Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Korban Adopsi Ilegal Bertemu Ibu Kandung Setelah 42 Tahun: Mama, Ini Aku Anakmu
2 September 2023 9:40 WIB
·
waktu baca 9 menitIni adalah kisah tentang peristiwa yang terjadi 42 tahun lalu. Atau lebih tepatnya, sesuatu yang semestinya tidak pernah terjadi.
Pada 22 Agustus lalu, Jimmy Lippert-Thyden, seorang pengacara kriminal dari Ashburn, Virgnia, AS, memeluk erat ibu kandungnya, María Angélica González, di Valdivia, sebuah kota di Cile selatan.
Untuk pertama kalinya, ibu dan anak ini bertemu secara langsung setelah terpisah selama 42 tahun. Mereka saling memeluk dan mengatakan, “Aku mencintaimu.”
Empat dekade sebelumnya, pada Oktober 1980, Gonzales melahirkan bayinya di Rumah Sakit del Salvador di Santiago, Cile. Gonzales diberi tahu bahwa bayinya harus ditinggal di inkubator karena lahir prematur.
Ketika kembali untuk menjemput bayi itu, pihak rumah sakit memberi tahu bahwa bayinya telah meninggal dunia. Namun ketika dia meminta untuk melihat jenazah bayinya, mereka mengatakan telah “menguburkannya”.
Kenyataannya, bayi itu telah diserahkan untuk diadopsi oleh pasangan asal Amerika Serikat, John dan Fred Lippert-Thyne.
Dia adalah “anak yang dicuri”, seperti banyak anak lainnya pada era rezim Jenderal Augusto Pinochet (1973-1990).
Melacak jejak
“Saya selalu tahu bahwa saya diadopsi. Orang tua [angkat] saya tidak menyembunyikan fakta itu. Saya tumbuh di rumah yang penuh cinta,” kata Jimmy kepada BBC Mundo.
“Yang saya tidak tahu, begitu pula dengan orang tua yang mengadopsi saya, adalah bahwa proses adopsi itu dipalsukan,” sambungnya.
“Dulu saya mengira ibu saya menyerahkan saya karena dia ingin punya lebih banyak kesempatan, kehidupan yang lebih baik. Itulah mengapa saya merasa ini adalah kisah yang berakhir bahagia.”
Meski demikian, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal.
Suatu waktu, ibu angkatnya yang masih dia panggil “mom” menunjukkan surat adopsi.
“Ada tiga versi. Yang satu menyebutkan bahwa mama [panggilannya untuk ibu kandungnya] saya tidak kembali ke rumah sakit, yang kedua menyebut bahwa dia menyerahkan saya secara sukarela, dua tahun setelah melahirkan. Yang ketiga, bahwa dia meninggal saat melahirkan,” jelas Jimmy.
Keraguan pun muncul dalam benak Jimmy, namun dia memilih melanjutkan hidupnya. Dia bertekad menabung dan pergi ke negara asalnya untuk mencari jawaban.
Pada April 2023, dia kemudian membaca berita terkait kasus seseorang di AS yang diadopsi secara ilegal di Cile.
“Saya menyadari bahwa inilah satu-satunya kebenaran yang dapat menjelaskan pemalsuan tersebut,” kenangnya.
“Dan saya juga menemukan bahwa ada sebuah organisasi yang dapat membantu saya untuk menyelidikinya di lapangan.”
Pencarian orang tua kandung
Dia kemudian menghubungi yayasan tersebut, Nos Buscamos, yang telah mengoordinasikan lebih dari 450 pertemuan antara korban adopsi ilegal dengan keluarga biologis mereka di Cile dalam beberapa tahun terakhir.
Diperkirakan ada puluhan ribu bayi yang diambil dari orang tuanya pada kurun 1970-an hingga 1980-an.
Praktik ini adalah bagian dari sekian banyak pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama 17 tahun sejak Jenderal Augusto Pinochet memimpin kudeta untuk menggulingkan pemerintahan demokratis Salvador Allende pada 11 September 1973.
“Kekerasan dimulai dengan penindasan dan penghilangan kelompok kiri dan kelompok-kelompok yang menentangnya, dan situasinya kemudian berubah,” kata profesor sejarah dari Universitas Concepción, Danny Monsálvez.
Dalam konteks ini, penculikan bayi adalah “bagian dari kebijakan”, kata pakar sejarah terkait pemerintahan militer Pinochet.
“Kasus-kasus tersebut bukanlah kasus tunggal, dan dalam proses adopsi ini ada lembaga-lembaga negara yang terkait seperti Catatan Sipil.”
Anak-anak tersebut kemudian dikirim ke negara-negara Eropa, atau di Amerika Serikat seperti Jimmy.
“Mereka direnggut dari keluarga-keluarga miskin, dari perempuan miskin yang tidak bisa membela diri,” kata pendiri sekaligus Direktur Nos Encontramos, Constanza Del Rio.
“Dan menyangkut Jimmy, satu-satunya petunjuk yang kami miliki [untuk menemukan kerabat kandungnya] adalah nama yang tertera di dokumen María González, dan petunjuk itu tidak terlalu membantu karena itu adalah nama banyak perempuan di Cile,” katanya.
Jadi, ketika yayasan mendapatkan akta kelahiran Jimmy, dia pun menjalani tes DNA.
Nos Buscamos telah dua tahun berasosiasi dengan platform silsilah MyHeritage, yang menyediakan perlengkapan tes gratis untuk didistribusikan kepada anak-anak Cile yang diadopsi dan diduga menjadi korban perdagangan anak.
Tes itu memastikan bahwa Jimmy adalah 100% orang Cile. Dari sini pula dia terhubung dengan sepupunya yang menggunakan platform tersebut, yang juga memiliki kerabat bernama María Angélica González dari pihak ibunya.
Jimmy kemudian dihubungkan dengan ibu kandungnya.
‘Mama, ini aku, anakmu’
Pendekatan pertama dilakukan oleh Del Río. Dia lalu meneruskannya kepada Jimmy.
“Saya mengiriminya pesan teks pertama berupa foto saya, dan mengatakan, ‘Mama, ini aku, anakmu,’”.
Kemudian dia melampirkan foto lainnya.
“Mereka adalah istri saya dan kedua cucu perempuan ibu,” katanya. Dia juga meminta agar ibunya tak perlu buru-buru menjawab.
“Luangkan waktu yang mama butuhkan untuk membalasnya.”
Mereka kemudian saling berbalas pesan dan terus berlanjut selama berjam-jam.
Ibu kandungnya mengaku bahwa dia menangis sepanjang malam, meski dia tidak pernah memberi tahu siapa pun bahwa dia pernah melahirkan putranya itu.
Beberapa minggu kemudian, tibalah waktunya untuk berkomunikasi melalui panggilan video. Saat itu, tes DNA yang dijalani Gonzalez telah memastikan bahwa mereka sedarah.
“Saya pergi ke rumah ibu angkat saya untuk memastikan bagaimana perasaan mereka, karena mereka mengikuti proses ini bersama saya dan ini sulit bagi kami,” kenang Lippert-Thyden.
“Ketika saya dan ibu kandung saya akhirnya bertatap muka, tidak ada keraguan. Saya memperkenalkan orang tua angkat saya, dan itu adalah momen yang luar biasa,” kenangnya.
Dalam percakapan lewat video itu, ibu kandungnya menyampaikan terima kasih kepada orang tua angkatnya karena telah membesarkan, merawat, menafkahi, dan mencintai putranya. Ibu angkatnya kemudian merespons, “Terima kasih telah berbagi dengan kami.”
BBC Mundo telah mencoba mewawancarai kedua ibu tersebut, namun keduanya mengaku belum siap.
Menurut Jimmy, orang tua angkatnya juga menjadi korban dari jaringan ini.
“Orang tua saya menginginkan sebuah keluarga, tapi mereka tidak pernah menginginkannya dari cara seperti itu,” katanya. “Bukan melalui pemerasan atau penculikan.”
Kejanggalan-kejanggalan di Cile
‘Itu bukan nama saya’
“Jimmy tiba di Amerika dengan status diadopsi, namun dia meninggalkan Cile dengan kondisi diculik, dengan paspor dan nama yang disematkan kepadanya oleh para penyelundup,” kata Del Río.
Dia masih menyimpan paspor bersampul merah dengan huruf emas.
Di dalamnya ada foto seorang anak laki-laki dengan rambut dan poni lurus, mengenakan kemeja dan rompi.
Di situ tertulis bahwa namanya adalah Carlos Dionne Burbach, dan tanggal lahirnya pada 31 Oktober 1980.
“Saya ingin memperjelas bahwa ini bukan nama saya,” kata Jimmy.
“Nama saya Jimmy Lippert-Thyden. Saya tumbuh di rumah yang penuh kasih sayang, di dalam sebuah keluarga, dan mereka memberi saya nama itu,” ungkapnya.
“Meskipun saya juga putra dari María Angélica González, dan satu-satunya penghormatan yag bisa saya berikan kepadanya adalah dengan mencantumkan nama belakangnya setelah nama saya,” sambung Jimmy.
Itulah mengapa dia ingin mengubah namanya menjadi Jimmy Lippert-Thyden González.
“Begitu saya mengubahnya, saya berencana untuk mengurus identitas tersebut di Cile dengan bantuan pengacara, sehingga identitas tersebut diakui sebagai identitas Cile saya.”
Cara itu akan menuntaskan pertanyaan “siapa sebenarnya saya?” yang menghantuinya selama beberapa dekade.
“Meskipun saya memiliki masa kecil yang bahagia, ada masa-masa sulit sebagai anak angkat, dan sepanjang hidup saya, kulit saya terlalu coklat untuk dianggap putih, tapi juga terlalu putih untuk dianggap coklat. Saya tidak cocok di mana pun dan saya selalu merasa ada sesuatu yang hilang,” jelasnya.
“Saya tidak pernah merasa sepenuhnya orang Amerika, bahkan setelah bertugas selama 19 tahun di Korps Marinir,” lanjut Jimmy.
“Saya selalu merasa bahwa saya orang Cile-Amerika.”
Kunjungan ke Cile
Untuk mencari tahu sisi Cile-nya, dia mengunjungi negara itu bersama istrinya, Johannah dan kedua putri mereka bernama Ebba Joy, 8, dan Betty Grace, 5, pada pekan lalu.
Saat itulah adegan pertemuan yang mengawali laporan ini terjadi. Dia mulai menemukan kesamaan ciri yang mereka miliki, seperti energi yang tidak ada habisnya dan cara berbicara yang “seolah memvisualisasikan kata-kata”.
Mereka berkomunikasi dalam bahasa Spanyol, bahasa yang dia pelajari di sekolah menengah.
“Ada kalanya saya mengerti 90% dari percakapan, ada kalanya hanya 60%, dan Anda harus memahami betapa cepatnya orang Cile berbicara,” tutur Jimmy yang juga terbantu oleh fitur penerjemah bahasa daring.
Dia kemudian menyadari bahwa mereka sama-sama suka memasak.
“Saya dan mama saya membuat adonan yang sama,” serunya ketika membuat empanada bersama, usai pulang dari kebun binatang Santiago. Itu adalah lokasi pertama dia dibawa oleh orang tua angkatnya setelah diadopsi, dan kini dia kembali ke sana bersama saudara perempuan biologisnya sebagai pemandu.
Mereka mengunjungi tempat-tempat di Cile, berjalan-jalan, mencoba makanan, mengobrol, dan berbagi. Begitulah hari-harinya berlalu.
Namun, dia juga memanfaatkan kunjungan itu untuk menemui penyidik, pengacara, dan perwakilan pemerintah.
“Satu-satunya cara untuk memperbaiki hal ini adalah dengan reunifikasi,” kata dia. Namun saat ini tidak ada mekanisme finansial atau lainnya yang membantu anak-anak yang diadopsi di Cile untuk mengunjungi negara asal mereka.
“Saya dan istri saya menjual truk kami demi bisa ke Cile, tapi tidak semua orang punya pilihan itu.”
Selain itu, dia juga ingin ada pengakuan atas apa yang menimpanya. Hal ini juga ditegaskan oleh Del Rio.
“Kami tidak menginginkan uang,” kata Del Rio.
“Yang kami inginkan adalah negara, melalui dekrit, mengakui penculikan ini sebagai fakta sejarah.”