Konten dari Pengguna

Taylor Swift dan Swifties: Menggagas Subkultur yang Membangun Sebuah Kesuksesan

Balqis Sulistiyani
Sedang menempuh pendidikan S1, Departemen Ilmu Komunikasi di Universitas Andalas, Padang. Berkegiatan aktif sebagai Public Relations and Community Engagement AIESEC in Unand 2024.
10 April 2024 12:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Balqis Sulistiyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bulan lalu, masyarakat Indonesia, mulai dari anak muda hingga dewasa pergi berbondong-bondong ke Singapura demi menyaksikan konser musik Taylor Swift "The Eras Tour". Menariknya, video seseorang yang membicarakan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi keinginan pasangannya menonton konser Taylor Swift demi membahagiakannya menjadi viral di berbagai sosial media, khususnya di Tiktok.
ADVERTISEMENT
Taylor Swift kini menjadi penyanyi dengan 14 piala Grammy Awards dan tercatat telah memecahkan rekor dengan mengalahkan Frank Sinatra dan Stevie Wonder. Pada tahun 2024 ini saja, ia sudah memenangkan 2 penghargaan, yakni "Album of the Year” dan "Best Pop Vocal Album". Tak heran, fenomena komunitas fan yang paling diakui adalah Swifties, yang merupakan fandom dari Taylor Swift, seorang penyanyi dan penulis lagu Amerika Serikat. Swifties dikenal sebagai salah satu komunitas fan terbesar, paling berdedikasi, dan paling mempengaruhi di antara semua. Mereka dikenal karena tingkat partisipasi, kreativitas, komunitas, dan fanatisisme yang tinggi, serta menjadi subjek perhatian luas di media utama. Sampai-sampai menjadikan Taylor Swift dengan julukan “She’s The Music Industry Herself”.
Kevin Winter/Getty Images For The Recording Academy/Taylor Swift has made Grammy History once Again on February 4, 2024
zoom-in-whitePerbesar
Kevin Winter/Getty Images For The Recording Academy/Taylor Swift has made Grammy History once Again on February 4, 2024
Persepsi media terhadap Taylor Swift terus berubah seiring waktu, terutama setelah insiden dengan Kim Kardashian pada tahun 2016 yang mengakibatkan penurunan citranya di media. Meskipun begitu, Taylor Swift berhasil membangun kembali citra dan visibilitasnya melalui album "Reputation" yang dibranding dengan gambar ular dan imaji lainnya yang terkait dengan perdebatan publik antara dirinya dan keluarga Kardashian. Album ini dijelaskan oleh Rolling Stone sebagai album yang paling intim, yang menunjukkan bagaimana Taylor Swift telah beradaptasi dengan persepsi publik yang berubah dan kembali dengan strategi media sosial yang konsisten.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu dapat dicapai berkat loyalitas Swifties dalam meningkatkan visibilitas media Taylor Swift. Melalui penggunaan "easter eggs" dan teasers yang cermat, Taylor Swift telah mengubah rilis albumnya menjadi acara media, mendorong antisipasi dan spekulasi. Selain itu, dengan mengadakan secret sessions eksklusif dan memberikan hadiah serta interaksi pribadi di media sosial, Swift telah membangun koneksi yang dalam dengan fansnya, mengubah mereka menjadi advokat brand yang setia.
Dengan fanbase yang besar, Taylor Swift adalah salah satu orang paling diikuti di media sosial. Taylor Swift telah "mengubah" hubungan yang bisa dimiliki seorang bintang dengan fans. Banyak fans merasa terhubung dengannya karena mereka "telah tumbuh bersama dengan musiknya”. Swift memahami kekuatan pengalaman kelompok dan telah berinteraksi dengan mereka di media sosial, mengirimkan hadiah, memilih mereka untuk hadir pada konser intim atau meet-and-greets, membuat kunjungan terkejut, dan memberikan tiket gratis kepada fans yang kurang mampu atau sakit.
Sumber : X/taylor Swift News/@TSwiftNZ
Sumber : Instagram/laraheartstaylor
Taylor Swift juga seolah telah memasuki kehidupan sehari-hari mereka, seperti dalam pernikahan dan acara lainnya, menunjukkan bagaimana budaya Swifties telah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Misalnya, dapat kita jumpai begitu banyak Swifties yang melamar pasangannya di acara atau konser Taylor Swift, disaat lagu-lagunya dengan lirik tertentu sedang diputar. Ini mencerminkan bagaimana Swifties telah mengintegrasikan budaya mereka ke dalam kehidupan sehari-hari mereka, menunjukkan bagaimana mereka telah tumbuh bersama dengan musik dan gaya hidup Taylor Swift.
ADVERTISEMENT
Selain itu, nama Taylor Swift juga kembali bermunculan di sosial media dengan trend "Mba Taylor Aku Pernah…" pada akhir 2023 lalu. Trend ini meluas di kalangan masyarakat Indonesia dan segera menyebar ke seluruh dunia. Bermula dari sebuah unggahan di media sosial yang menunjukkan seorang penggemar Taylor yang menulis tentang pengalaman pribadinya seperti sedang mengadu kepada Taylor, "Mba Taylor, aku pernah...". Kata "Mba" sendiri adalah bentuk panggilan akrab di Indonesia yang biasanya digunakan untuk menyapa wanita yang lebih tua atau seseorang yang dihormati.
Taylor Swift juga telah memanfaatkan media untuk berbagi cerita dan pengalaman pribadinya dengan para penggemar. Dengan berbagi cerita tentang masa kecilnya, proses kreatif dalam musik, hingga kehidupan pribadinya. Taylor telah menciptakan kedekatan yang lebih dalam dengan para penggemarnya. Ia juga menunjukkan bahwa ia adalah manusia biasa yang juga memiliki masalah dan tantangan dalam hidupnya, sehingga para penggemarnya merasa lebih terhubung dengan dirinya.
John Shearer/TAS23/Getty for TAS Rights Management/Taylor Swift performing at the Eras Tour in Nashville on May 6, 2023
Swifties telah memiliki dampak yang signifikan pada industri musik dan budaya populer. Mereka telah dianalisis sebagai komunitas minat, sub-budaya, dan hampir metaverse, sementara akademisi telah mempelajari mereka untuk konsumisme, kreasi konten, modal sosial, efervesensi kolektif, proliferasi organisasi, dan hubungan interpersonal. Fenomena konsumisme yang terkait dengan partisipasi atau pembelian segala sesuatu yang terkait dengan Swift telah diberi nama "Taylor Swift’s effect". Ini menunjukkan bagaimana Swifties telah mengubah hubungan antara artis dan fanbase, dengan Swift yang sering berinteraksi, membantu, memberikan kredit, dan memprioritaskan fanbase-nya, sementara fanbase tersebut memberikan dukungan dan minat yang tak terduga terhadap karya-karyanya, tanpa memandang perubahan persepsi media terhadapnya, terutama yang berkaitan dengan kehdiupan romansa pribadi Taylor Swift yang selalu dilirik media.
ADVERTISEMENT
Taylor Swift, seorang penyanyi dan penulis lagu populer, telah mengalami perjalanan yang menakjubkan dalam karir musiknya. Selama bertahun-tahun, ia telah menarik perhatian dunia dengan musiknya yang penuh emosi dan lirik yang autentik. Namun, selain karir musiknya yang sukses, Taylor juga dikenal karena hubungannya yang kuat dengan para penggemarnya.***
Balqis Sulistiyani, Mahasiwa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas.