Konten dari Pengguna

Kisah Joni, Penyelamat Kibaran Sang Saka Merah Putih

Bahana Menggala Bara
An ordinary chap in an extraordinary quest of life.
17 Agustus 2018 23:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bahana Menggala Bara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Joni bocah pemanjat tiang bendera
 (Foto: Twitter @kemlu_RI)
zoom-in-whitePerbesar
Joni bocah pemanjat tiang bendera (Foto: Twitter @kemlu_RI)
ADVERTISEMENT
Anak kecil tangkas itu bernama Yohanes Ande Kala. Ia akrab disapa Joni. Di perbatasan RI-Timor Leste, ia bersekolah di SMPN 1 Silawan. Satu-satunya SMP di perbatasan RI-Timor Leste. Saat ini, ia ada di tingkat kelas 7.
ADVERTISEMENT
Tepat di hari perayaan HUT RI tanggal 17 Agustus 2018, ia bersama teman-temannya melaksanakan upacara di tapal batas RI-Timor Leste. Hadir sebagai inspektur adalah Wakil Bupati Belu, JT. Ose Luan.
Sesaat upacara berjalan mulus. Namun saat bendera akan dikibarkan, tali pengait bendera putus. Inspektur upacara lalu instruksikan agar Sang Saka tetap berkibar. Saat itu seakan waktu berhenti, semua terpaku.
Namun tidak si Joni kecil yang suka memanjat pohon asam. Dengan sigapnya ia buka sepatunya, bertelanjang kaki memanjat sampai ujung tiang bendera untuk mengambil pengait.
Sampai tiga perempat tiang, ia terhenti. Penuh kekhawatiran inspektur instruksikan agar Joni turun. Menghela nafas seraya tersenyum, ia tahu ia akan salah tidak ikuti instruksi untuk turun. Namun keberanian dan nurani hatinya berkata lain.
ADVERTISEMENT
Ia terus naik sampai akhirnya berhasil mendapatkan pengait di mulutnya dan membawanya ke pasukan pengibar. Haru pun tak terbendung. Semua bertepuk tangan seakan hormat pada Joni berhati patriot. Ia-lah penyelamat Sang Saka di hari ulang tahun kemerdekaan.
Kisah Sesungguhnya Si Kecil Joni
Di balik aksi heroik si kecil Joni, ada kisah haru lainnya. Saat berlangsung upacara, sesungguhnya ia sedang berada di dalam tenda ditangani oleh guru karena mengeluh sakit perut.
Lalu ia mendengar suara dari luar “Siswa SMP siapa yang bisa memanjat?” Sesaat ia tahu Sang Saka membutuhkan bantuan.
Ia segera meminta izin pada salah satu guru (ibu Selvi Yulianti Ludji) agar ia dapat memanjat. Bangun dari pembaringan, dengan sigapnya ia menuju lapangan. Tidaklah benar ia memanjat karena suruhan. Ia memanjat karena panggilan hatinya untuk Sang Saka.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikonfimasi oleh Kanisius, guru Joni di SMPN 1. Kanisius menepis bahwa Joni memanjat karena instruksi. Ia tahu benar hal itu karena ibu Selvi yang juga istrinya memberi kesaksian apa yang terjadi saat itu di dalam tenda.
Di sekolah, Joni termasuk siswa yang aktif, sigap, inisiatif, dan peduli pada guru, teman, dan lingkungan sekolah.
Joni adalah seorang patriot kecil. Hati ikhlasnya yang tidak dibuat-buat dan suci membuatnya menggapai asa untuk Sang Saka. Sungguh engkau patriot sejati yang dirindukan bangsa.
Bravo Joni. Dirgahayu Indonesia. Di usiamu yang menginjak 73, kami generasi muda nan suci putih jiwa terpanggil untuk selalu membelamu, Indonesia negeri tercinta ku.
Bahana Menggala Bara
17 Agustus 2018
ADVERTISEMENT
Tapal Batas Atambua