Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Proyek Terusan Ben Gurion: Rencana Israel Untuk Menggantikan Terusan Suez
14 Desember 2023 19:48 WIB
Tulisan dari Bastian Batara Shalom Sirait tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Disaat penyerangan Israel ke Jalur Gaza masih berlanjut, perbincangan tentang rencana lama Israel untuk membangun terusan sebagai alternatif Terusan Suez bermunculan di media sosial. Dilihat dari rutenya yang melewati Jalur Gaza, banyak pihak yang berspekulasi bahwa terdapat hubungan antara pembangunan proyek ini dengan serangan IDF ke Jalur Gaza. Banyak yang menduga bahwa serangan Israel ke Jalur Gaza bukan sekadar balas dendam atas serangan yang diduga dilakukan oleh Hamas. Israel diduga ingin melancarkan proyek jangka panjang mereka, yaitu Proyek Ben Gurion. Proyek ini ditujukan untuk menciptakan rute alternatif untuk perdagangan maritim serta memberikan Israel kesempatan untuk meningkatkan signifikansi geopolitik dan prospek ekonominya. Jika proyek ini berhasil dibangun, maka potensi terusan ini akan sangat besar bahkan menyaingi Terusan Suez.
ADVERTISEMENT
Apa itu Proyek Terusan Ben Gurion?
Proyek Terusan Ben Gurion adalah sebuah proposal yang diajukan oleh Israel pada tahun 1960-an untuk menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah melalui ujung selatan Teluk Aqaba. Dinamai sesuai dengan nama David Ben Gurion, Perdana Menteri pertama Israel, proyek ini dilakukan dengan membangun jalur air yang dapat menghubungkan Laut Mediterania ke Laut Merah sehingga dapat menghasilkan rute yang lebih cepat untuk pengiriman laut antara Asia dan Eropa.
Awal Mula dan Perkembangan Proyek Terusan Ben Gurion
Gagasan tentang menghubungkan Laut Merah dan Laut pertama kali muncul pada pertengahan abad ke-19 oleh Inggris. Kemudian, pada tahun 1963, dalam sebuah memorandum yang dituliskan oleh H. D. Maccabee, diusulkan penggunaan bahan ledak nuklir untuk meuwujudkan rencana ini. Akan tetapi, AS dan Israel tidak melanjutkan proyek ini karena beberapa alasan. Gagasan Terusan Ben Gurion muncul lagi pada saat Israel dan Maroko, Sudan, Bahrain, dan UAE menandatangani Perjanjian Abraham pada tahun 2020. Hingga saat ini proyek tersebut belum berhasil dilaksanakan dengan keberadaan Jalur Gaza bisa menjadi salah satu alasan utamanya.
ADVERTISEMENT
Mengapa Israel Ingin Membangun Terusan Baru?
Konvensi Internasional Konstantinopel pada tahun 1888 mengizinkan kapal dari berbagai negara untuk melewati Terusan Suez pada saat perang atau damai. Akan tetapi, waktu Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser, menasionalisasi Terusan Suez tahun 1956, Mesir menutup akses ke terusan tersebut sebagai reaksi terhadap pembentukan Israel pada tahun 1948 sembari mengusir orang Palestina dari tanah itu.
Dari tahun 1948 hingga 1950 Mesir memblokir kapal-kapal Israel untuk mengakses terusan ini sehingga menghambat aktivitas Israel untuk berdagang dengan Afrika Timur dan Asia, serta menghambat akses untuk mengimpor minyak dari wilayah Teluk. Kemudian, pada tahun 1956, akses ke Terusan Suez ditutup untuk semua pelayaran internasional. Hal ini disebabkan oleh Agresi Tripartit yang dilakukan Israel, Inggris, dan Prancis untuk mendapatkan kembali kendali atas Terusan Suez dan menyingkirkan Nasser dari kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Penutupan terusan ini merupakan guncangan yang signifikan dan tak terduga bagi perdagangan dunia dan berpotensi mengganggu perdagangan global. Oleh karena itu, pembangunan alternatif Terusan Suez, terutama yang berada di bawah otoritas Barat dan Israel akan menghilangkan potensi penggunaan Terusan Suez sebagai hambatan oleh Mesir terhadap Israel atau sekutunya.
Mengapa Proyek Terusan Ben Gurion Tidak Berjalan?
Rencana pembangunan terusan ini tidak hanya melibatkan biaya yang mahal, tetapi juga menantang secara teknis. Dengan rute yang direncanakan 100 km lebih panjang dari Terusan Suez yang sudah ada, terutama karena medan yang sulit dan topografi yang rumit, proyek ini tampaknya akan menghadapi tantangan besar dalam hal pembebasan lahan dan rekayasa teknis.
Tidak hanya itu, tantangan sosial dan politik juga mengintai di balik rencana ini. Rute yang diusulkan melalui daerah padat penduduk, termasuk beberapa bagian dari Palestina, menyulitkan proses pembebasan lahan dan potensi pemindahan masyarakat. Ancaman militer yang terus-menerus di wilayah tersebut juga menimbulkan risiko nyata bagi keamanan dan operasionalitas terusan ini yang akan dilewati kapal kargo bernilai miliaran dolar setiap hari.
ADVERTISEMENT
Selain itu, proyek sebesar ini akan membutuhkan kolaborasi dan persetujuan dari beberapa negara, termasuk Israel, Yordania, dan Mesir. Konflik sejarah dan ketegangan yang mewarnai hubungan di wilayah tersebut membuat sulit bagi semua pihak untuk sepakat terkait kontrol atas jalur perdagangan dunia yang sangat vital ini. Mesir, khususnya, memiliki kepentingan kuat untuk mempertahankan kendali atas Terusan Suez, yang menjadi sumber pendapatan utama bagi negara tersebut.
Penutup
Dugaan banyak orang tentang motif utama Israel menyerang Jalur Gaza untuk membuat terusan baru dirasa tidak akurat. Dengan begitu banyak tantangan, baik secara finansial maupun politis, kelangsungan dan keberhasilan proyek terusan super ini masih menjadi pertanyaan besar. Meskipun terdapat potensi, penting untuk mengkaji dengan seksama apakah manfaat potensialnya sepadan dengan risiko dan biaya yang harus ditanggung.
ADVERTISEMENT