Konten Media Partner

Panggilan Telepon di Tengah Ritual Memicu Pembunuhan Levie

28 November 2018 14:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Levie Prisilia. (Foto: Dok: Banjarhits)
zoom-in-whitePerbesar
Levie Prisilia. (Foto: Dok: Banjarhits)
ADVERTISEMENT
banjarhits.ID, MARTAPURA – Herman bin Daryanto (25) tampak berjalan pincang dari balik sel menuju ruang Satreskrim Polsek Gambut, Kabupaten Banjar, pada Rabu (28/11). Kaki kirinya ditembak polisi karena berusaha melawan saat ditangkap.
ADVERTISEMENT
Di hadapan penyidik, Herman bercerita soal kematian korbannya, Levie Prisilia (35). Istri pebisnis minyak Aryadi itu tewas mengenaskan di dalam mobil Swift bernomor polisi DA 1879 TN di Jalan Ahmad Yani Kilometer 11, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, sekitar pukul 09.00 WITA pada Jumat (23/11).
Herman menghubungi Levie dua hari setelah keluar dari Lapas Kelas IIA Banjarmasin untuk memberitahu Levie bahwa hukuman 7 bulan penjaranya sudah selesai. Selama di penjara, Herman dan Levie saling mengenal setelah dihubungkan dengan seorang guru spiritual bernama Zulkifli alias Alek.
Levie tiga kali mengirim uang kepada Herman, masing-masing senilai Rp 300 ribu, Rp 200 ribu, dan Rp 200 ribu. Uang itu sebagai imbalan atas jasa spiritual Herman memperbaiki masalah rumah tangga dengan suaminya. "Yang terakhir, saya minta Rp 50 ribu tapi dikasih Rp 200 ribu," kata Herman.
ADVERTISEMENT
“Saya bilang, saya sudah bebas. Dia (Levie) lalu mengajak bertemu ingin bahas soal rumah tangga. Jam 3 sore (Kamis 22 November 2018) saya menunggu di depan Hotel Aston, lalu saya menuju ke rumahnya dan dibawa masuk rumah Levie," ujar Herman.
"Di rumahnya, saya bicara tentang persyaratan ritual untuk masuk ke alam gaib.”
Saat itu, Levie memberi Rp 300 ribu kepada Herman untuk membeli perlengkapan ritual. Terdapat dua orang saksi saat mereka berada di rumah Levie, yakni Agus Jayadi (29) dan Patmilawati (21). Setelah mendapat uang itu, Herman ke Pasar Kuripan untuk membeli perlengkapan itu, yaitu tapih bahalai (kain jarik), minyak zaitun, dan menyan gaharu.
Sebagian perlengkapan ritual sudah dimiliki Herman karena dia memang sudah membuka praktik perdukunan sejak 2014, di antaranya tujuh rupa minyak, intan putih, dan jambun. Herman dikenal sebagai seorang dukun spesialis mendamaikan masalah rumah tangga orang.
ADVERTISEMENT
“Dia (Levie) ingin melihat suaminya (Aryadi) yang katanya beristri lagi dan minta dibelikan berlian agar dikasih suaminya. Saya jam 12 malam sampai di Hotel Aston lagi dan dibilang hotel penuh. Tapi ritual di mana pun bisa saja,” ucap Herman.
Ritual yang akan diadakan Herman dan Levie itu dipindah ke dalam mobil Levie di pinggir Jalan Ahmad Yani Kilometer 11, Kecamatan Gambut. Saat itu Herman datang menggunakan motor, sedangkan Levie menggunakan mobil.
“Saya masuk lewat pintu sebelah kiri dan meminta Levie pindah duduk ke sebelah kiri. Lalu saya duduk di kursi kemudi,” kata Herman.
Ritual pun dimulai. Herman membuat lubang pada kain jarik seukuran kepala Levie, kemudian mengikatkannya ke kepala kliennya itu. Dia meminta Levie berkonsentrasi. Namun, ritual itu gagal karena membuat Levie merasa pusing. Herman kembali meminta Levie mengosongkan pikiran untuk berkonsentrasi.
ADVERTISEMENT
“(Ritual) yang kedua sudah mulai masuk (alam spiritual) tapi ada gangguan, handphone Levie berbunyi. Jadi gagal lagi. Saya agak marah,” ucap Herman seraya memeragakan cara memasukkan kain jarik yang berlumuran darah.
Saat itu Herman mendorong wajah Levie, kemudian Levie membalas Herman dengan menjambak rambutnya. Lalu Herman menikam tubuh Levie dengan gunting dan menjerat lehernya menggunakan kain jarik sudah tergantung di leher Levie. (Diananta)