Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Banjir Bandang Libya: Mayat-Mayat yang Tak Dikenali Setelah Bencana Melanda
18 September 2023 17:00 WIB
·
waktu baca 3 menitSeorang dokter bermasker membungkuk untuk memeriksa sebuah kantung mayat, dan dengan hati-hati mengatur posisi kaki pria yang terbaring di dalamnya.
"Pertama-tama kami menentukan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan," dia menjelaskan.
"Dia sudah dalam tahap pembusukan sekarang, karena air."
Di tempat parkir rumah sakit di kota Derna, Libya bagian selatan, identifikasi terakhir salah satu dari banyak korban sedang diperiksa dan dicatat dengan hati-hati.
Ini telah menjadi salah satu pekerjaan paling vital di sini, juga yang paling bikin miris.
Pria itu sudah tidak dikenali setelah satu pekan terombang-ambing di lautan. Tubuhnya terdampar di pantai pagi itu.
Tangan para dokter yang terlatih meraba-raba tubuhnya, mencari tanda-tanda identifikasi dan mengambil DNA-nya.
Itu penting, kalau-kalau ada keluarganya yang masih hidup dan ingin mengklaimnya.
Lebih dari 10.000 orang masih secara resmi dinyatakan hilang, menurut data dari lembaga Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Palang Merah telah merilis datanya sendiri.
PBB mengatakan angka kematian sejauh ini mencapai sekitar 11.300 jiwa.
Jumlah pastinya masih belum jelas — tapi satu hal yang sudah pasti adalah skala kerusakan bencana ini.
Muhammad Miftah yakin keluarganya ada di antara para korban.
Ketika dia mencari adik perempuan beserta suaminya di rumah mereka setelah banjir, rumah tersebut telah hanyut terbawa air.
Dia belum mendengar kabar apapun dari mereka sejak itu.
Muhammad Miftah menunjukkan kepada saya sebuah video yang dia ambil ketika permukaan air naik, air berwarna coklat mengalir masuk ke dalam rumah melalui pintu depan.
Sebuah mobil terbawa arus dan tersangkut di ruang terbuka itu, memblokirnya sama sekali.
"Saya melihat mobil-mobil hanyut dan langsung berlari," ingatnya.
"Saya pikir sudah tamat, saya akan mati. Kami dapat melihat tetangga-tetangga kami melambai-lambaikan senter. Dalam beberapa momen, cahaya itu padam, dan mereka menghilang.
"Itu yang paling menakutkan."
Seiring bantuan internasional mulai tiba dalam jumlah besar, menteri kesehatan pemerintahan Libya timur mengumumkan bahwa empat petugas penyelamat dari Yunani tewas dalam kecelakaan di tengah perjalanan menuju Derna.
Lima belas lainnya terluka. Mereka hendak bergabung dengan tim dari Prancis dan Italia yang sudah lebih dahulu berada di lapangan.
Kuwait dan Arab Saudi juga telah menerbangkan berton-ton suplai tambahan.
Langkah selanjutnya adalah memastikan bantuan-bantuan tersebut digunakan dengan benar dan adil.
Kepala Misi Dukungan Internasional PBB di Libya, Abdullah Bathily, mengatakan kepada BBC Arabic bahwa negara tersebut sekarang perlu menciptakan mekanisme transparan untuk mengelola semua bantuan internasionalnya.
Kekhawatiran itu muncul dari tantangan selama ini dalam koordinasi antara pemerintahan di Tripoli yang diakui secara internasional, dan pemerintahan di Libya timur, yang tidak diakui.
Kembali ke pusat kota Dena, ada beberapa titik terang di tengah lumpur dan puing-puing yang telah menyelimuti kota.
Di salah satu sudut jalan, ratusan pakaian berwarna-warni tergeletak berserakan dalam tumpukan.
Di seberang jalan sebuah antrean panjang terbentuk ketika ada pembagian bahan bakar pada para penyintas.
Seiring bantuan berdatangan, seorang pria tiba dan meletakkan sekotak syal penghangat di kaki seorang perempuan tua.
Si pria mengecup kening perempuan itu dengan lembut; si perempuan kemudian tersenyum dan mulai memilih satu.
Inilah potret warga bantu warga dalam salah satu momen terburuk krisis di Libya.