Konten Media Partner

Apa Penyebab Gempa Myanmar dan Mengapa Bisa Meruntuhkan Bangunan Tinggi di Bangkok?

2 April 2025 14:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Apa Penyebab Gempa Myanmar dan Mengapa Bisa Meruntuhkan Bangunan Tinggi di Bangkok?

Bangunan yang runtuh di Bangkok, Thailand, terimbas gempa di Myanmar, 29 Maret 2025.
zoom-in-whitePerbesar
Bangunan yang runtuh di Bangkok, Thailand, terimbas gempa di Myanmar, 29 Maret 2025.
Dua lempeng tektonik yang bergerak secara horizontal menyebabkan gempa dengan magnitudo 7,7. Sementara Bangkok menjadi salah satu wilayah terdampak karena terhubung dengan Myanmar lewat patahan yang berbentuk lurus.
Gempa bumi besar di Myanmar, Jumat (28/03), menyebabkan lebih dari 2.000 orang meninggal dan mengakibatkan banyak bangunan runtuh.
Meskipun Myanmar rentan terhadap gempa bumi, namun negara tetangga, seperti Thailand dan China, yang menjadi wilayah terdampak, sebenarnya tidak tergolong rawan gempa.
Ibu kota Thailand, Bangkok, terletak lebih dari 1.000 kilometer dari pusat gempa yang terjadi Jumat lalu itu. Namun sebuah gedung tinggi yang belum selesai dibangun di situ roboh.
Mengapa gempa di Myanmar terjadi dan apa penyebab dampaknya menjalar ke tempat yang begitu jauh?
Mobil melewati jalanan yang rusak di Naypyidaw akibat gempa, 28 Maret 2025.

Apa yang menyebabkan gempa Myanmar terjadi?

Lapisan atas bumi terbagi atas beberapa bagian, yang disebut lempeng tektonik, yang secara alamiah bergerak secara terus-menerus.
Ada pergerakan lempeng yang mendekati lempeng lainnya, selain itu ada yang saling menjauh, juga pergerakan lempeng yang berlawanan dan menimbulkan gesekan.
Pergerakan lempeng inilah yang menyebabkan gempa bumi.
Myanmar dianggap sebagai salah satu daerah yang secara geologis paling "aktif" di dunia karena terletak di atas pertemuan empat lempeng tektonik ini - lempeng Eurasia, lempeng India, lempeng Sunda, dan lempeng mikro Burma.
Gempa dan tsunami 2004 disebut terjadi akibat lempeng India yang bergerak di bawah lempeng mikro Burma.
Rebecca Bell, seorang peneliti tektonik di Imperial College London, mengatakan bahwa ada patahan yang terbentuk yang memungkinkan lempeng tektonik bergerak menyamping.
Patahan besar yang disebut patahan Sagaing, yang membelah Myanmar dari utara ke selatan dengan panjangnya lebih dari 1.200 kilometer.
Data awal menunjukkan bahwa pergerakan yang menyebabkan gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 pada hari Jumat lalu adalah "sesar mendatar", di mana dua lempeng bergerak secara horizontal satu sama lain.
Data ini selaras pergerakan pada patahan Sagaing.
Saat lempengan bergerak saling melewati, lempengan dapat saling menempel, sehingga menimbulkan gesekan dan menimbulkan bumi bergerak, yang menyebabkan gempa bumi
Petugas evakuasi asal China yang melakukan pencarian dan penyelamatan di reruntuhan bangunan di Mandalay, Myanmar 31 Maret 2025

Mengapa gempa Myanmar dapat terasa sampai di Bangkok?

Gempa bumi dapat terjadi hingga sampai kedalaman 700 kilometer di bawah permukaan bumi. Gempa di Myanmar terbilang dangkal, karena terjadi di kedalaman 10 kilometer dari permukaan bumi. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah guncangan di permukaan.
Gempa bumi ini juga sangat besar karena berkekuatan 7,7. Menurut Survei Geologi AS, gempa ini menghasilkan lebih banyak energi daripada bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada 1945.
Besarnya gempa disebabkan oleh jenis patahan, kata Bell.
"Patahan yang lurus berarti gempa bumi dapat terjadi di area yang luas - dan semakin besar area patahan yang bergeser, semakin besar gempa bumi," jelasnya.
"Telah terjadi enam gempa bumi berkekuatan 7 atau lebih besar di wilayah ini dalam satu abad terakhir."
Para pasien rumah sakit di Bangkok, Thailand mengungsi ke tempat terbuka, 28 Maret 2025, setelah terjadi gempa di Myanmar yang turut diraasakan sampai Thailand.
Sesar lurus ini juga berarti banyak energi dapat terbawa sepanjang patahan - yang membentang sejauh 1.200 kilometer ke selatan menuju Thailand.
Para ilmuwan meyakini hal ini terjadi karena gempa tersebut merupakan "super shear" yang langka. Ini berarti energi dari retakan di kerak bumi terbentuk karena bergerak lebih cepat daripada gelombang seismik.
Seismolog Frederik Tilmann, dari Pusat Geosains Helmholtz di Jerman, menjelaskan dalam sebuah analisis bahwa retakan tersebut bergerak dengan kecepatan sekitar 5 kilometer per detik - menjadikannya "setara dengan jet supersonik".
Karena retakan tersebut terbuka ke arah selatan, maka energi yang terkumpul ini juga mengarah ke ibu kota Thailand, Bangkok. Hal ini yang menyebabkan dampaknya menjalar ke tempat yang sangat jauh.
Sementara itu, dampak yang dapat ditimbulkan di permukaan sangat bergantung pada jenis tanah.
Pada jenis tanah lunak, seperti di Bangkok, getaran terjadi dengan lambat dan bertambah besar.
Kondisi geologis Bangkok membuat getaran tanah terasa lebih kuat.

Mengapa hanya satu gedung pencakar langit yang runtuh di Bangkok?

Rekaman yang memperlihatkan gedung-gedung tinggi di Bangkok bergoyang akibat gempa tersebar di media sosial pasca kejadian gempa.
Salah satu yang populer adalah tumpahnya air kolam renang yang terletak di salah satu di atap gedung.
Meski begitu, sejauh ini kantor badan pemeriksa keuangan yang belum selesai dibangun di distrik Chatuchak Bangkok yang dilaporkan runtuh akibat gempa.
Christian Málaga-Chuquitaype, pengajar senior teknik gempa di Imperial College London, mengatakan sebelum 2009, Bangkok tidak memiliki standar keselamatan yang komprehensif untuk pembangunan gedung tahan gempa.
Jembatan penghubung kondominium yang hancur di Thailand akibat gempa. Masih minim bangunan di Thailand yang memiki konstruksi tahan gempa.
Ini mengindikasikan bangunan yang sudah berusia tua akan sangat rentan.
Sebenarnya, hal ini Ini bukan hal yang aneh, di Thailand ongkos pembangunan bangunan tahan gempa bisa lebih mahal, mengingat intensitas terjadinya gempa jauh lebih rendah dibandingkan dengan di negara seperti Myanmar.
Profesor Amorn Pimarnmas, presiden Asosiasi Insinyur Struktural Thailand, mengatakan bahwa meskipun ada peraturan di 43 provinsi yang mewajibkan pembangunan dibangun dengan standar gempa, kira-kira yang konstruksinya sesuai standar tahan gempa kira-kira kurang dari 10%.
Sementara bangunan badan pemeriksa keuangan yang runtuh masih dalam tahap pembangunan - dan bangunan yang mengalami pemugaran seharusnya disesuaikan dengan standar yang ada.
Pimarnmas menduga tanah lunak Bangkok berkontribusi pada keruntuhan bangunan, karena memperkuat gerakan tanah tiga atau empat kali lipat.

Bagaimana dengan ketahanan bangunan di Myanmar?

Ian Watkinson, dosen ilmu bumi di Universitas Royal Holloway, berpendapat meskipun Myanmar rutin mengalami gempa, namun ia memperkirakan tidak banyak rumah dibangun agar tahan gempa.
"Kemiskinan umum, pergolakan politik besar, di samping bencana lainnya - misalnya tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004 - telah mengalihkan perhatian negara dari risiko gempa bumi yang tidak dapat diprediksi," katanya.
"Ini berarti bahwa, dalam banyak kasus, kode desain bangunan tidak ditegakkan, dan konstruksi terjadi di area yang rentan terhadap peningkatan risiko seismik, misalnya dataran banjir dan lereng curam."
Sebagian bangunan di Mandalay di juga terletak di sepanjang dataran banjir Sungai Ayerwaddy. Hal ini membuat bangunan tersebut sangat rentan terhadap proses yang disebut likuifaksi.
Hal ini terjadi ketika tanah mengandung air dalam jumlah tinggi, dan guncangan menyebabkan sedimen kehilangan kekuatannya dan berperilaku seperti cairan. Hal ini meningkatkan risiko tanah longsor dan runtuhnya bangunan, karena tanah tidak dapat lagi menahannya.
Watkinson memperingatkan bahwa "selalu ada kemungkinan" kerusakan lebih lanjut pada bangunan di dekat garis patahan akibat gempa susulan. Pasalnya, getaran lanjutan disebabkan perpindahan energi secara tiba-tiba ke batuan di dekatnya.
"Sering kali gempa susulan lebih kecil daripada gempa utama, dan cenderung berkurang ukuran dan frekuensinya seiring waktu," katanya.