Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Sistem Peringatan Dini Google Gagal Jangkau Warga Turki Sebelum Gempa Mematikan
6 Agustus 2023 15:00 WIB
·
waktu baca 6 menitSistem peringatan dini gempa bumi milik Google gagal menjangkau banyak penduduk Turki sebelum gempa yang mematikan mengguncang pada Februari lalu, menurut investigasi BBC Newsnight.
Google mengklaim bahwa sistemnya dapat memberi peringatan melalui ponsel pengguna satu menit sebelum gempa terjadi.
Peringatan itu disebut dikirim ke jutaan orang sebelum gempa pertama terkuat mengguncang.
BBC telah mengunjungi tiga kota di zona gempa, mewawancarai ratusan orang, namun tidak menemukan satu pun yang menerima peringatan sebelum guncangan pertama.
Sistem ini berfungsi pada ponsel Android serta ponsel lainnya selain iPhone. Sekitar 80% ponsel di Turki merupakan Android.
“Kalau Google menjanjikan, atau menjanjikan secara implisit, untuk memberi layanan seperti peringatan dini gempa, maka bagi saya pertaruhannya tinggi,” kata Direktur Pacific Northwest Seismic Network, Prof Harold Tobin.
“Mereka bertanggung jawab menindaklanjuti sesuatu yang berhubungan langsung dengan nyawa dan keselamatan.”
Kepala produk Google yang menangani sistem peringatan tersebut, Micah Berman, bersikeras bahwa sistem ini berhasil.
“Kami yakin sistem ini menyala dan mengirimkan peringatan,” katanya kepada BBC.
Namun, Google tidak memberikan bukti bahwa peringatan dini itu diterima secara luas.
Lebih dari 50.000 orang tewas dalam gempa yang mengguncang Turki pada Februari 2023.
Setelah gempa kuat pertama berkekuatan 7,8 skala Richter terjadi pada dini hari, guncangan besar lainnya menyusul sekitar jam makan siang.
BBC berhasil menemukan sejumlah kecil pengguna yang menerima peringatan untuk gempa kedua.
Bagaimana sistem ini bekerja?
Sistem Peringatan Gempa Android Google diluncurkan di Turki pada Juni 2021, dan juga tersedia di puluhan negara di dunia.
Google menyatakan sistem ini mampu mengirimkan peringatan dini gempa sebagai "inti" dari layanan Android-nya.
Sistem peringatan dini ini bekerja menggunakan jejaring ponsel Android yang luas. Di dalam ponsel-ponsel pintar ini terdapat akselorometer kecil yang dapat mendeteksi guncangan.
Ketika banyak ponsel terguncang pada saat bersamaan, Google dapat menentukan pusat gempa dan memperkirakan kekuatan gempanya.
Pada saat gempa berkekuatan 4,5 atau lebih terdeksi, sistem Android dapat mengirimkan peringatan.
“Peringatan dini ini berbeda dari yang pernah Anda lihat di ponsel-ponsel sebelumnya. Notifikasinya mengambil alih layar ponsel Anda,” kata Berman.
Akan muncul peringatan yang mengatakan "merunduk, tutupi, bertahan" yang disertai bunyi alarm keras.
Peringatan itu juga akan tetap muncul meski pengguna mengaktifkan mode untuk tidak diganggu (do not disturb), sehingga tidak perlu diaktifkan lebih dulu agar notifikasinya muncul.
“Apapun kondisi ponsel Anda, Anda akan menerima peringatan itu,” kata Berman.
Google mengklaim sistem itu berhasil memperingatkan jutaan orang pada 6 Februari.
Berman menjelaskan, seberapa banyak orang yang seharusnya menerima notifikasi dari Google bergantung pada seberapa jauh jarak mereka dari pusat gempa.
Pesan yang dikirimkan melalui internet bisa terkirim lebih cepat dibandingkan gelombang gempa bumi itu sendiri.
“Terkadang [peringatan itu] muncul satu detik atau sepersekian detik, terkadang 20 atau 30 detik, terkadang 50 atau 60 detik,” katanya.
Meskipun ada laporan ekstensif di seluruh zona gempa dalam beberapa jam, hari, dan pekan setelah gempa, tidak ada yang mengaku mendapat peringatan dini itu kepada BBC.
Jadi kami berupaya mencari orang-orang yang menerima peringatan tersebut.
Tim kami pergi ke Adana, Iskenderun, dan Osmaniye, yang berjarak sekitar 70 km hingga 150 km dari pusat gempa.
Kami mewawancarai ratusan orang pengguna Android.
Meskipun kami berhasil menemukan sejumlah kecil orang yang menerima notifikasi pada gempa kedua, kami sama sekali tidak bisa menemukan siapa pun yang mendapat peringatan sebelum gempa pertama yang paling kuat mengguncang.
Di Iskenderun, kami berbincang dengan Alican yang kehilangan neneknya saat sebuah rumah sakit ambruk. Dia mengaku pernah menerima peringatan ini sebelumnya, tapi kali ini dia tidak mendapatkannya.
Kami menyampaikan temuan kami dari zona gempa kepada Berman.
“Ada kemungkinan, mengingat dampak besar dari guncangan pertama, peringatan itu muncul tapi tidak terperhatikan saat para pengguna memperhatikan banyak hal lainnya. Saya rasa itu penjelasan yang paling masuk akal,” kata Berman menanggapi temuan BBC.
Namun orang-orang yang kami wawancara bersikeras bahwa tidak ada notifikasi peringatan.
Funda, yang tinggal di pengungsian sementara sejak gempa, mengatakan dia kehilangan 25 anggota keluarganya dalam peristiwa itu.
“Kami benar-benar memakamkan mereka secara massal. Kakak ipar dan keponakan saya dimakamkan sambil berpelukan,” katanya.
Funda memiliki ponsel Android, tetapi dia mengatakan kepada kami bahwa dia “yakin” tidak menerima peringatan dini.
Senyap di media sosial
Setelah gempa bumi mengguncang orang-orang biasanya mengunggah di media sosial bahwa mereka menerima peringatan dini. Hal ini biasanya terjadi di negara-negara lain ketika gempa mengguncang sejak sistem Google diluncurkan.
“Beberapa di antara umpan balik yang kami punya bisa dilihat di media sosial," kata Berman.
Namun setelah gempa pertama di Turki mengguncang, media sosial sangat sepi, yang juga diakui oleh Berman.
"Saya tidak punya jawaban pasti mengapa kami belum melihat lebih banyak reaksi di media sosial terkait peristiwa itu," katanya.
BBC meminta data Google yang menunjukkan bahwa orang-orang menerima peringatan dini tersebut. Satu-satunya dokumen bukti yang dibagikan kepada kami adalah dokumen pdf berisi 13 unggahan media sosial yang membahas peringatan dini pada hari itu.
Kami pun menghubungi orang-orang yang mengunggahnya.
Salah satunya adalah Ridvan Gunturk, yang pernah mengunggah bahwa dia mendapat peringatan di kota Adana.
Namun, setelah berbicara dengan BBC, dia mengklarifikasi bahwa peringatan itu berbunyi setelah gempa kedua. Dia menegaskan dia tidak menerima peringatan untuk gempa pertama.
Nyatanya, hanya satu di antara unggahan-unggahan itu yang merujuk pada gempa pertama dan memberi penjelasan yang detil.
BBC telah berbicara dengan pengunggahnya, namun mereka enggan menyebutkan namanya.
Pengunggah menyatakan yakin telah menerima peringatan dini, tetapi tidak sepenuhnya yakin dengan ingatan mereka soal situasi saat itu.
Google juga mengklaim telah menerima respons dari survei pengguna yang mengatakan bahwa sistem mereka berfungsi, namun menolak membagikan hasil survei itu.
Profesor Tobin mengatakan kepada BBC bahwa sistem Google relatif baru, dan dapat bermanfaat, tetapi penting bagi perusahaan ini untuk transparan.
"Jika Anda memberikan informasi menyangkut keselamatan jiwa atau keselamatan publik yang penting, maka Anda bertanggung jawab untuk transparan tentang cara kerjanya dan seberapa baik kerjanya," katanya.
"Kita tidak membahas anekdot, ‘oh peringatan itu muncul di sana dan di sini.’ Sistem ini ditujukan sebagai peringatan menyeluruh. Itulah intinya.”
Pakar gempa Turki, Profesor Sukru Ersoy, juga mengatakan kepada BBC bahwa dia dan istrinya berada di zona gempa. Sebagai pemilik ponsel Android, dia mengaku tidak menerima peringatan.
Dia juga belum menemukan siapapun yang mendapat peringatan dini itu.
"Andai sistem Google bekerja, mungkin itu bisa sangat bermanfaat," katanya.
"Tetapi sistem yang tidak berfungsi dalam gempa besar seperti ini menimbulkan pertanyaan: jika ini adalah sistem yang menguntungkan, mengapa kita tidak dapat memanfaatkannya dalam gempa besar ini, salah satu gempa bumi terbesar dalam 100 tahun terakhir?"
Dalam pernyataan yang diberikan kepada BBC oleh Google setelah wawancara, Berman mengatakan: "Selama peristiwa gempa dahsyat, banyak faktor yang dapat memengaruhi apakah pengguna menerima, memperhatikan, atau bertindak atas peringatan tambahan - termasuk karakteristik khusus dari gempa dan ketersediaan konektivitas internet.”