Konten Media Partner

Herman si Pembunuh Mengaku Didatangi Arwah Levie Prisilia

28 November 2018 17:30 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Herman si Pembunuh Mengaku Didatangi Arwah Levie Prisilia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
banjarhits.ID, MARTAPURA – Aksi tega Herman bin Daryanto membunuh Levie Prisilia (35 tahun) membuat arwah korban mendatangi pelaku selepas kejadian pembunuhan. Herman mengakui dua kali didatangi arwah almarhum Levie Prisilia.
ADVERTISEMENT
”Yang pertama di rumah, dan kedua di penjara. Saat di rumah, arwahnya Levie mengikuti saya terus. Lama juga. Kalau di penjara ada penampakan sebentar arwahnya,” ucap Herman (25) kepada banjarhits.ID di sela pemeriksaan di Mapolsek Gambut, Kabupaten Banjar, Rabu (28/11).
Herman tak ada rasa takut melihat arwah Levie menguntit dirinya. Toh, pria residivis itu cuma bisa pasrah. Menurut Herman, sosok arwah Levie dalam kondisi wajah pucat dan tak berkata sepatah kata pun.
”Mukanya seperti orang bingung, wajahnya pucat. Waktu di rumah lama, ke mana saja dibuntuti, saya enggak takut,” kata Herman yang sudah membuka praktek perdukunan sejak tahun 2014.
Namun, Herman sangat menyesal atas pembunuhan terhadap Levie Prisilia. ”Saya menyesal sekali,” dia melanjutkan.
ADVERTISEMENT
Herman membunuh Levie Prisilia di sebuah mobil Suzuki Swift yang terpakir di Jalan Ahmad Yani Kilometer 11, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar pada Jumat dini hari (23/11). Mayat Levie baru diketahui pukul 09.00 WITA, Jumat (23/11). Levie tewas dalam kondisi mengenaskan dengan tubuh penuh luka dan leher tergorok gunting.
Tak sampai satu hari, polisi menangkap Herman di rumah kontrakannya, Jalan Martapura Lama, Kelurahan Sungai Lulut, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar pada Sabtu (24/11) pukul 00.00 WITA.
Sebelum aksi biadab itu, Levie dan Herman menggelar ritual klenik. “Dia ingin melihat suaminya yang katanya beristri lagi, dan minta dibelikan berlian agar dikasih suaminya (Aryadi). Saya jam 12 malam sampai di Hotel Aston lagi, dan dibilang hotel penuh. Tapi ritual di manapun bisa saja,” ucap Herman. (Diananta)
ADVERTISEMENT