Konten Media Partner

5 Fakta Warung di Solo Baru yang Viral Karena Jual Tengkleng Rp 150 Ribu Seporsi

9 Desember 2021 16:02 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warung tengkleng Bu Harsi di Solo Baru yang viral di media sosial. FOTO: Fernando Fitusia
zoom-in-whitePerbesar
Warung tengkleng Bu Harsi di Solo Baru yang viral di media sosial. FOTO: Fernando Fitusia
ADVERTISEMENT
SUKOHARJO-Tengkleng merupakan salah satu masakan khas Kota Solo. Masakan yang berisi tulang dan kepala kambing itu memiliki banyak penggemar.
ADVERTISEMENT
Hal itu membuat warung yang menjual kuliner berupa masakan tengkleng cukup mudah ditemukan di Solo dan sekitarnya. Pedagang sate kambing biasanya juga melengkapi menunya dengan masakan tengkleng.
Salah satunya adalah warung tengkleng Bu Harsi yang berada di kawasan Solo Baru, Sukoharjo. Warung ini bukanlah sebuah rumah makan besar namun hanya warung tenda yang memanfaatkan trotoar untuk tempat berjualan.
Harsi, demikian nama pedagang di warung itu, sudah berjualan selama lebih dari 20 tahun. Dia tetap berjualan meski pembelinya tidak begitu ramai.
Daftar harga menu di warung itu terpampang di spanduk depan warung. Menilik dari tulisan di spanduk itu, harga tengkleng di warung tersebut cukup terjangkau.
Di harga yang tertera, tengkleng dengan porsi besar dijual seharga Rp 30 ribu per porsi. Sedangkan ukuran kecil dijual seharga Rp 15 ribu seporsi.
ADVERTISEMENT
Namun, tulisan di spanduk itu berbeda dengan kenyataan. Beberapa pembeli ternyata harus merogoh kocek hingga Rp 150 seporsi.
Sebagian pembeli lantas menumpahkan kekecewaannya dengan menuliskan review di Google. Mereka juga memberikan penilaian yang buruk terhadap warung itu.

Viral di Media Sosial

Warung kaki lima itu dibicarakan di Instagram oleh akun @jelajahsolo. Akun itu mengunggah tangkapan layar review para pengguna Google terhadap warung tersebut.
Dalam tangkapan layar itu, hampir semua pengguna memberikan review yang buruk sehingga warung itu memiliki rating 1,1. Rata-rata mempersoalkan harganya yang dianggap ngepruk dan tidak wajar.
Sebenarnya, akun tersebut tidak menyebutkan nama warungnya secara spesifik. Namun, para pengguna Instagram justru menyebut nama warung itu secara jelas di kolom komentar.
ADVERTISEMENT
Belakangan, unggahan tersebut telah dihapus.

Warung Menjadi Sepi

Pemilik warung, Harsi mengaku kaget saat warungnya tiba-tiba menjadi sepi. Belakangan dia baru mengetahui bahwa warungnya ramai dibicarakan di media sosial.
Pada Kamis siang (09/12/2021), misalnya, dia baru mendapatkan satu pembeli. "Dari buka warung jam 07.00 WIB baru ada seorang pembeli," kata Harsi.
Sebelum viral, dia mengaku bisa menghabiskan bahan sebanyak 4 kilogram serta 2 kepala kambing dalam sehari. Saat ini dia harus mengurangi produksi hingga separuhnya.
Akibat sepinya pembeli dia selalu merugi setiap hari. Hasil penjualan tengklengnya tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan.

Penjual Sebut Harga Makanannya Wajar

Harsi menyebut bahwa dia tidak bermaksud mengambil untung besar dalam berjualan. Menurutnya, harga Rp 150 ribu untuk seporsi tengkleng komplet masih terhitung wajar.
ADVERTISEMENT
Sebab, tengkleng komplet itu berisi dua pipi kambing, dua telinga kambing, dua lidah kambing serta otak.
Selain menu tengkleng komplit, dia juga menyediakan tengkleng porsi kecil seharga Rp 15 ribu dan tengkleng porsi besar Rp 30 ribu.

Penjual Mengaku Tidak Bisa Baca Tulis

Sejumlah pembeli yang menulis review di Google merasa tertipu dengan harga di warung itu. Sebab harga yang diterapkan berbeda dengan harga yang tertera di spanduk.
Menanggapi hal tersebut, Harsi mengaku tidak berniat menipu pembeli. Dia berdalih spanduk itu dibuat oleh salah satu produsen kecap.
"Saya sendiri tidak bisa membaca dan menulis," katanya beralasan.
Hanya saja, pengalaman buruk itu menjadi pelajaran bagi dia. Harsi berencana akan membuat daftar harga secara lengkap dengan dibantu oleh Paguyuban Pedagang Kaki Lima Solo Baru.
ADVERTISEMENT
Saat ditemui, Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima Solo Baru, Sudarsi mengatakan bahwa para pedagang saat ini sudah memesan spanduk yang berisi daftar harga. "Soalnya Bu Harsi memang tidak bisa menulis," katanya.

Warung Sudah Berdiri Lebih Dari 20 Tahun

Meski banyak pembeli yang merasa kecewa hingga memberikan ulasan yang buruk, namun pada kenyataannya warung tersebut telah bertahan hingga sekitar 20 tahun.
Sejak awal buka, selalu saja ada pembeli yang jajan di warung tersebut setiap harinya. Sebagian merupakan pengunjung hotel yang ada di sekitar kawasan Solo Baru.
Hanya saja, jumlah pembeli juga tidak terlampau banyak sehingga warung tersebut tidak pernah berkembang meski sudah berdiri cukup lama. Warung tersebut tetap berujud warung tenda yang berjualan di atas trotoar.
ADVERTISEMENT
(Fernando Fitusia)