Konten dari Pengguna

Komparasi Pengembangan Sekolah Nirlaba dengan Perusahaan dalam Perspektif Hess

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kolumnis, Cerpenis, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
9 Desember 2024 13:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pertumbuhan dalam bisnis dapat diadaptasikan ke sekolah nirlaba, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertumbuhan dalam bisnis dapat diadaptasikan ke sekolah nirlaba, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia pendidikan, khususnya pada sekolah nirlaba, fokus utama terletak pada memberikan layanan berkualitas kepada siswa tanpa mengejar keuntungan finansial. Sementara itu, dalam dunia bisnis, terutama perusahaan berorientasi profit, pertumbuhan sering kali diukur dari peningkatan pendapatan dan laba.
ADVERTISEMENT
Meski tampak bertolak belakang, strategi yang diuraikan Edward D. Hess dalam The Road to Organic Growth memberikan wawasan penting yang dapat diaplikasikan pada keduanya. Saya mencoba membandingkan pertumbuhan sekolah nirlaba dengan perusahaan berorientasi profit, menyoroti relevansi strategi Hess terhadap keberlanjutan organisasi di kedua bidang tersebut.
Hess mendefinisikan pertumbuhan organik sebagai peningkatan pendapatan, laba, dan pangsa pasar melalui kegiatan internal perusahaan. Dalam konteks pendidikan, sekolah nirlaba juga dapat tumbuh secara organik dengan meningkatkan jumlah siswa, memperluas cakupan program pendidikan, atau meningkatkan kualitas layanan pendidikan. Perbedaan yang dapat dilihat, keberhasilan sekolah nirlaba tidak diukur dengan laba, tetapi dengan dampak positif terhadap komunitas dan keberhasilan siswa.
Strategi jangka panjang yang diuraikan Hess relevan di kedua sektor. Misalnya, sekolah nirlaba yang berinvestasi pada pelatihan guru, pengembangan kurikulum inovatif, atau fasilitas pembelajaran ramah siswa, sejatinya menerapkan strategi pertumbuhan organik. Sama seperti perusahaan, sekolah berfokus secara keberlanjutan dan menghindari godaan tumbuh terlalu cepat tanpa memadai infrastruktur yang ada.
ADVERTISEMENT
Hess menekankan bahwa budaya organisasi yang mendukung inovasi, kolaborasi, dan adaptasi merupakan kunci keberhasilan. Dalam perusahaan berorientasi profit, budaya ini mendorong inovasi produk dan layanan memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam sekolah nirlaba, budaya organisasi yang serupa dapat memupuk kolaborasi antara guru, siswa, dan komunitas dalam menghasilkan lingkungan belajar inspiratif dan inklusif.
Contohnya, sekolah yang memprioritaskan pengembangan budaya belajar aktif, seperti penerapan student-centered learning, sebenarnya mengadopsi prinsip inovasi yang diuraikan oleh Hess. Kolaborasi antara staf dan komunitas dalam merancang program-program pendidikan yang relevan, seperti pembelajaran berbasis proyek, mencerminkan pendekatan sejenis dengan perusahaan yang berorientasi pada pelanggan.
Dalam dunia bisnis, fokus pada pelanggan berarti memahami kebutuhan dan memberikan nilai kepada mereka. Dalam konteks sekolah, siswa dan orang tua adalah "pelanggan" utama. Memahami kebutuhan siswa, seperti metode pembelajaran efektif atau dukungan emosional, adalah esensi keberhasilan sekolah nirlaba.
ADVERTISEMENT
Beberapa perusahaan, yang dikaji Hess, tumbuh dengan memberikan pengalaman pelanggan secara konsisten dan berkualitas. Dengan pendekatan serupa, sekolah nirlaba yang memahami kebutuhan komunitas, seperti menawarkan program inklusif bagi siswa berkebutuhan khusus, dapat mencapai pertumbuhan berkelanjutan. Fokus pada kebutuhan ini tidak hanya meningkatkan reputasi sekolah tetapi juga memperkuat kepercayaan publik terhadap institusi tersebut.
Hess menyoroti pentingnya efisiensi operasional dalam mendukung pertumbuhan organik. Perusahaan yang berhasil tidak hanya memotong biaya, tetapi juga meningkatkan proses dalam menghasilkan nilai lebih tinggi. Sekolah nirlaba dapat mempelajari pendekatan ini, misalnya dengan memanfaatkan teknologi guna mengelola administrasi dan pembelajaran secara lebih efektif.
Sebagai contoh, penggunaan sistem manajemen pembelajaran daring tidak hanya meningkatkan akses siswa terhadap materi pembelajaran tetapi juga mengurangi biaya operasional. Dengan demikian, sekolah dapat mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk kebutuhan pendidikan, seperti pelatihan guru atau pengadaan alat peraga.
ADVERTISEMENT
Hess juga memberikan studi kasus perusahaan seperti Sysco dan Stryker guna menggambarkan implementasi prinsip-prinsip pertumbuhan organik. Sekolah nirlaba dapat mengambil inspirasi dari pendekatan ini. Misalnya, Sysco tumbuh dengan memperhatikan kebutuhan spesifik pelanggan di setiap wilayah, sementara Stryker fokus pada inovasi produk yang relevan dengan pasar.
Dalam konteks pendidikan, sekolah nirlaba dapat menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lokal atau mengembangkan keunikan program-program yang menjawab tantangan spesifik komunitas. Hal demikian menghasilkan keunggulan kompetitif yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan.
Hess lebih jauh berargumen bahwa pertumbuhan organik membutuhkan disiplin, fokus, dan dedikasi terhadap nilai-nilai inti organisasi. Hal tersebut relevan bagi sekolah nirlaba yang mempertahankan misi sosial mereka meskipun menghadapi tekanan finansial atau persaingan.
Salah satu tantangan yang sering dihadapi sekolah nirlaba adalah godaan untuk mengorbankan kualitas demi meningkatkan jumlah siswa. Namun, seperti yang disarankan Hess, mengorbankan nilai inti demi pertumbuhan cepat dapat merusak keberlanjutan. Sebaliknya, membangun fondasi kokoh melalui kualitas pendidikan konsisten akan menghasilkan pertumbuhan lebih stabil.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan akhir, meskipun tujuan utama sekolah nirlaba dan perusahaan berorientasi profit berbeda, strategi pertumbuhan organik yang diuraikan oleh Edward D. Hess menawarkan pelajaran relevan bagi keduanya. Fokus pada budaya organisasi, pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pelanggan atau siswa, efisiensi operasional, dan strategi jangka panjang menjadi prinsip-prinsip universal yang mendukung keberlanjutan.
Dengan mengadaptasi strategi-strategi demikian, sekolah nirlaba dapat memperkuat peran mereka sebagai agen perubahan sosial, sekaligus memastikan keberlanjutan dalam menghadapi tantangan masa depan. Sama seperti perusahaan sukses dalam menjaga keseimbangan antara inovasi dan konsistensi, sekolah juga perlu terus berinovasi tanpa melupakan nilai-nilai inti mereka, yakni memberikan pendidikan berkualitas bagi semua.