Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Kita Sering Kali Memeriksa Handphone Padahal Tidak Ada Notifikasi?
3 Desember 2024 11:56 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari BALQIS AL FATH QATRUN NADA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Handphone merupakan alat komunikasi pintar yang saat ini tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Penggunaannya yang praktis dan memudahkan membuat siapapun tidak akan sungkan untuk memilikinya. Selain itu, di dalam handphone terdapat fitur menyenangkan seperti sosial media yang memfasilitasi penggunanya untuk berekspresi, eksplorasi, dan tentunya komunikasi jarak jauh. Maka tak heran, apabila teknologi ini sangat sulit terlepas dari kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, terdapat juga fitur menarik di dalam handphone yaitu notifikasi yang merupakan pemberitahuan mengenai informasi atau pengumuman dari pihak tertentu kepada pihak yang dituju melalui media. Umumnya notifikasi akan muncul dalam media seperti email, line, instagram, whatsapp, dan masih banyak lagi. Selain itu, notifikasi juga akan menjadi sumber informasi bagi penggunanya untuk segera memeriksa handphone dan menindak lanjuti notifikasi tersebut. Kebiasaan ini sudah menjadi rutinitas normal pada biasanya. Bahkan tak jarang, tanpa mendengar notifikasipun seseorang dapat memeriksa lalu kemudian memainkan handphone.
Lalu, bagaimana dengan kebiasaan memeriksa handphone padahal kita tidak menerima notifikasi apapun? Apakah fenomena ini hanyalah sebuah kebetulan atau memiliki penjelasan ilmiah? Untuk itu, mari kita bahas fenomena ini!
ADVERTISEMENT
Apa yang Memengaruhi kita Memeriksa Handphone?
Fenomena memeriksa ponsel meskipun tidak ada pemberitahuan atau notifikasi dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep psikologi dan neuroscience. Berikut adalah penjelasan ilmiah mengenai hal tersebut:
1. Meningkatnya Dopamin
Saat bermain handphone, kita cenderung akan merasa lebih senang, puas, mendapatkan adiksi dan lain sebagainya. Ini menyebabkan otak melepaskan hormon dopamin yang membuat otak mengartikan kegiatan tersebut sebagai hal menyenangkan yang perlu dilakukan berulang. Dopamin sendiri merupakan neurotransmitter yang terlibat dalam sistem pemberian sensasi kebahagiaan.
Kebiasaan kita dalam menggunakan handphone dan efek kebahagiaan yang terus kita dapatkan membuat kita merasa seolah-olah perlu memeriksa handphone. Sehingga meskipun tidak ada notifikasi yang masuk, kebiasaan untuk memeriksa handphone bisa tetap memicu ekspektasi otak akan adanya sesuatu yang menyenangkan atau menghibur.
ADVERTISEMENT
2. Variable Reward
Variable Reward merupakan suatu bentuk penghargaan yang didapatkan secara beruntut atau berkesinambungan. Konsep dari Variable Reward ini adalah imbalan yang diterima ketika melakukan sesuatu. Jika dikaitkan dengan handphone, ketika memainkannya imbalan tak terduga dapat diperoleh dengan mudah. Misal, dalam platform media sosial instagram terdapat notifikasi ketika mendapatkan comment, like, dan sebagainya. Hal sederhana tersebut dapat membangkitkan kebahagiaan sejenak karena mendapati seseorang menyukai atau bahkan meramaikan kolom komentar postingannya. Hal ini diibaratkan seperti hadiah kecil tak terduga yang memicu pelepasan dopamin ketika hadiah diterima dan memunculkan fase antisipasi.
Mengapa disebut antisipasi? Hal ini dikarenakan ketidakpastian dalam mendapatkan kebahagiaan tersebut. Kembali pada contoh notifikasi like pada instagram tadi. Tentunya notifikasi yang ada di Handphone kita tidak semua mengenai like postingan instagram, melainkan dapat berupa pesan masuk atau pemberitahuan lainnya. Kita tidak pernah tau kapan notifikasi like itu akan muncul. Sehingga ketidakpastian tersebut membuat otak berada pada antisipasi yang tinggi dan sulit untuk ditolak.
ADVERTISEMENT
Ini juga yang akhirnya membuat otak terus mencari dan merasa penasaran. Sehingga bahkan tanpa mendengar notifikasipun, otak tetap ingin mencari kebahagiaan melalui platform-platform yang ada di handphone tersebut.
3. Fear of Missing Out (FOMO)
Fear of Missing Out atau biasa disebut FOMO merupakan ketakutan akan kehilangan momen berharga individu atau kelompok di mana individu tersebut tidak dapat hadir di dalamnya dan ditandai dengan keinginan untuk tetap terus terhubung dengan apa yang orang lain lakukan melalui internet (Przybylski et al., 2013). Tak jarang, terlalu sering menggunakan handphone membuat informasi didapat dengan cepatnya. Baik itu berita dari luar maupun dari teman dan keluarga. Kondisi ini membuat otak merasa takut ketika tidak mendapatkan informasi. Efeknya, ketika tidak ada yang merasa penting pun, kita tetap membuka handphone karena takut tertinggal informasi.
ADVERTISEMENT
4. Kebiasaan yang Terbentuk
Ada masanya ketika seseorang terjadwal ketika memegang handphone. Misalnya adalah ketika jam bekerja, istirahat, atau bersantai. Orang-orang yang memiliki putaran waktu terjadwal memiliki sistem terstruktur yang diatur oleh otak. Sehingga, ketika jadwal yang seharusnya hilang, tidak dapat dipungkiri bahwa otak akan mencari kesenangan melalui handphone tersebut.
Selain itu, kita juga terbiasa memainkan handphone ketika tengah senggang atau tanpa kegiatan. Hal ini telah disinggung sebelumnya bahwa memainkan handphone dapat menaikkan kadar dopamin. Kebiasaan ini akhirnya akan menjadi rutinitas yang sulit dihilangkan. Jadi, akan sangat wajar apabila tanpa sengaja kita menyalakan handphone kita dan berakhir terlena karenanya padahal tidak ada hal urgent yang berkaitan dengan handphone tersebut.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan memeriksa handphone walaupun tanpa mendengar notifikasi sudah sangat umum terjadi dikalangan masyarakat. Kebiasaan ini dipengaruhi besar oleh dopamin yang meningkat dan variabel imbalan yang terus berkesinambungan. Otak manusia akan sangat senang apabila menerima asupan yang membahagiakan. Jadi tidak heran apabila dengan hanya melihat handphone saja, kita terdorong untuk mengambil dan memeriksanya.
Sebenarnya, fenomena ini tak sepenuhnya buruk dan juga tidak dapat dianggap baik. Ini dikarenakan kebiasaan ini dapat membawa seseorang menuju penurunan prodiktivitas. Kita dapat mengatasinya dengan melakukan detox digital. Caranya adalah dengan menon-aktifkan notifikasi tidak penting, memasang set screen-time handphone, dan memasang limit aplikasi. Cara-cara ini dapat dilakukan untuk mengurangi kebiasaan memeriksa handphone. Langkahnya dapat dilakukan berkala karena tidak mudah bagi otak untuk kembali menyesuaikan dan lepas dari sumber kesenangannya.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Umbrex. 2024. Variable Rewards. Diakses pada 3 Desember 2024. https://umbrex.com/resources/tools-for-thinking/what-is-variable-rewards/.
Przybylski. 2013. Motivational, Emotional and Behavioral Correlates Of Fear Of Missing Out. Journal of Computer In Human Behavior, 1841- 1848.