah menara. Bila Indonesia miliki Prambanan dengan tinggi 47 meter, Tarim miliki menara yang menjulang lebih dari 50 meter. Bayangkan dengan tinggi tersebut, bangunan ini dinobatkan sebagai menara tertinggi di dunia dari tanah liat dan pelepah kurma. Tercatat menara ini dibangun tahun 1914 Masehi.
(Sumber foto: istockphoto)
Menilik sejarah, menara ini dinamakan Al-Muhdar yang diambil dari nama pendirinya Umar Al-Muhdar bin Abdurachman Assegaf. Menariknya, Assegaf adalah fam yang miliki banyak garis keturunan di Indonesia, sebut saja mantan Mensos Salim Assegaf dan pendiri DOKU Nabilah Assegaf yang memang miliki hubungan keluarga dari wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam kompleks menara, terdapat sebuah perpustakaan bernama Al-Awqaf. Perpustakaan ini miliki 14 ribu manuskrip Islam. Tak pelak, Islamic Educational, Scientific and Cultural (ISESCO) tetapkan Tarim sebagai Ibukota Budaya Islam tahun 2010.
(Sumber foto: World Monuments Fund)
Kembali ke menara, bangunan ini hanya satu dari ratusan menara. Banyak diantaranya menempel pada konstruksi masjid. Masjid pertama di Tarim dibangun pada tahun 661 Masehi pada masa kepemimpinan Abu Bakar. Masjid ini dinamai Wa’al atau kambing hutan. Saat pendirian menara ini, Tarim diyakini masih hutan.
Sebagai perbandingan, masjid Wa’al dibangun hampir dua abad lebih tua dari Prambanan. Prambanan sendiri tercatat didirikan pada 850 Masehi. Sampai kini, keduanya berdiri tegak seakan bercerita kejayaan masanya.
ADVERTISEMENT
Di Tarim, jumlah masjid sejumlah hari dalam setahun. Itulah sebabnya kota ini dijuluki kota sejuta menara. Bila sehari seorang beribadah di satu masjid, maka baru dalam setahun ia dapat jelajahi habis seluruh masjid di kota tersebut.
Tarim adalah bagian dari Kerajaan Saba. Sebuah negeri yang kala itu dipimpin oleh sang ratu tercantik sejagad dunia. Ratu Balqis yang dipersunting oleh Nabi Sulaiman. Luas Tarim sendiri adalah empat kali lipat Ibukota Jakarta.
Tarim juga dikenal sebagai tanah para keturunan nabi. Keturuan nabi dipercaya miliki konsentrasi tertinggi di kota ini. Engseng Ho dalam bukunya The graves of Tarim: Genealogy and mobility across the Indian Ocean gambarkan penyebaran keluarga keturunan Nabi Muhammad di Tarim.
ADVERTISEMENT
Dengan segala keunikannya, Tarim miliki daya tarik yang tak ternafikan. Namun, sejak 2015 ketidakstabilan kian melanda Yaman. Jet tempur pasukan koalisi seakan tanpa henti serang pemberontak Houthi di utara. Peredaran senjata meningkat tiga kali lipat jumlah penduduk Yaman yang berkisar sekitar 27 juta orang.
Dengan kondisi ini, keselamatan menjadi yang utama. Ancaman Al-Qaeda dan ISIS begitu nyata di Yaman. Dengan penuh asa, damai suatu saat akan menggapai Yaman kembali. Sampai saat itu tiba, tiada jaminan jiwa tersedia.