Konten dari Pengguna

Pendidikan Bukan Pepesan Kosong

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kolumnis, Cerpenis, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
19 Juli 2024 15:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi wisuda, tanda murid atau mahasiswa menyelesaikan pendidikan formalnya, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wisuda, tanda murid atau mahasiswa menyelesaikan pendidikan formalnya, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
Istilah 'pendidikan' telah ditafsirkan dengan berbagai cara oleh orang yang berbeda. Beberapa orang menyebut pendidikan sebagai sekolah formal atau pembelajaran seumur hidup, sementara yang lain menggambarkan sebagai perolehan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
ADVERTISEMENT
Ada pula yang berpendapat bahwa pendidikan terkait dengan melatih pikiran masyarakat untuk menghasilkan perubahan lebih baik. Perbedaan pandangan ini mencerminkan betapa kompleks dan beragamnya makna pendidikan dalam kehidupan manusia.
Menarik garis tegas antara aktivitas dan proses pendidikan mungkin tidak mudah bagi sebagian pembaca. Jika Anda bertanya kepada seorang negarawan, pengrajin, guru, orang tua, filsuf, dan siswa tentang apa arti pendidikan bagi mereka, Anda akan terkejut mengetahui berbagai interpretasi dan pandangan yang dimiliki. Beragam pandangan ini menunjukkan bahwa pendidikan memiliki berbagai aspek dan tujuan signifikan dalam kehidupan.
Kata "pendidikan" sendiri berasal dari kata "didik" yang berarti mengajar, memberikan pengetahuan, dan pengertian, serta mengandung dimensi formasi. Dalam KBBI kata “didik” berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks demikian, pendidikan tidak hanya sekadar transfer pengetahuan tetapi juga pembentukan karakter dan kepribadian individu. Di sisi lain, istilah "pepesan kosong" menggambarkan sesuatu yang tidak bermakna alias omongan tidak bernilai. Konsep pepesan kosong berlawanan dengan esensi pendidikan yang sejatinya bertujuan memberikan nilai dan makna dalam kehidupan individu dan masyarakat.
Ilustrasi belajar menghidupi kasih persaudaraan dalam dimesi kemanusiaan yang tulus, sumber: Pexels.
Pendidikan seharusnya menjadi salah satu wajah suci dari aktivitas kemanusiaan. Seharusnya, dalam pendidikan tidak ada manipulasi, korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pendidikan harus mengedepankan nilai-nilai pelayanan, kejujuran, kedisiplinan, kepedulian, keunggulan, kemandirian, cinta tanah air, komitmen diri, dan hati nurani yang baik. Semua aspek ini mencerminkan bagaimana pendidikan dapat menjadi pilar utama dalam membangun masyarakat lebih baik dan berintegritas.
Ketika nilai-nilai ini diimplementasikan dengan baik, pendidikan mampu menghasilkan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter kuat dan bermoral tinggi. Dengan demikian, pendidikan sejati adalah yang memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan masyarakat adil, makmur, dan beradab. Hanya dengan pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai luhur, manusia dapat membangun masa depan lebih cerah dan berintegritas tinggi.
ADVERTISEMENT
Pendidikan (Srivastava, Ed, 2014) dipandang sebagai proses sosialisasi. Belajar tidak dapat menjadi kegiatan yang dilakukan sendirian. Pengembangan kepribadian melalui pendidikan mungkin melibatkan proses interaksi sosial.
Pendidikan terkait proses berkelanjutan di mana anak belajar cara dan norma masyarakat. Dalam pendidikan terjadi proses di mana seseorang mempelajari nilai-nilai, sikap, norma, dan atribut lainnya dari kebudayaan. Pendidikan merupakan proses yang kompleks dan panjang dalam memperoleh setidaknya beberapa kualitas manusiawi.
Pendidikan pada intinya mengutamakan kebaikan, berbagi pembelajaran, dan mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan mengandung muatan capaian, tujuan, dan alur pembelajaran yang jelas.
Oleh karenanya, pendidikan perlu direncanakan secara matang, bukan sesuatu yang ada begitu saja. Seorang guru ahli memahami apa yang perlu dilakukan sebagai pendidik. Dia akan mengembangkan cara bertindak yang tepat sehingga diminati dan menginspirasi para murid.
Guru tidak hanya mengajar tetapi juga menjadi teladan baik bagi para murid, sumber: Pexels.
Guru yang baik tidak hanya mengajar, tetapi juga memberikan teladan, membimbing, dan memotivasi siswa mencapai potensi maksimal mereka. Dengan demikian, pendidikan menjadi proses dinamis dan bermakna, mampu membawa perubahan positif dalam kehidupan individu dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan akhir, semoga pendidikan bukanlah pepesan kosong, tanpa makna. Pendidikan harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Proses mendidik dan didik-mendidik perlu mendapat perhatian serius agar dapat menghasilkan generasi yang berdaya saing tinggi.
Pendidikan bukan hanya soal menghafal dan menumpuk pengetahuan, tetapi juga soal menanamkan nilai-nilai, membentuk karakter, dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap individu. Dalam proses ini, seluruh komponen pendidikan perlu berkolaborasi guna menciptakan lingkungan belajar kondusif dan mendukung perkembangan peserta didik.
Peserta didik adalah subjek layanan utama dalam sistem pendidikan, dan guru memegang peran penting dalam mengembangkan berbagai talenta yang dimiliki oleh para murid. Guru bukan hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing, motivator, dan inspirator bagi siswa-siswi.
ADVERTISEMENT
Dalam upaya tersebut, guru perlu terus meningkatkan kompetensi dan profesionalisme, serta berusaha memahami kebutuhan dan potensi masing-masing peserta didik. Dengan demikian, pendidikan dapat menjadi wahana efektif dalam mengembangkan berbagai bakat dan kemampuan, serta mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan.