Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Putin dan Prigozhin: Pertemanan yang Berubah Jadi Permusuhan
25 Agustus 2023 7:45 WIB
·
waktu baca 7 menitHubungan antara pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dimulai dengan keadaan yang mencurigakan—kehancurannya juga sama suramnya.
Ini adalah hubungan simbiosis yang muncul dari wilayah abu-abu, tempat dinas keamanan negara berbaur dengan dunia criminal. Hubungan semacam ini akan selalu berakhir buruk.
Hanya dalam beberapa dekade, Wagner menjadi salah satu kelompok paling berpengaruh di Rusia dan beberapa orang meyakini bahwa kelangsungan rezim Putin bergantung pada keberhasilan Prigozhin dalam perang di Ukraina.
Kini, sepertinya Kremlin ingin menghilangkan semua persaingan untuk mendapatkan pengaruh politik.
Para bandit, KGB, dan lingkungan kumuh di St Petersburg
Pertemuan Yevgeny Prigozhin dan Vladimir Putin berlangsung pada awal tahun 1990-an.
Kami tidak tahu secara persis bagaimana pertemuan pertama mereka, namun diyakini bahwa mereka bertemu ketika salah satu baru saja dibebaskan dari penjara dan satu lainnya baru saja pulang dari dinas KGB di Jerman Timur dan sedang mencari jalan ke ranah politik.
Masa-masa itu politik Rusia sungguh kejam. Ketika Uni Soviet ambruk berantakan pada 1991, dunia kriminal sempat berada di atas angin dan memegang kekuasaan secara signifikan.
Secara historis, Dinas Keamanan di Uni Soviet cenderung membuat kesepakatan dengan para bandit dan tak jarang merekrut mereka untuk memberikan informasi serta membantu berbagai tugas. Di sisi lain, para bandit dengan senang hati memperkaya diri melalui kolaborasi tersebut.
Yevgeny Prigozhin dan Vladimir Putin berasal dari St Petersburg, kota terbesar kedua di Rusia dan bagi banyak orang - ibu kota budaya yang memiliki museum seni Hermitage dan Istana Musim Dingin Kekaisaran.
Kota ini juga dikenal sebagai "ibu kota kriminal Rusia", tempat perlindungan bagi sejumlah geng kriminal kelas kakap hingga pencuri kelas teri.
Yevgeny Prigozhin termasuk di antara mereka. Dia dijatuhi hukuman percobaan karena pencurian pada akhir 1970-an. Pada 1981 dia dihukum 13 tahun penjara karena aksi perampokan.
Aksi Prigozhin digambarkan sebagai berikut: dia dan dua rekannya menyerang seorang wanita di jalan, mencengkeram lehernya, dan mencoba mencekiknya. Mereka kemudian mengambil sepatu bot musim dingin dan anting-anting si wanita lalu melarikan diri.
Pria yang di kemudian hari menjadi bos kelompok tentara bayaran Wagner ini meninggalkan penjara pada 1990, di masa yang sangat jauh berbeda dibandingkan saat dia masuk bui.
Alih-alih Leonid Brezhnev, pada masa itu Soviet dipimpin sosok reformis Mikhail Gorbachev yang menjalankan kebijakan Perestroika, dan Tembok Berlin telah runtuh.
Pada pertengahan tahun 1990-an Yevgeny Prigozhin membuka sebuah restoran di St Petersburg, bernama "The Old Custom House". Tempat itu sering dikunjungi oleh bos kriminal setempat serta Wali Kota St Petersburg, Anatoly Sobchak. Vladimir Putin, saat itu berusia 40 tahun, bekerja sebagai asisten Sobchak.
Sejak saat itu, usaha Yevgeny Prigozhin di bidang kuliner meningkat. Dia membuka jaringan restoran di St Petersburg yang dikunjungi oleh pelanggan lokal dan asing, termasuk politisi.
Ada foto tahun 2002 yang menampilkan Prigozhin sedang menyajikan makan malam untuk Vladimir Putin dan presiden AS George Bush. Julukan "koki Putin" diyakini muncul sekitar waktu itu.
Penting bagi orang seperti Putin, yang memiliki masa lalu sebagai anggota KGB dan punya pikiran curiga, untuk memiliki koki pribadi guna memastikan makanannya aman untuk dikonsumsi.
Dari koki, penyebar berita bohong, hingga pemimpin tentara bayaran
Pada awal tahun 2000-an, Vladimir Putin memasuki Kremlin dan dinas keamanan Rusia perlahan-lahan mulai kembali mengambil kendali. Sejak pertengahan tahun 2000-an, Yevgeny Prigozhin juga mulai menjalankan berbagai tugas Kremlin, terutama tugas-tugas yang berada di luar jangkauan dinas keamanan.
Dia mendirikan kerajaan media, fokus pada penyebaran disinformasi baik di Rusia maupun di luar negeri. Kisah-kisah yang diciptakan oleh mesin media ini sering kali begitu fantastis sehingga tidak ada aparat propaganda negara yang berani menyebarkannya.
Ketika media sosial berkembang dan memperoleh pengaruh, Prigozhin mendirikan "pabrik penyebar berita bohong" miliknya. Banyak komentator yang percaya bahwa kekuatan utama pabrik ini adalah menyebarkan anggapan di kalangan masyarakat Rusia bahwa kebenaran itu tidak ada dan tidak ada gunanya mencarinya.
Setelah Revolusi Maidan Ukraina pada tahun 2013-2014 dan pencaplokan Krimea oleh Rusia, laporan pertama tentang perusahaan militer swasta Wagner muncul. Kelompok Wagner mendukung separatis pro-Rusia di Krimea dan di timur Ukraina.
Saat itu Kremlin tidak berani melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina dan malah melancarkan operasi militer di Suriah.
Banyak analis meyakini bahwa keterlibatan Rusia di Suriah bertujuan mengalihkan perhatian dari perang di Donbass, di timur Ukraina.
Saat itulah kami pertama kali mendengar tentang Dmitry Utkin, rekan dekat Prigozhin, yang menjadi komandan Grup Wagner. Dia dikenal karena pandangan ekstrem kanannya - serta kekejamannya.
Meskipun Yevgeny Prigozhin dan tentara bayaran Wagner-nya menjadi semakin penting bagi Putin, pemerintah Rusia terus mengklaim hingga musim semi 2022 bahwa pemerintah Rusia tidak memiliki hubungan dengan Prigozhin.
Organisasi tentara bayaran dilarang oleh hukum Rusia.
Juru bicara resmi Kremlin, Dmitry Peskov, berulang kali membantah mengetahui operasi Wagner. Dia mengatakan bahwa Kremlin mengetahui adanya "seorang pengusaha swasta" yang mungkin terlibat.
Pada saat yang sama, jelas bagi semua orang bahwa operasi militer di Ukraina dan Suria - tempat Wagner juga terlibat secara diam-diam - serta di sejumlah negara Afrika tidak dapat terjadi tanpa persetujuan dari tingkat tertinggi pemerintah Rusia.
Pada musim panas tahun 2022, laporan mulai bermunculan di media Rusia bahwa kelompok bersenjata pimpinan Prigozhin bertempur di Ukraina.
Dalam beberapa minggu Yevgeny Prigozhin mengunjungi penjara-penjara Rusia, merekrut narapidana untuk berperang.
Pada musim gugur tahun 2022, juru bicara resmi Kremlin, Dmitry Peskov, menggambarkan Prigozhin sebagai orang "yang hatinya sakit atas apa yang terjadi" dan Prigozhin "memberikan kontribusi besar".
Pada November 2022 Yevgeny Prigozhin telah membuka "Wagner Center" di St Petersburg, kemudian kritiknya terhadap tentara Rusia dan Kementerian Pertahanan menjadi lebih vokal.
Ketika pasukan Rusia mundur dari sebagian besar wilayah selatan dan sebagian wilayah timur Ukraina, kritik Prigozhin terhadap Kementerian Pertahanan mencapai puncaknya.
Pemberontakan
Pemimpin kelompok Wagner tersebut mengeluh bahwa komando militer Rusia menolak mengakui kontribusi tentara bayaran dalam upaya perang.
Dia kemudian secara terbuka menuduh Menteri Pertahanan, Sergei Shoigu, dan Kepala Staf Umum, Valery Gerasimov, "membuat Wagner kelaparan" amunisi saat kelompok itu bertempur di Kota Bakhmut di timur Ukraina.
Kremlin tidak secara terbuka mengomentari konflik yang meningkat tersebut.
Pada awal bulan Juni, Kementerian Pertahanan meminta semua kelompok militer swasta, alias tentara bayaran, berada di bawah payung negara dan menandatangani kontrak dengan militer Rusia. Prigozhin dengan tegas menolaknya.
Situasi mencapai titik didih pada 23 Juni dini hari. Kala itu, Yevgeny Prigozhin menuduh tentara Rusia menyerang posisi Wagner (tidak ada bukti bahwa serangan tersebut memang terjadi) dan mengumumkan "pawai keadilan" menuju Moskow.
Sumber yang dihubungi BBC dan media lain menggambarkan hal ini sebagai tanda keputusasaan Prigozhin dan upayanya menarik perhatian Presiden Putin atas konfliknya dengan militer Rusia.
"Dia khawatir kehilangan otonominya," kata sumber yang akrab dengan Yevgeny Prigozhin kepada BBC.
Kelompok Wagner menembak jatuh dua helikopter militer dan sebuah pesawat, serta membunuh hingga 15 tentara Rusia.
Ketika Prigozhin melakukan tindakan ekstrem ini, dinas keamanan Rusia, FSB, membuka kasus pidana terhadapnya. Adapun Presiden Putin menggambarkannya sebagai pengkhianat (meskipun tidak menyebutkan nama Prigozhin) yang "menikamkan pisau ke punggung negara". Putin juga berjanji akan menghukum semua pemberontak.
Namun, pada 24 Juni malam, Prigozhin dan kelompok Wagner pimpinannya tiba-tiba menghentikan konvoi menuju Moskow.
Pada 29 Juni Presiden Putin bertemu Prigozhin dan komandan Wagner lainnya. Belakangan, Putin mengaku dirinya membujuk tentara bayaran tersebut untuk bertugas di bawah salah satu komandan militer Rusia.
Prigozhin membantah bahwa dia pernah bersepakat untuk bertugas di bawah Kementerian Pertahanan.
Setelah pemberontakan, Vladimir Putin secara tak terduga mengungkapkan bahwa Wagner selalu disponsori oleh negara Rusia, meskipun Kremlin menyangkal punya hubungan dengan tentara bayaran selama bertahun-tahun.
Pada akhir Juli, ada laporan bahwa Yevgeny Prigozhin terlihat di pertemuan puncak Rusia-Afrika di St Petersburg. Banyak pengamat menduga bahwa, mengingat sejarah keterlibatan Wagner di beberapa negara Afrika, Prigozhin kemungkinan besar akan memfokuskan aktivitasnya di benua tersebut.
Dua hari sebelum pesawat jatuh di wilayah Tver, sebuah video muncul secara online, yang konon direkam di negara Mali, Afrika Barat.
Video tersebut menunjukkan Prigozhin yang bertopi, berdiri di lapangan dan berkata: "Inilah kami, menanamkan rasa takut akan Tuhan pada ISIS, Al-Qaeda, dan bandit lainnya."
Itulah pernyataan publik terakhir Prigozhin yang kami ketahui.
Kisah Prigozhin sepertinya mengikuti alur yang sama dengan kisah-kisah lain dalam sejarah Rusia, ketika para pelaksana kebijakan Kremlin kemudian dihukum dan dihancurkan.