Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Nasib Guru Tapal Batas
23 Agustus 2018 16:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Bahana Menggala Bara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kehidupan guru tapal batas penuh dengan perjuangan. Sebutlah seorang guru bernama Kanisius Sungga yang mengajar di tapal batas Atambua, Kabupaten Belu.
ADVERTISEMENT
Kanisius menjabat sebagai Kepala Urusan Kesiswaan SMP Negeri Silawan. Ia dikenal dekat dengan Joni, patriot kecil penyelamat Sang Saka di tapal batas Atambua.
( Kanisius Sungga bersama Joni)
Kanisius adalah satu dari empat guru garis depan di SMP Negeri Silawan. Ia mengikuti program guru mengajar ke seluruh pelosok negeri. Ia meninggalkan desanya di Ngada, Flores untuk membaktikan ilmunya di Belu.
SMP Negeri Silawan saat ini miliki 20 orang guru. Delapan diantaranya adalah PNS, sementara lainnya berstatus honorer.
(Pahlawan tanpa tanda jasa di tapal batas, SMP Negeri Silawan)
Ia bercerita suka duka mengajar di tapal batas. Ia menuturkan bila tidak jarang hasil uji coba tanam dan halaman sekolah rusak oleh ternak akibat pagar sekolah yang seadanya saja. Namun sangat senang kala melihat anak didiknya memahami pelajaran yang diberikan.
ADVERTISEMENT
Ruang kelas pun tidak dapat menampung seluruh siswa di perbatasan. Untuk mengakalinya, kelas dibagi menjadi kelas pagi dan siang.
Potret sekolah ini menjadi kekhawatiran Kanisius karena sekolahnya berada di jalan protokol Marsda Adi Sucipto. Lalu-lalang pelintas dari negara seberang kerap melihat kondisi sekolahnya yang masih perlu mendapat banyak perbaikan.
(Siswa SMP Negeri Silawan)
Kanisius juga memiliki kekhawatiran akan keterbatasan akses air bagi para warga perbatasan, termasuk untuk sekolah. Ia memandang ketersediaan air menjadi hal prioritas di tapal batas.
Kanisius bercerita bahwa Joni bersama anak lainnya sering membantu para guru mendapatkan air bersih yang berjarak 3 km dari sekolah dan perumahan guru.
Guru-guru baik PNS mapupun honorer di tapal batas berharap perhatian lebih dari pemerintah. Mereka berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan nasib para guru di tapal batas. Mereka mengharapkan adanya pengangkatan PNS dan pemberian tunjangan perbatasan.
ADVERTISEMENT
Sudah saatnyalah Jakarta membalas jasa para pejuang tapal batas. Yang mereka inginkan sangatlah sederhana.
Hanyalah sumber air dan sumur kehidupan agar mereka dapat terus bertahan hidup.
Semoga pesan para pahlawan tanpa tanda jasa terdengar oleh Jakarta.