Konten dari Pengguna

Tukinem, Penjual Sapu Lidi Keliling untuk Menyambung Hidup

Ilmining Mandiri
Student at University of Muhammadiyah Yogyakarta Communication Science Department
10 November 2022 11:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilmining Mandiri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tukinem, Penjual sapu lidi gendong (Minggu (06/11/2022)
zoom-in-whitePerbesar
Tukinem, Penjual sapu lidi gendong (Minggu (06/11/2022)
ADVERTISEMENT
Tukinem (82), seorang nenek penjual sapu lidi gendong yang berasal dari Sedayu, Bantul. Ia berjualan dengan menggendong sendiri sapu lidi yang di jual setiap harinya. Tukinem berjualan di sekitar alun-alun kidul sampai dengan plengkungan gading dan daerah sekitarnya.
ADVERTISEMENT
“Saya, berjualan sendiri dengan penghasilan yang tidak pasti setiap harinya nduk. Untuk pulang saya harus menunggu sapu ini sampai habis, laris terjual. Saya mengambil 30 buah sapu untuk dijual selama beberapa hari dan untuk sapu lidi ini diambil langsung dari Purworejo,” ujar Tukinem, kepada wartawan di Alun-Alun kidul, Minggu (06/11/2022).
Tukinem kemudian bercerita, saat berjualan namun dagangan yang ia jual tidak habis terjual dan mencapai target saat itu juga ia terpaksa harus berjualan sampai malam. Sulit menemui kendaraan saat malam tiba.
Sapu yang dijual Tukinem (Minggu (06/11/2022)
Untuk berangkat berjualan dan pulang beliau biasa menggunakan bis sebagai transportasinya. Dikarenakan ia tidak menikah dan memiliki anak maka Tukinem harus menunggu transportasi umum yang lewat di halte dekat jalan rumahnya.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak punya anak nduk, tidak punya suami juga jadi saya tinggal bareng sama adik saya. Saya jualan ini untuk bantu makan dan biaya hidup kami,” jelas Tukinem saat di wawancarai. Ia menambahkan bahwa omset yang dihasilkan setiap harinya diberikan untuk dia dan adiknya.
Penjual sapu lidi ini mengaku untuk harga sapu lidi perbiji tersebut adalah 6000. Ketika terdapat seorang pembeli yang ingin membeli sapunya, pembeli tersebut harus sedikit berteriak karena Tukinem sendiri sudah tua dan mulai mengalami penurunan pendengaran. Disamping itu semua, Tukinem juga mengalami keterbatasan Bahasa dimana ia hanya mengerti sedikit mengenai Bahasa Indonesia.
“Saya agak tuli nduk, maklum orang tua jadi kalo ngomong agak keras ya. Saya Cuma jualan dekat alkid, plengkungan gading aja karena disini titik ramai orang. ” ujar Tukinem saat diwawancarai. Ia menambahkan bahwa selama ini hidupnya bergantung dengan adiknya maka berjualan sapu ini pun menjadi salah satu hal untuk membantu menyambung perekonomian keluarga.
ADVERTISEMENT