Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Apa yang Terjadi dengan Al-qaeda Setelah Kematian Ayman Al-zawahiri?
3 Agustus 2022 18:45 WIB
·
waktu baca 5 menitKematian mendadak pemimpin al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri, di Kabul, akhir pekan lalu menimbulkan pertanyaan yang tak bisa dielakkan: apa yang terjadi dengan organisasi yang dia tinggalkan? Apakah al-Qaeda dan masihkah relevan pada 2022?
Dalam bahasa Arab, al-Qaeda bermakna "fondasi" atau "dasar". Sejak didirikan, organisasi tersebut didedikasikan untuk menyerang kepentingan negara-negara Barat di seluruh dunia serta menjatuhkan pemerintahan di Asia dan Afrika yang dianggap terlalu akrab dengan Barat dan tidak tunduk pada syariat Islam.
Organisasi itu dibentuk pada akhir 1980-an oleh sisa-sisa relawan militer Arab di kawasan perbatasan Afghanistan-Pakistan. Orang-orang tersebut pernah memerangi Uni Soviet yang menginvasi dan menduduki Afghanistan.
Hanya satu generasi lalu, nama al-Qaeda sangat terkenal di seantero dunia dan dipandang sebagai ancaman keamanan nomor satu oleh negara-negara Barat.
Mengapa? Karena saat itu al-Qaeda sukses melakukan serangkaian serangan teror yang lebih berani dan lebih kompleks. Belakangan aksi-aksi tersebut menginspirasi banyak orang untuk bergabung dan bertindak keji.
Pada 1998, kelompok itu menjalankan pengeboman simultan di Kedutaan Besar AS di Kenya dan Tanzania sehingga menewaskan banyak warga sipil Afrika.
Pada 2000, mereka menabrakkan perahu bermotor yang penuh bahan peledak ke sisi USS Cole di Pelabuhan Aden, menewaskan 17 ABK dan merusak kapal perang bernilai miliaran dollar.
Kemudian, pada 11 September 2001 pagi di New York, mereka melancarkan serangan yang "mengubah dunia selamanya".
Setelah berbulan-bulan melakukan perencanaan secara rahasia, sejumlah anggota al-Qaeda membajak empat pesawat maskapai AS saat sedang mengudara dan menabrakkan dua di antaranya ke Gedung World Trade Centre di New York. Kedua gedung ambruk dengan menciptakan bola api dan hujan debu.
Satu pesawat kemudian ditabrakkan ke Pentagon, markas Departemen Pertahanan AS. Adapun pesawat keempat gagal mencapai target karena para penumpang pesawat menggagalkan aksi pembajak. Pesawat tersebut jatuh di sebuah lapangan dan menewaskan semua orang di dalamnya.
Secara keseluruhan, hampir 3.000 orang tewas hari itu. Rentetan kejadian tersebut dikenal dengan istilah "9/11"karena sistem kalender AS menaruh bulan di depan dan tanggal di belakang.
Serangan itu praktis menjadi serangan teroris paling parah di daratan AS sekaligus memicu "perang melawan teror" yang kontroversial selama dua dekade.
Isitlah 9/11 dicetuskan dan direncanakan oleh al-Qaeda di pegunungan Afghanistan, tempat mereka dilindungi oleh Taliban. Sehingga AS dan Inggris menginvasi negara itu, mengusir Taliban serta membasmi al-Qaeda.
Perlu waktu 10 tahun lagi bagi AS sampai akhirnya negara itu bisa melacak dan membunuh pimpinan al-Qaeda, Osama Bin Laden, pada Mei 2011.
Lantas apa yang terjadi semenjak itu dan bagaimana kondisi al-Qaeda sekarang?
Perubahan petinggi dan rival baru
Osama Bin Laden secara cepat digantikan oleh mentor lamanya, sang kutu buku berkacamata, Dr Ayman al-Zawahiri. Sosok inilah yang dibunuh CIA menggunakan serangan drone pada akhir pekan lalu.
Selama 11 tahun memimpin al-Qaeda, mantan dokter bedah mata asal Mesir ini sama sekali tidak bisa menandingi gaya karismatik pendahulunya yang diapresiasi para pengikut muda dan berwatak keji.
Pesan-pesannya yang disebarluaskan menggunakan tayangan video, selalu menyerukan serangan terhadap Barat dan sekutu-sekutunya dengan gaya bertele-tele dan membosankan. Singkat kata, dia tidak punya daya pikat khalayak.
Tak perlu waktu lama, para pengikut al-Qaeda menyeberang ke kelompok pecahan baru yang menamai diri mereka "ISIS"—singkatan untuk Negara Islam di Irak dan Syam (Suriah raya).
Para pengikut muda, yang tak sabar melakukan serangan-serangan anyar, mengejek kepemimpinan al-Qaeda. Kata mereka, petinggi al-Qaeda banyak bicara sedangkan ISIS yang beraksi.
Intelijen lebih baik
Serangan 9/11 adalah bukti kegagalan dahsyat intelijen AS.
Banyak petunjuk serangan luput dari perhatian Washington. Di samping itu, serangan bisa berhasil karena CIA tidak membagi rahasia yang mereka miliki dengan FBI, begitu pula sebaliknya.
Namun itu telah berubah. Semua badan intelijen AS dan Barat kini lebih baik dalam mendapat informasi, lebih banyak berkolaborasi, dan para informan yang mereka rekrut dari dalam al-Qaeda dan ISIS membuat banyak serangan teror bisa digagalkan.
Suaka di Afghanistan?
Tapi negara-negara Barat tidak bisa mengelak bahwa penarikan mundur pasukan dari Afghanistan, tahun lalu, telah membuka peluang-peluang baru yang berbahaya bagi al-Qaeda.
Fakta bahwa al-Zawahiri bisa hidup nyaman di sebuah "rumah aman"di Kabul, dekat dengan hunian para petinggi Taliban, menunjukkan elemen jihadis garis keras di dalam Taliban tidak berniat memutus hubungan dengan al-Qaeda.
Afghanistan sejatinya punya makna khusus bagi al-Qaeda.
Di sanalah, Osama bin Laden muda, kaya, dan idealis membawa kemampuan insinyurnya untuk membangun jaringan gua nan rumit pada 1980-an untuk melawan pasukan Uni Soviet.
Di negara itu pula Bin Laden bermukim selama lima tahun di bawah perlindungan Taliban dari 1996-2001. Dan di sana al-Qaeda berniat membangkitkan kekuatannya mengingat Taliban kembali berkuasa.
Afrika - medan tempur baru
Al-Qaeda dulu merupakan organisasi yang kecil, tersentral, dan setiap anggotanya sangat dekat satu sama lain. Kini, mereka telah berjejaring dengan pra pengikut tersebar di seluruh dunia, utamanya di daerah yang tidak dikuasai pemerintahan kuat.
Di Somalia, contohnya, afiliasi al-Qaeda bernama "al-Shabab" menjadi organisasi teror yang paling menonjol.
Afrika kini menjadi medan tempur baru bagi kelompok-kelompok jihadis, seperti al-Qaeda dan ISIS, khususnya di kawasan sekitar Sahel di Afrika barat laut.
Mereka tidak hanya bertempur untuk menjatuhkan pemerintah yang mereka anggap "murtad", tapi juga berperang satu sama lain sehingga warga sipil terjebak dalam pertempuran.
Timur Tengah
Al-Qaeda sejatinya adalah kelompok teror asal Timur Tengah. Bin Laden berasal dari Arab Saudi, al-Zawahiri dari Mesir, para petinggi senior hampir semuanya Arab.
Kelompok tersebut masih mempertahankan keberadaannya secara signifikan di Suriah barat laut, tempat gempuran-gempuran drone AS dan serangan pasukan khusus terjadi secara berkala untuk membongkar tempat persembunyian para jihadis.
Dengan kematian al-Zawahiri, al-Qaeda boleh jadi segera memutuskan untuk membangkitkan kekuatan mereka dengan pemimpin baru serta strategi baru.
Konyol jika sebuah badan intelijen menyimpulkan ancaman dari kelompok ini turut mati bersama dengan pemimpinnya.