Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Presiden Korsel Moon Jae-in: Akhir Perang Korea Telah Disepakati secara Prinsip
13 Desember 2021 18:10 WIB
·
waktu baca 4 menitKorea Selatan dan Korea Utara, Amerika Serikat, serta China telah sepakat secara prinsip untuk mendeklarasikan akhir Perang Korea secara formal, kata Presiden Korsel, Moon Jae-in.
Namun, dia menambahkan, pembicaraan belum dimulai karena pihak Korut menyampaikan sejumlah tuntutan.
Perkataan Moon diucapkan dalam konferensi pers gabungan dengan Perdana Menteri Australia, Scott Morrison saat kunjungan kenegaraan di Canberra.
Perang Korea, yang berlangsung antara 1950 hingga 1953, berakhir melalui gencatan senjata, bukan kesepakatan perdamaian.
Sejak 1953, Korut dan Korsel — dengan sokongan China dan Amerika Serikat — secara teknis masih berperang dan terkunci dalam hubungan yang tegang.
Apa yang diinginkan Korea Utara?
Pada September lalu, Kim Yo-jong, adik kandung Pemimpin Korut Kim Jong-un, memberikan pertanda bahwa negaranya terbuka untuk perundingan jika AS tak lagi menerapkan apa yang dia sebut "kebijakan bermusuhan" terhadap Korut.
Korut secara konsisten selalu keberatan dengan kehadiran pasukan AS di Korsel; latihan militer gabungan tahunan antara AS dan Korsel; serta rangkaian sanksi terhadap program senjata Korut.
Akan tetapi, AS juga berulang kali menegaskan bahwa Korut harus meninggalkan program senjata nuklir jika ingin rangkaian sanksi dicabut.
Pada Senin (13/12), Presiden Korsel mengatakan bahwa Korut terus mengajukan tuntutan ini sebagai syarat untuk perundingan.
"Karena itu, kami tidak bisa duduk untuk berdiskusi atau bernegosiasi soal deklarasi… Kami berharap perundingan akan dimulai," ujarnya.
Presiden Moon Jae-in telah menjadikan hubungan dengan Korut sebagai salah satu kebijakan utamanya. Bahkan dia sebelumnya berkeras bahwa deklarasi mengakhiri perang secara formal akan mendorong Korut menyerahkan senjata nuklir mereka.
Presiden Moon kehabisan waktu.
Masa jabatannya berakhir pada Maret 2022 mendatang setelah lima tahun berupaya membawa perdamaian permanen di Semenanjung Korea.
Tapi Korut tetap terisolasi. Hari-hari jabat tangan dan umbar janji antara Pyongyang dan Seoul tampaknya berakhir. Untuk saat ini.
Berupaya membawa kesepakatan mengakhiri perang secara formal ke atas meja adalah harapan terakhir Moon Jae-in.
Namun dia menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Amerika Serikat kelihatannya kurang antusias dengan ide ini.
Pemerintahan Joe Biden tampak senang berbincang soal hal tersebut dan tentu tidak ada yang ingin kondisi perang berlangsung permanen di Semenanjung Korea. Tapi beberapa kalangan meyakini sebuah kesepakatan akan seperti memberi hadiah bagi Kim Jong-un, tapi tanpa jaminan dia akan membalasnya.
Mereka yang sepakat menilai perjanjian itu adalah sikap diplomatis — awalan untuk memberikan jaminan keamanan kepada Korut. Mereka yang menolak memandang Pyongyang bisa menggunakan perjanjian itu untuk menuntut penarikan mundur 28.500 serdadu AS dari Korsel sekaligus mengakhiri latihan militer gabungan tahunan AS-Korsel.
Media pemerintah Korut juga menyebut ide ini "prematur".
Ada lagi masalah yang lebih besar untuk Presiden Moon. Korsel tidak menandatangani gencatan senjata pada 1950-an lalu. Perjanjian mengakhiri perang bukan hadiah pemberiannya untuk dicatat dalam buku sejarah.
Dia bisa saja terus mencoba mengajak semua pihak ke meja perundingan, namun membuat mereka sepakat dengan detil-detilnya sama saja berupaya mendaki Everest.
Apa yang telah dikatakan AS dan China?
Dalam taklimat pers pada Oktober lalu, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan AS "mungkin punya perspektif berbeda mengenai rangkaian waktu secara persis bagi kondisi semua langkah berbeda" dalam mencapai kesepakatan deklarasi.
Sementara itu, Yonhap selaku kantor berita Korsel pekan lalu melaporkan diplomat senior China, Yang Jiechi, telah menegaskan dukungan negaranya bagi "dorongan deklarasi mengakhiri perang" seraya mengutip diplomat-diplomat Korsel di Beijing.
Apa yang terjadi pada Perang Korea?
Perang Korea dimulai dengan aksi penerobosan 75.000 pasukan komunis dari utara di paralel 38 — perbatasan antara Utara dan Selatan — pada Juni 1950.
Beberapa bulan kemudian, pasukan AS yang mendukung Selatan ikut dalam perang. Pasukan AS kemudian mendorong pasukan Utara yang disokong China dan Uni Soviet.
Kondisi imbang terjadi dan gencatan senjata ditandatangani antara AS dan Korut pada Juli 1953.
Sebanyak lima juta serdadu dan warga sipil tewas dalam konflik tersebut.
Anda mungkin tertarik menyimak video ini: