Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Krisis Afghanistan: Bagaimana Bantuan Kemanusiaan Sampai ke Warga?
8 Februari 2022 19:36 WIB
·
waktu baca 4 menitSituasi kemanusiaan yang memburuk di Afghanistan telah membuat lebih dari 20 juta orang membutuhkan uluran tangan, kata PBB.
Banyak negara menangguhkan atau secara signifikan memangkas bantuan ke Afghanistan setelah Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus 2021.
Akhir bulan kemarin, PBB meluncurkan apa yang disebut sebagai "permintaan terbesar yang pernah ada" untuk satu negara, meminta pendanaan sebesar 4,4 miliar atau setara Rp63,2 triliun.
Siapa saja yang memberi bantuan?
Sebelum Taliban menguasai Afghanistan, sebesar 80% anggaran negara ini berasal bantuan dari luar.
Namun, sebagian besar bantuan ini dihentikan setelah Taliban mengambil alih kekuasaan dan aset keuangan (hampir US$10 miliar atau sekitar Rp143,7 triliun) dibekukan oleh negara dan lembaga asing.
Tapi bantuan kemanusiaan terus mengalir, dan sejumlah negara asing mengklarifikasi bahwa bantauan ini dikecualikan dari sanksi.
Selama Februari, sekitar US$1,6 miliar atau Rp23 triliun telah disalurkan ke Afghanistan , menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Bantuan Kemanusiaan (UNOCHA).
Dan, Amerika Serikat secara konsisten menjadi penyumbang terbesar, diikuti oleh Uni Eropa - meskipun sejumlah negara di Uni Eropa seperti Jerman tetap menyalurkan secara terpisah.
Pada Oktober 2021, Uni Eropa menjanjikan bantuan kemanusian sebesar US$1 miliar atau Rp14,3 triliun.
Dan sejumlah negara lain - termasuk negara tetangga; Pakistan, India dan China dan negara-negara di Teluk Arab - telah mengirimkan pasokan makanan dan obat-obatan melalui berbagai lembaga kemanusiaan.
Pada Desember, lembaga donor internasional juga menyetujui untuk mentransfer US$280 juta atau Rp4 triliun dari akun yang dibebukan untuk mendanai PBB dalam menjalankan layanan pangan dan kesehatan di Afghanistan, menurut Bank Dunia.
Namun, secara keseluruhan persoalan pendanaan masih menjadi tantangan, dan badan-badan kemanusiaan mengatakan pencabutan sanksi dan penggelontoran terbatas dari dana yang dibekukan, tidak mengatasi persoalan ekonomi yang sudah runtuh secara keseluruhan.
"Tanggapan kemanusiaan tak bisa berkelanjutan untuk mengisi kesenjangan yang besar setelah dukungan internasional menarik diri," kata Vicki Aken dari Komite Penyelamatan Internasional (IRC) di Afghanistan.
"Kebutuhannya tersebar luas," kata Aken. "Ini bakal sulit untuk mengatakan bahwa ada provinsi yang tidak membutuhkannya."
Seberapa besar kebutuhan saat ini?
Presiden Komite Penyelamatan Internasional (IRC), David Miliband mengatakan kepada BBC bahwa sembilan juta orang (termasuk satu juta anak) di Afghanistan sekarang dalam situasi kelaparan.
Dia mengatakan bantuan kemanusiaan tidak akan berdampak, kecuali perekonomian berjalan. "Sangat penting pergerakan perekonomian untuk memberikan warga Afghanistan kesempatan untuk mendapatkan makanan sendiri."
Progam Pangan Dunia PBB (WFP) memperingatkan akhir Oktober lalu, bahwa situasi di Afhanistan bisa menjadi krisis kemanusiaan terburuk di dunia .
Laporan ini menyebutkan 23 juta orang akan mengadapi kekurangan pangan akut.
Menurut UNOCHA, antara September 2021 dan Januari 2022:
Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi juga membantu distribusi pasokan, termasuk barang-barang untuk memasang tenda, untuk menjaga pengungsi Afghanistan tetap hangat di bulan-bulan musim dingin.
Tapi organisasi-organisasi kemansuiaan mengatakan masih banyak lagi barang-barang dan layanan yang dibutuhkan.
"Apa yang kami berikan hanyalah setetes air di lautan," kata Ingy Sedky dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC).
Dan 60% klinik kesehatan yang dinilai oleh ICRC tidak memiliki kapasitas untuk memberikan program nutrisi yang dibutuhkan warga.
Bagaimana bantuan ini masuk ke Afghanistan?
Kebanyakan bantuan dikirim melalui jalur darat - lewat perbatasan Afghanistan dengan Pakistan, Iran, Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan and Kazakhstan.
Meskipun terdapat pembatasan pergerakan orang yang melintasi perbatasan negara itu, UNOCHA mengatakan mereka sebagian besar tetap terbuka untuk aliran bantuan kemanusiaan.
Hanya ada layanan komersial terbatas di Kabul - tapi organisasi kemanusiaan dan negara-negara asing diperbolehkan untuk menggunakan rute udara untuk mengirimkan bantuan darurat.
Beberapa bantuan makanan juga dipasok dari sumber lokal, kata WFP.
Tapi tantangan besar masih tetap ada di dalam pendistribusian ke Afghanistan. Dan, runtuhnya sistem perbankan negara itu pada Agustus lalu, berarti "akses uang tunai sangat menantang"
Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan belakangan ini, bahwa status Afghanistan seperti "bergantung pada seutas benang" dan perlu cara mendesak untuk menyuntikan uang segar ke dalam perekonomiannya .