Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kasus Kanker Penis Dunia Melonjak, Ribuan Pasien di Brasil Alami Amputasi Penis
8 Mei 2024 8:50 WIB
·
waktu baca 6 menitJumlah kasus dan angka kematian akibat kanker penis meningkat di berbagai belahan dunia. Menurut pakar, lonjakan itu bisa disebabkan sejumlah hal, termasuk kelalaian menjaga kebersihan penis.
João, pensiunan asal Brasil, memutuskan berobat ke dokter pada 2018 setelah menemukan kutil di penisnya.
"Saya ke klinik untuk mencari tahu apa itu, tapi semua dokter bilang itu muncul karena kulit berlebih dan meresepkan obat," kata João, bukan nama sebenarnya, yang berusia 63 tahun.
Namun, obat-obat yang diresepkan tak ampuh dan kutilnya terus tumbuh. Ini lantas berdampak pada pernikahan dan kehidupan seksnya.
"Kami jadi seperti kakak-adik," kata João.
Ia bertekad terus mencari tahu apa yang terjadi.
Selama lima tahun, João bolak-balik menemui dokter spesialis, yang kemudian meresepkan berbagai obat dan memintanya terus melakukan biopsi – pengambilan sampel jaringan atau sel untuk mendeteksi kelainan pada tubuh.
"Tidak ada satu pun yang bisa mengatasinya," katanya.
Lalu, pada 2023, ia didiagnosis mengidap kanker penis.
"Untuk keluarga saya, itu adalah kejutan yang sangat tidak menyenangkan, terlebih lagi karena saya harus mengamputasi sebagian penis saya. Saya merasa seperti dipenggal," kata João.
"Ini adalah tipe kanker yang tidak bisa Anda bicarakan dengan orang lain karena bisa jadi bahan bercandaan."
Kanker penis relatif jarang terjadi, tapi jumlah kasus dan angka kematian karenanya tengah meningkat di berbagai belahan dunia.
Tingkat kasus kanker penis di Brasil – negara asal João – adalah salah satu yang tertinggi, mencapai 2,1 kasus per 100.000 pria, merujuk sejumlah studi terkini.
Saya Takut Dioperasi
Pada periode 2012-2022, Kementerian Kesehatan Brasil mencatat laporan 21.000 kasus kanker penis, dengan angka kematian mencapai 4.000.
Selama satu dekade terakhir, telah dilakukan lebih dari 6.500 amputasi, atau rata-rata satu amputasi tiap dua hari.
Maranhão, negara bagian termiskin di Brasil, memiliki tingkat kasus tertinggi di dunia dengan 6,1 kasus per 100.000 pria.
Gejala kanker penis biasanya termasuk munculnya benjolan di penis yang tidak kunjung sembuh dan bau yang tak sedap.
Bila kanker penis terdeteksi sejak dini, kemungkinan besar ia bisa sembuh melalui operasi pengangkatan lesi – jaringan kulit yang tak normal, radioterapi, dan kemoterapi.
Namun, bila tidak ditangani, penderita bisa jadi harus menjalani amputasi penis sebagian atau total, serta amputasi organ genital lain seperti testikel.
Sebagian penis João diamputasi sebagian pada Januari dan, menurutnya, itu adalah saat-saat sulit.
"Ini adalah sesuatu yang tak pernah kami bayangkan akan terjadi pada kami, dan ketika itu terjadi, kami tak bisa menceritakannya pada orang lain," katanya.
"Saya takut dioperasi, tapi tidak ada alternatif lain. Saya merasa sedih di minggu-minggu pertama setelah operasi, saya tak bisa memungkirinya. Kehilangan bagian dari penis Anda adalah hal yang mengerikan."
Sejumlah pasien menjalani amputasi total, yang disebut mengubah hidup mereka.
Thiago Camelo Mourão dari departemen urologi Pusat Kanker AC Camargo di Sao Paulo mengatakan, "Pada kasus amputasi parsial, urin terus keluar melalui penis."
"Namun, pada kasus amputasi total, lubang uretra bisa dipindah ke perineum di antara skrotum dan anus, sehingga pasien harus buang air kecil sambil duduk di toilet."
Apa Penyebab Kanker Penis?
Menurut para pakar, ada beberapa faktor risiko yang terkait kanker penis, termasuk fimosis – kondisi medis saat kulup melekat erat pada kepala penis – dan merokok.
Mauricio Dener Cordeiro dari Persatuan Urologi Brasil (SBU) mengatakan faktor kebersihan juga dapat berkontribusi menyebabkan kanker penis.
"Ketika seorang pria tidak membuka kepala penisnya dan tidak membersihkan kulupnya dengan benar, akan terjadi sekresi [pengeluaran lendir] yang menumpuk," katanya.
"Ini menciptakan lingkungan yang sangat menguntungkan bagi infeksi bakteri."
"Jika ini terjadi berulang kali, itu akan menjadi faktor risiko untuk munculnya tumor."
Selain kebersihan, Cordeiro mengatakan infeksi kelompok virus bernama human papillomavirus (HPV) yang terus-menerus juga adalah “salah satu faktor risiko utama”.
Dalam beberapa kasus, HPV dapat menyebabkan kanker mulut dan penis.
"Vaksinasi massal untuk melawan HPV sangat penting karena efektivitasnya yang tinggi dalam mencegah [kemunculan] lesi terkait," katanya.
Namun, tambahnya, vaksinasi di Brasil masih jauh di bawah tingkat yang dibutuhkan agar benar-benar efektif.
"Di Brasil, meskipun vaksin telah tersedia, tingkat vaksinasi HPV pada anak perempuan masih rendah – hanya mencapai 57%, dan untuk anak laki-laki, persentasenya tak melebihi 40%. Cakupan ideal untuk mencegah penyakit ini adalah 90%," kata Cordeiro.
Misinformasi terkait vaksin, keraguan soal efektivitasnya, dan kurangnya kampanye vaksinasi telah berkontribusi pada rendahnya tingkat vaksinasi.
Lonjakan Kasus Kanker Penis Dunia
Tidak hanya di Brasil, jumlah kasus kanker penis tengah meningkat di berbagai belahan dunia, merujuk riset soal kanker penis terkini.
Pada 2022, jurnal JMIR Public Health and Surveillance mempublikasikan hasil analisis skala besar yang melibatkan data terbaru dari 43 negara.
Laporan tersebut menemukan bahwa jumlah kasus kanker penis tertinggi pada periode 2008-2012 ada di Uganda (2,2 kasus per 100,000 pria), disusul Brasil (2,1 kasus per 100.000 pria) dan Thailand (0,1 per 100.000 pria).
"Meskipun jumlah kasus dan angka kematian kanker penis di negara-negara berkembang masih lebih tinggi, jumlah kasusnya meningkat di sebagian besar negara-negara Eropa," kata tim peneliti yang dipimpin Leiwen Fu dan Tian Tian dari Universitas Sun Yat-Sen, China.
Merujuk laporan mereka, kasus kanker penis di Inggris meningkat dari 1,1 menjadi 1,3 per 100.000 pria pada periode 1979-2009, sementara kasus di Jerman naik 50% dari 1,2 menjadi 1,8 per 100.000 pria pada periode 1961-2012.
Angka-angka ini akan semakin tinggi, merujuk prediksi Global Cancer Registries.
Diperkirakan, kasus kanker penis global akan meningkat lebih dari 77% hingga 2050.
Hal ini utamanya disebabkan populasi yang menua, kata para pakar, yang bilang kasus terbanyak terjadi pada pria di usia 60-an.
"Kanker penis adalah penyakit langka, tapi juga sangat bisa dicegah. Penting bagi pria segala usia untuk mencuci penis mereka dengan sabun dan air setiap hari dan setelah hubungan seksual," kata Cordeiro.
Ia juga mengatakan bahwa risiko kanker penis bisa dikurangi dengan menggunakan kondom saat berhubungan seks dan menjalani operasi pengangkatan kulup bila mengalami fimosis.
João kini tengah menunggu hasil tes terakhirnya, yang akan diterimanya akhir tahun ini.
"Saya yakin tes ini akan menunjukkan bahwa saya akan sembuh," kata João.
"Sekarang, untuk amputasi, rasa sakitnya telah hilang, dan saya merasa jauh lebih baik. Tapi selama sisa hari saya, saya harus menerima bahwa sebagian penis saya telah diamputasi."
Menurut Cancer Research UK, lebih dari 90% pria yang didiagnosis menderita kanker penis, yang belum menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya, dapat bertahan hidup selama lima tahun atau lebih.
*Laporan tambahan dari Rone Carvalho, BBC Brasil