Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Membangun Habitus Baru: TUGUL-GAWAK
20 Februari 2022 17:01 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
(Catatan dari arena Eksplorasi Budaya Kecamatan Atadei di Desa Atakore/Watuwawer) (Ferry Koban: Orang Atadei)
ADVERTISEMENT
Suasana pagi (Jumad, 18 Pebruari 2022) yang cukup panas di bawah sengatan sinar matahari, masyarakat Atadei dari empatbelas desa tumpah ruah di gerbang masuk Desa Atakore. Dalam balutan pakaian adat dengan kepala dihiasi ‘topi koli’, mereka berjejal menanti kehadiran Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, untuk ‘merayakan’ secara bersama acara ‘Eksplorasi Budaya Tugul Gawak di Kecamatan Atadei, di Desa Atakore atau yang sering disebut Desa Watuwawer. Di bawah terik mentari, para ‘duta budaya’ dari setiap desa berbaris rapi menurut asal desanya, sementara itu masyarakat kebanyakan yang datang menyaksikan acara eksplorasi budaya ini memenuhi pinggir kiri-kanan jalan dari gerbang desa menuju Lapangan Bola Kaki Desa Atakore, tempat acara eksplorasi budaya ini digelar. Suasana begitu ramai semeriah suasana hati masyarakat Atadei yang menyaksikan ‘ritual budaya Tugul Gawak dalam balutan Eksplorasi Budaya.
ADVERTISEMENT
Gerbang masuk Desa Atakore: ‘Bot Rota’
Master of Ceremony, dalam kata pengantarnya di pintu gerbang menegaskan, “Budaya memberikan atau menegaskan rasa identitas kepada suatu kelompok; budaya juga memfasilitasi komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar, luhur dan agung dari pada sekedar kepentingan individu; budaya dapat merangkul segala perbedaan. Dalam Eksplorasi Budaya ini, kita dapat menjelajahi suatu budaya untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan memanifestasikannya dalam hidup bersama; dan bagi Generasi Muda, eksplorasi budaya ini merupakan ruang untuk mengetahui, mempertahankan dan menghargai keberagaman budaya, warisan para Leluhur”.
Sebelum seluruh rombongan masuk ke tempat upacara, di gerbang desa diadakan sebuah upacara yang bernama “Bot Rota”. ‘Bot’ artinya memindahkan dan ‘Rota’ artinya nitu rota atau makap meber (bisa diartikan sebagai roh-roh jahat). Maksud dari upacara ini adalah menyingkirkan roh-roh jahat agar mereka tidak berada di tempat kegiatan demi menjaga keselamatan semua orang yang datang mengikuti kegiatan tersebut. Setelah seremoni ‘Bot Rota’ berakhir, Bupati Lembata dan rombongan serta seluruh utusan dari desa dan semua masyarakat yang hadir, di hantar ke tempat upacara di lapangan bola kaki dengan tarian ‘Holobeba’. Seluruh prosesi di gerbang masuk berjalan begitu lancar, khidmad dan agung pertanda Leluhur dan Nenek Moyang berada bersama dan merestui kegiatan eksplorasi budaya ini.
ADVERTISEMENT
Seremoni ‘TUGUL-GAWAK’ di ‘namang (lokasi utama kegiatan adat)’
Seluruh rangkaian eksplorasi budaya ‘Tugul - Gawak’ di Atadei, dilalui dengan tahap-tahap, pertama, setiap desa sudah mendahuluinya dengan seremoni ‘Durut Tuak’ (tuang tuak) di rumah adat masing-masing. Kedua, desa Atakore sebagai tuan rumah kegiatan juga sudah melakukan ritus ‘Op Kihen’ atau membebaskan lokasi agar semua orang yang datang dan nanti kembali juga dalam keadaan selamat. Seremoni-seremoni awal baik di desa masing-masing maupun di Atakore sebagai pusat kegiatan menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara orang yang hidup dengan Leluhur Nenek Moyang; bahwa bisa terjadi kerjasama antara orang yang hidup dengan Leluhur Nenek Moyang dan bahwa Leluhur Nenek Moyang yang tak kasat mata, dapat terlibat membantu, menjaga dan menyukseskan kegiatan yang dilakukan oleh orang yang hidup. Dalam kepercayaan tradisional, orang-orang Atadei percaya bahwa yang berada di lokasi kegiatan, bukan saja ada manusia hidup yang terlihat kasat mata, tetapi juga ada Leluhur Nenek Moyang yang bersatu padu menyukseskan kegitan budaya ini.
ADVERTISEMENT
Di ‘koker/namang/rumah besar’ yang dibangun di lapangan bola kaki, dilaksanakan seremoni puncak ‘Tugul Gawak’ dengan segala simbolnya.
Apa itu ‘TUGUL-GAWAK’ ?
Arti dari Tugul Gawak adalah merangkul dan mempersatukan. Tujuan dari ritus ini adalah mengumpulkan dan mempersatukan kita untuk boleh mencapai satu tujuan bersama dalam suasana persaudaraan dan kebersamaan. Dalam konteks Lembata, kita boleh bersatu hati membangun Lembata pada umumnya dan Atadei pada khususnya.
Seremoni ini didahului dengan penyerahan ‘tuak, ayam, sirih-pinang dan beras’ dari setiap desa oleh Kepala Desa masing-masing dan juga dari Bupati Lembata sebagai ‘Maguran’ (Orang Besar; Kepala Daerah) kepada pemangku adat. Seluruh pemberian itu disatukan lalu dilakukan seremoni dan diolah untuk menjadi santapan bersama. ‘Molan’ (dukun) akan memotong ayam lalu merecikkan darahnya di atas beras yang sudah disatukan dalam satu wadah. Ayam yang sudah dipotong, akan dimasak, dan ada bagian tubuh tertentu dari ayam yang diambil sebagai persembahan untuk Leluhur Nenek Moyang. Beras dan ayam yang sudah dimasak akan disantap secara bersama sebagai tanda persatuan dan persaudaraan. Setelah itu, dukun akan melakukan ritus pembersihan dengan symbol-simbol yang telah disediakan, seperti sirih-pinang, buah kelapa muda dan kelengkapan lainnya. Maksudnya adalah bahwa jika selama ini ada tutur kata atau tindakan kita yang menyakiti orang lain, ini lah saatnya kita bertobat dan membiarkan semuanya pergi bersama terbenam matahari. Air kelapa yang direcikkan di atas semua yang hadir menandakan ketenteraman, kedamaian dan kesejukkan.
ADVERTISEMENT
Ritus Tugul Gawak, sebenarnya merupakan kesempatan bagi kita semua untuk membangun persatuan dan persaudaraan, saling memaafkan dan bersama-sama mendapat ‘berkat dan rahmat’ dari Leluhur Nenek Moyang untuk membangun kampung halaman dalam semangat kebersamaan. Ritus ‘tugul-gawak’ mengandaikan pertobatan yakni mengubah sikap dan hati, menentukan arah dasar hidup yang baru serta menata ulang mentalitas.
Habitus Baru: ‘TUGUL-GAWAK’
Yang dimaksud dengan ‘habitus’ adalah gugus insting, baik individual maupun kolektif yang membentuk cara merasa, cara berpikir, cara melihat, cara memahami, cara mendekati, cara bertindak dan cara berelasi seseorang atau kelompok.
Jika Tugul-Gawak menjadi ‘Habitus Baru’ maka persatuan dan persaudaraan harus menjadi spirit utama dalam seluruh dinamika kehidupan di setiap medan pengabdian agar tujuan bersama yang dicita-citakan dapat tercapai dalam kebersamaan. ‘Tugul-Gawak’ menjadi ‘Habitus Baru’ artinya persatuan dan persaudaraan harus membentuk cara merasa, cara berpikir, cara melihat, cara memahami, cara mendekati, cara beritndak dan cara berelasi sehingga hidup bersama menjadi sesuatu yang indah, menarik, menyejukkan, menentramkan dan saling melengkapi menuju kepenuhan sebagai manusia. Jika ini yang terjadi maka sekat-sekat primordialisme serta polarisasi kepentingan sesaat akan sirna digilas persatuan dan persaudaraan.
ADVERTISEMENT
Karena itu, apa yang dilakukan Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday dalam Eksplorasi Budaya ini sebenarnya ingin memperbaiki keadaban publik yang telah rusak, yang telah mengaburkan bahkan menghilangkan nilai-nilai tradisi yang sebelumnya diyakini sebagai pegangan hidup yang luhur dan meyakinkan. Nilai-nilai budaya inilah yang harus diangkat kembali, dihidupkan dan dimanifestasikan dalam kehidupan bersama demi sebuah keadaban publik baru, sebuah habitus baru.