Konten dari Pengguna

Pendidikan Sebagai Kebutuhan Hidup Berdasarkan Perspektif John Dewey

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kolumnis, Cerpenis, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
5 November 2024 14:34 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pendidikan sebagai kebutuhan hidup, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pendidikan sebagai kebutuhan hidup, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
Dalam pandangan filsuf pendidikan John Dewey, pendidikan bukan hanya suatu proses belajar mengajar yang terjadi di ruang kelas. Dewey (2004) melihat pendidikan sebagai bagian hakiki dari kehidupan sosial, sebuah kebutuhan yang setara dengan makanan dan reproduksi bagi kehidupan fisiologis manusia.
ADVERTISEMENT
Melalui pendidikan, manusia dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sebagai makhluk sosial. Pendidikan, dalam pandangan Dewey, bukan sekadar pengalihan pengetahuan, melainkan sebuah proses pembaruan diri terus-menerus, di mana setiap generasi menyampaikan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki kepada generasi berikutnya.
Menurut Dewey (2004), sifat kehidupan pada dasarnya, berusaha agar tetap eksis. Namun, kehidupan itu tidak hanya tentang keberadaan secara fisik, tetapi juga tentang keberlanjutan sosial, nilai, dan makna yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Untuk menjaga keberlanjutan ini, tiap individu dan masyarakat perlu mengalami proses pembaruan secara terus-menerus. Hal tersebut tercermin dalam pernyataan Dewey bahwa pendidikan merupakan proses pembaruan diri secara sosial, yang dilakukan melalui transmisi pengalaman.
Komunikasi sebagai Inti Pendidikan
ADVERTISEMENT
Dewey (2004) menekankan bahwa pendidikan pada dasarnya terkait proses komunikasi. Komunikasi di sini bukan hanya sekadar bertukar informasi, tetapi sebuah proses di mana pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dibagikan sehingga menjadi milik bersama. Menurut Dewey (2004), komunikasi memiliki kekuatan mengubah karakter dari kedua pihak yang terlibat di dalamnya.
Dengan berbagi pengalaman, individu tidak hanya memperoleh pemahaman baru tetapi juga memperkaya dirinya dengan pandangan lebih luas. Bagi Dewey, makna paling mendalam dari interaksi sosial adalah kontribusi terhadap peningkatan kualitas pengalaman yang dimiliki setiap individu.
Dalam konteks ini, pergaulan manusia sehari-hari menjadi sangat edukatif, khususnya dalam interaksi antara orang yang lebih tua dan lebih muda. Generasi lebih tua, melalui komunikasi, berperan sebagai penghubung antara pengalaman masa lalu dan tantangan masa kini, memberikan perspektif yang dapat memperkaya pengalaman anak-anak muda dalam memahami dunia sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Dewey (2004), inilah dasar dari pendidikan yang efektif, yakni ketika nilai-nilai dan pengetahuan dibagikan dengan cara natural dalam kehidupan sosial sehari-hari.
Tantangan Kompleksitas Masyarakat dan Pendidikan Formal
Seiring berkembangnya struktur sosial dan sumber daya, Dewey mengamati bahwa kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran formal atau yang disengaja pun meningkat. Kompleksitas kehidupan modern menuntut pengajaran lebih terstruktur agar individu mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi.
Munculnya institusi pendidikan formal seperti sekolah adalah bentuk dari upaya masyarakat dalam memfasilitasi pembaruan diri secara terencana dan sistematis. Institusi-institusi ini membantu generasi muda menghadapi kompleksitas dunia yang semakin besar dan memungkinkan mereka mengakses berbagai pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan agar dapat bertahan dan berkembang.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi di sisi lain, Dewey (2004) memperingatkan adanya bahaya dari pendidikan formal berlebihan atau terlalu kaku. Dia khawatir bahwa pendidikan formal bisa menciptakan jurang antara pengalaman belajar yang diperoleh dalam hubungan sosial langsung dan apa yang diajarkan di sekolah. Fenomena ini kian relevan di era modern, ketika pengetahuan teknis dan keterampilan berkembang dengan pesat.
Menurut Dewey (2004), pendidikan harus mampu menyelaraskan antara pengalaman yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari dan apa yang dipelajari di sekolah. Jika tidak, akan ada risiko anak-anak hanya mendapatkan pengetahuan teoritis tanpa dapat menghubungkan dengan realitas sosial mereka, menciptakan kesenjangan antara pendidikan formal dan kehidupan nyata.
Menjaga Keseimbangan Pendidikan Formal dan Pendidikan Sosial
Pendidikan, bagi Dewey, bukan hanya soal apa yang terjadi di dalam ruang kelas, melainkan juga bagaimana seseorang belajar melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pembelajaran yang diperoleh melalui interaksi langsung sangat penting karena memberikan pemahaman kontekstual yang tidak selalu bisa didapatkan di sekolah. Oleh karena itu, tantangan bagi pendidikan modern adalah menemukan keseimbangan antara pendidikan formal dan pendidikan sosial.
ADVERTISEMENT
Sekolah perlu dirancang bukan sekedar sebagai tempat menyampaikan pengetahuan, tetapi juga sebagai lingkungan yang mendukung perkembangan sosial siswa. Dewey (2004) berpendapat bahwa pendidikan harus menjadi proses holistik, di mana pengetahuan teoretis yang diajarkan di kelas dilengkapi dengan pengalaman relevan dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pendidikan holistik, anak-anak tidak hanya dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan teknis, tetapi juga dengan pemahaman yang mendalam tentang masyarakat dan nilai-nilai yang penting dalam kehidupan sosial.
Menghadapi Tantangan di Zaman Modern
Pandangan Dewey tentang pendidikan juga menyoroti masalah yang semakin relevan di era modern, yaitu bagaimana pendidikan dapat menghadapi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam beberapa abad terakhir, perkembangan ini telah menciptakan keterampilan dan pengetahuan baru yang perlu dipelajari oleh generasi muda.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, semakin tingginya tuntutan akan keterampilan teknis juga meningkatkan risiko terjadi fragmentasi dalam pengalaman pendidikan. Pendidikan yang terlalu menitikberatkan pada keterampilan teknis tanpa mengintegrasikan pengalaman sosial dapat menciptakan individu yang kurang terhubung dengan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Dewey mengajak para pendidik untuk mempertimbangkan bagaimana pendidikan dapat menyesuaikan diri dengan tantangan era modern tanpa mengorbankan nilai-nilai fundamental yang membuat pendidikan bermakna. Bagi Dewey (2004), tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan individu agar dapat hidup dalam masyarakat dengan cara yang bertanggung jawab dan berdaya. Pendidikan efektif adalah pendidikan yang mampu menghubungkan antara keterampilan teknis dengan pemahaman sosial sehingga setiap individu dapat mengambil peran positif dalam masyarakat.
Catatan Akhir
Dalam gagasan John Dewey, pendidikan merupakan proses pembaruan diri yang tidak pernah berakhir, yang dibangun melalui komunikasi dan pengalaman bersama. Dia melihat pendidikan sebagai kebutuhan hidup yang sama pentingnya dengan nutrisi dan reproduksi bagi kelangsungan hidup fisiologis.
ADVERTISEMENT
Pendidikan efektif merupakan pendidikan yang tidak hanya mengajarkan keterampilan dan pengetahuan, tetapi juga menghubungkan siswa dengan pengalaman sosial kontekstual, membentuk individu yang siap menghadapi tantangan era modern dengan pemahaman mendalam tentang dunia sekitarnya.
Penting bagi siapa saja menjaga keseimbangan antara pendidikan formal dan pendidikan sosial agar tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan perlu menyelaraskan antara tuntutan teknis dan nilai-nilai sosial sehingga setiap individu memiliki kesempatan berkembang secara utuh.
Dalam pandangan Dewey, pendidikan yang berfungsi optimal bukan hanya sekadar proses belajar mengajar, tetapi juga sebuah upaya berkelanjutan guna memperbarui diri dan masyarakat demi tercapai kualitas kehidupan lebih baik.