Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kartun Upin dan Ipin: Paras Multikulturalisme dalam Serial Anak-anak
1 Januari 2023 11:36 WIB
Tulisan dari Distria Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Upin dan Ipin merupakan salah satu serial kartun yang berasal dari Malaysia dengan daya tarik penonton dari berbagai macam usia, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh sentuhan multikulturalisme yang terdapat di dalam lingkungan kehidupan mereka. Menurut A. S Hornby dalam Mat Nor Husin (1988) kartun adalah lukisan tentang peristiwa-peristiwa harian yang digambarkan secara menyenangkan dan menarik. Iskandar (1988) dalam buku yang sama juga mendefinisikan kartun sebagai sejenis lukisan yang mengisahkan hal sehari-hari secara berjenaka.
ADVERTISEMENT
Selain itu kartun ini selalu mengajarkan kepada kita tentang kebaikan dengan sentuhan gaya kehidupan anak-anak. Kartun ini menceritakan tentang dua anak kembar yatim piatu (Upin dan Ipin) yang dibesarkan oleh nenek mereka (Opah) dan seorang kakak perempuan bernama Ros. Jika kita melihat orang-orang di lingkungan pertemanan Upin dan Ipin, maka kita akan melihat berbagai macam latar belakang orang yang berbeda di dalam kartun ini baik dari warna kulit, suku, agama, hingga cara berbicara.
Ada Jarjit dan Paman Muthu yang berwarna kulit gelap dengan latar belakang beragama Hindu, hal itu dapat disaksikan dari salah satu episode Upin & Ipin ketika Jarjit dan Paman Muthu merayakan salah satu perayaan pemeluk Agama Hindu yang sering disebut “Deepavali” atau perayaan "Festival Cahaya" Upin beserta Ipin ikut membantu dalam persiapan acara tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu ada Mei-mei yang berwarna kulit putih dengan latar belakang keturunan Cina-Tionghoa beragama Konghucu. Hal tersebut dapat kita lihat di salah satu episode Upin dan Ipin ketika Mei-mei merayakan Hari Raya Imlek, Upin beserta Ipin turut serta membantu Mei-mei untuk mencari barang-barang yang dibutuhkan di dalam perayaan tersebut.
Terakhir ada Susanti yang digambarkan sebagai orang Indonesia disertai dengan cara berbicara sehari-harinya menggunakan Bahasa Indonesia disaat Upin dan Ipin beserta teman-teman yang lain menggunakan Bahasa Melayu-Malaysia ketika berbicara.
Ketika kita mengangkat tentang multikulturalisme berarti kita sedang membahas tentang istilah yang merujuk pada penjelaskan tentang pandangan orang-orang berupa keberagaman kehidupan di dunia, tentang kebudayaan, cara pandang, dan latar belakang yang menjelaskan kepada seluruh manusia bahwa di dunia ini adanya keberagaman, kebinekaan, pluralitas, sebagai realitas utama kita dalam memandang kehidupan bermasyarakat luas dengan mengikutsertakan nilai-nilai, moral, sistem budaya-sosial, dan politik yang kita anut.
ADVERTISEMENT
Menurut Syam (2019), secara etimologis multikulturalisme berasal dari dua kata, multi dan kultural. Multi berarti banyak atau jamak sedangkan kultural mengisyaratkan kaitannya dengan budaya. Jadi secara sederhana kata multikulturalisme mengaitkan dengan keberagaman budaya.
Sama ketika kita melihat tayangan kartun Upin dan Ipin saat mereka yang tetap hidup rukun dan saling menghargai perbedaan budaya yang ada tanpa membedakan satu sama lain yang berarti secara tidak langsung tayangan kartun ini mengajarkan kita untuk membangkitkan toleransi tentang kehidupan di dalam keberagaman.
Multikulturalisme juga merupakan sebuah ideologi yang menuntut kesatuan dari kelompok budaya yang beragam dengan status politik dan sosial yang berada dalam masyarakat yang modern. Menurut Syam (2019), multikulturalisme adalah suatu pandangan dunia yang kemudian diterjemahkan pada kebijakan budaya yang beragam yang menekankan pada penerimaan realitas keagamaan yang beragam serta ditemukan dalam kehidupan manusia yang memiliki implikasi politis, sosial, ekonomi, dan budaya serta memerlukan pengakuan dan legitimasi pluralisme budaya.
ADVERTISEMENT
Dalam salah satu ilmu yang mengkaji tentang masyarakat, sosial, komunikasi, dan pluralitas, 'Sosiologi Komunikasi' membahas semua nilai-nilai tersebut yang tentu mempunyai keterkaitan satu sama lainnya. Konsep mutikulturisme menurut Roald (2009) melihat bahwa pandangan dunia pada akhirnya dapat diimplementasikan dalam kebijakan tentang kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, ataupun agama.
Suatu kelompok yang memaknai dan mengimpletasikan multikulturalisme dengan benar akan menciptakan suasana ber-masyarakat yang sesuai dengan asas kebinekaan, sehingga akan tercipta kehidupan multikultur yang tenang dengan toleransi yang tinggi antara sesama manusia dengan latar belakang yang berbeda.
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan jika tanyangan kartun Upin dan Ipin ini bukan sekadar animasi bagi anak kecil saja. Sebagai salah satu negara yang memiliki tingkat keberagaman yang tinggi, Malaysia menekankan bahwa kebergaman tetap bisa hidup jika diterima dan dihargai dengan benar.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan Indonesia, sebagai salah satu negara majemuk dengan asas ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang artinya walaupun berbeda-beda kita tetap satu, haruslah setiap orang memandang multikulturalisme dengan pemaknaan yang baik serta mengimplementasikannya dengan benar ketika bertemu berbagai macam orang dengan latar belakang yang berbeda.
Orang-orang yang bisa menghargai perbedaan yang ada di sekitar mereka adalah orang-orang yang berhasil dalam mengimplementasikan ideologi multikulturalisme. Memaknai kehidupan adalah ketika kita dapat menerima satu sama lain tanpa mengucilkan salah satunya karena perbedaan latar belakang yang ada.
Dengan adanya serial kartun Upin dan Ipin ini semoga kedepannya semua orang dapat lebih sensitif dalam melihat suatu keberagaman dengan perspektif yang baik dan benar, bahkan jika suatu kelompok ingin dihargai maka kelompok tersebut juga harus menghargai perbedaan yang ada di dalam kelompok lain.
ADVERTISEMENT