Konten dari Pengguna

Ironi Cryptocurrency, Cryptoasset, dan Bitcoin

19 April 2021 7:02 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Benny Sudrata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
(Flickr)
ADVERTISEMENT
Harga BITCOIN (BTC) kini mendekati Rp 1 miliar per unit. Ini membuat saya—yang diminta oleh teman-teman menjawab pertanyaan seputar harga saham di bursa dan cara-cara berinvestasi di pasar modal—ditanyakan juga tentang BTC.
ADVERTISEMENT
Apakah perbedaan investasi dengan membeli emas, saham, obligasi, atau tanah dengan investasi BTC dan sejenisnya?
Apa yang perlu kita pahami agar dapat menimbang risiko berinvestasi atau melakukan jual-beli BTC dan sejenisnya?
Akhir-akhir ini, tepatnya lima sampai enam tahun terakhir ini, saya melihat sudah banyak orang di Indonesia yang tertarik dan ikut berinvestasi dan memperdagangkan BTC dan sejenisnya walaupun banyak di antara mereka, kalau ditanya, apa itu BTC dan sejenisnya, mereka tidak tahu apa substansi dari BTC dan sejenisnya itu.
Saya akan banyak menggunakan kata "BTC dan sejenisnya" karena BTC hanyalah salah satu bentuk Cryptocurrency (CC) yang pada saat ini paling terkenal dan populer di dunia.
Jenis lainnya yang juga cukup populer, mungkin berada pada ranking kedua, adalah ETHEREUM.
ADVERTISEMENT
Jumlah jenis BTC lainnya ada sekitar 18 ribu dan ada sekitar 200 bursa tempat berjual-beli CC di seluruh dunia.
Di dalam tulisan ini saya tidak akan mendiskusikan mengenai kompleksitas coding dan cryptography, karena bukan bidang kepakaran saya.
Saya hanya akan mendiskusikan mengenai BTC dan sejenisnya dari aspek investasi dan perdagangannya serta risiko-risiko yang dihadapi oleh pemilik BTC dan sejenisnya dalam kaitannya dengan kerugian dan keuntungan yang akan dihadapi.
Lebih-lebih dengan berita-berita yang sedang hangat saat ini mengenai rencana COINBASE (salah satu platform perdagangan BTC) yang akan melakukan DIRECT LISTING (menjual sahamnya di bursa dengan tanpa melalui proses mengeluarkan saham baru) di Nasdaq (bursa saham, kebanyakan teknologi di Amerika serikat). Semakin menambah semarak pemberitaan BTC.
ADVERTISEMENT
Di samping itu kita bisa melihat juga masih banyaknya terjadi kontroversi di antara pendukung CC dengan yang anti CC, yang menganggap CC sebagai mimpi dan mereka sebutkan sebagai TECHNO ANARCHIST PROJECT.
PAUL KRUGMAN (pemenang Nobel dalam bidang ekonomi tahun 2008) mengatakan CC adalah semacam “CULT” yang berdasarkan pada FANTASI PARANOID PADA KEKUASAAN PEMERINTAH. Ingin membentuk mata uang sendiri tanpa kehadiran pemerintahan yang berdasarkan kekuatan politik.
Dan banyak lagi kontroversi yang akan kita diskusikan di dalam tulisan ini. Walaupun, karena terbatasnya ruang untuk menulis maka saya tidak bisa membahasnya dengan lebih luas.
Beberapa analis memperkirakan BTC muncul karena dipicu oleh krisis keuangan tahun 2008 di Amerika Serikat (AS), yang lebih dikenal dengan nama KRISIS SUBPRIME.
ADVERTISEMENT
Pada saat terjadi krisis subprime banyak sekali orang di AS mengalami kerugian dari investasi-investasinya di dalam instrumen-instrumen keuangan yang diakibatkan kecerobohan dalam pengelolaan keuangan yang mereka percayakan pada Fund Manager.
Ide dasar dari BTC adalah untuk menciptakan uang/alat tukar yang bisa tahan dari fenomena inflasi dan sebaliknya. Untuk mencapai tujuan itu mereka menginginkan agar mata uang tidak di bawah kontrol Bank Sentral negara, peer to peer transaction.
Penciptanya (mungkin ini bukan satu orang) menyebutkan dirinya dengan nama SATOSHI NAKAMOTO (SN). Yang sampai saat ini publik belum/tidak tahu siapakah orang/orang-orang ini.
Di sinilah, menurut pendapat saya IRONI tentang BTC sudah dimulai.
Kenapa saya katakan demikian? Jawabannya: BTC itu adalah merupakan CC yang diciptakan di dalam suatu sistem yang kita kenal dengan BLOCKCHAIN teknologi, jadi CC itu hanya merupakan computer code yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan penciptaan FIAT CURRENCY (FC).
ADVERTISEMENT
CC menjadi berharga dalam satuan FC karena banyak penggemarnya yang ingin memilikinya sebagai instrumen investasi atau untuk diperdagangkan.
Hukum pasar mengatakan bahwa semakin banyak supply barang maka harganya akan turun. Saat BTC diciptakan, dijanjikan bahwa BTC yang akan diedarkan hanya terbatas jumlahnya sebanyak 23 juta unit. Menurut data terakhir yang saya miliki per 20 Maret 2021, BTC yang sudah beredar sebanyak 18.660.000 unit.
Di sinilah ironi itu sudah sangat jelas. COMPUTER CODER-nya saja kita tidak tahu siapa? Lantas apakah kita bisa percaya bahwa jumlah unit CC yang dia edarkan akan seperti yang dia janjikan di dalam buku putihnya? (Buku putih ini semacam konstitusi mengenai hal-hal penting yang menyangkut beroperasinya CC dan perangkat penunjangnya yang dibuat untuk diketahui oleh publik).
ADVERTISEMENT
Hal seperti ini buat saya sangat mendasar. DI DALAM HAL INI YANG KITA HARUS PERCAYA ADALAH MANUSIANYA, bukan mesin atau piranti lunaknya. Mesin tidak bisa kita minta untuk bertanggung jawab dengan apa yang mereka perbuat.
Selain itu transparansi dari kebijakan untuk menambah atau mengurangi jumlah BTC tidak ada yang tahu karena SN tidak bisa diminta pertanggungjawabannya kalau sampai terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi karena beliau ini tidak jelas siapa dan di mana.
NAMUN DEMIKIAN DUNIA KELIHATAN SUDAH TIDAK PEDULI lagi dengan risiko yang dihadapi kalau mereka memiliki BTC. Dan lucunya kebanyakan yang ikut terlibat dan “menggoreng” di dalam spekulasi ini adalah orang-orang yang berpendidikan, terutama di bidang komputer.
ADVERTISEMENT
Ironi lainnya adalah SN ingin menciptakan mata uang di luar mata uang resmi pemerintah yang kita sebut FC, dengan mengatakan bahwa ini adalah bentuk demokratisasi keuangan dan kita harus percaya pada mesin.
Menurut saya ini adalah salah satu bentuk DEHUMANISASI, di mana inisiatif manusia diletakkan di bawah kontrol mesin yang diciptakan oleh manusia.
Di dalam buku putihnya disebutkan bahwa NODE (satuan anggota di dalam rangkaian blockchain) merupakan satuan yang independen dan menggunakan alamat dengan computer code juga, tanpa identitas legal seperti yang biasa kita gunakan lantas kalau password pemiliknya hilang atau terjadi penyalahgunaan, oleh hacker maka tidak ada yang bisa diminta pertanggungjawaban atau kita kehilangan kepemilikan kita atas BTC yang kita miliki.
ADVERTISEMENT
Kehilangan seperti ini tidak bisa kita bawa ke ranah hukum karena banyak faktor yang tidak dapat dibuktikan di dalam sistem hukum yang berlaku.
Cara untuk mendapatkan BTC selain dengan membeli di platform jual-beli CC, kita harus melakukan MINING (menambang). Berbeda dengan pengertian mining yang konvensional, seperti menambang emas, perak, timah, atau batubara, mining CC terjadi dengan protokol memperebutkan untuk memecahkan CODE suatu transaksi yang terjadi pada saat NODE-NODE yang ada di dalam jaringan blockchain melakukan aktivitas transaksi.
Node yang bisa memecahkan kode yang bersangkutan paling cepat akan mendapatkan insentif dari jaringan yang bersangkutan berupa BTC. Kita jangan membayangkan BTC itu berupa barang seperti emas atau perak yang bisa ditimbang atau dipegang, yang didapatkan adalah satu set code yang hanya bisa dibaca dengan protokol yang bersangkutan.
ADVERTISEMENT
Jadi BTC itu bukan berupa barang nyata seperti emas atau perak, hanya berupa semacam software komputer yang bagi kebanyakan orang awam cukup membingungkan dan penyimpanannya pun harus menggunakan CRYPTO WALLET.
Risiko lain yang di masa yang akan datang cukup akan menjadi gangguan adalah masalah besarnya data yang harus disimpan dan diproses di dalam jaringan blockchain yang mereka miliki.
Dengan semakin besarnya data yang harus disimpan dan diproses maka kemungkinan prosesnya menjadi lambat dan/atau bisa juga terjadi overload yang mengakibatkan jaringan yang tersedia tidak bisa melakukan tugasnya dengan baik atau prosesnya terhenti sama sekali. Penjelasan di atas saya kira sudah cukup untuk saya mengatakan seperti juga dikatakan oleh pakar-pakar keuangan lainnya: "IN CODE WE TRUST."
ADVERTISEMENT
Kalau kita melakukan transaksi di luar dunia crypto, kita masih bisa mengkoreksi kalau ada kesalahan. Tetapi di dunia crypto, kesalahan sudah tidak dapat kita koreksi karena mesin tidak bisa melakukan proses secara terbalik.
Untuk merealisasikan agar transaksi tidak dapat di-REVOKE (ditarik kembali) maka mereka membuat SMART CONTRACT. Untuk istilah ini, seorang pakar dari MIT, saya lupa namanya, menyebutkan dengan istilah yang sangat tepat: "CODE IS LAW."
Di dalam kasus ini pendukung dunia crypto rupanya sedang berusaha mengubah sistem hukum ke dalam bahasa mesin. Ini juga merupakan ironi yang sangat tidak masuk akal pada saat ini karena sistem hukum di dunia ini berbeda dari satu negara dengan negara lainnya dan hukumnya didukung oleh kekuatan politik suatu negara untuk dapat ditegakkan.
ADVERTISEMENT
Jangan lupa sistem hukum itu merupakan konsensus budaya, sosial, dan politik yang secara de facto ada di dalam suatu negara dan sudah dibangun berabad-abad lamanya. Apakah sistem hukum ini dapat digantikan oleh mesin yang hanya bisa bekerja sesuai dengan pembuat protokol komputer saja? Saya kira hal ini hanya merupakan UTOPIA dari pakar komputer. Seperti halnya utopia Marx mengenai dunia tanpa adanya kelas sosial.
Mimpi SN untuk menciptakan uang yang stabil dan tidak dapat dimakan oleh inflasi/deflasi sebenarnya sudah tidak dapat dicapai.
Dengan harga BTC sudah mendekati Rp 1 miliar per unit atau kurang lebih USD 70 ribu per unit, sedangkan pada bulan Juni 2020 harga per unitnya hanya sekitar USD 10 ribu berarti di dalam kurun waktu sepuluh bulan mengalami kenaikan 700%.
ADVERTISEMENT
Bisa kita bayangkan KEKACAUAN YANG TERJADI kalau mata uang yang digunakan secara luas di dunia mengalami apresiasi sebesar 700% dalam kurun waktu sepuluh bulan, apa yang akan terjadi pada perekonomian dunia?
Banyak orang menggunakan istilah CC untuk mengatakan protokol komputer ini. Namun banyak pakar tidak setuju dengan istilah CC, mereka lebih suka menggunakan istilah Cryptoasset (Crypto Asset) bukan CURRENCY karena currency lebih tepat digunakan untuk menyebutkan FC yang diterbitkan oleh Bank Sentral suatu negara dan dilindungi oleh undang-undang di negaranya masing-masing dan pada level internasional dilindungi oleh lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui IMF (international monetary fund).
CC dianggap sebagai aset yang diperlakukan sebagai barang yang bisa dibuat spekulasi dan fluktuasinya tidak mengganggu perekonomian secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Dari semua jenis aset, hanya emas lah yang pernah digunakan secara resmi harganya dikaitkan dengan FC (dolar Amerika Serikat) yang kaitannya sudah dicabut sejak pemerintahan presiden Nixon pada bulan Agustus 1971. Saya cenderung sependapat dengan orang-orang mengkategorikan CC sebagai aset non currency dan tidak bisa menggantikan kedudukan FC.
Sebagai kesimpulan, BTC ini memang banyak sekali penggemarnya walaupun dari sekian banyak penggemarnya itu mungkin hanya sebagian kecil yang tahu persis apa itu BTC.
Sisanya hanya ikut-ikutan yang terkena efek FOMO (takut tidak bisa ikut pesta). Sekarang saya ingin menekankan kembali, EMAS berharga karena banyak penggemarnya dan untuk mencari emas dibutuhkan usaha yang cukup sulit, dan emas bukan diciptakan oleh manusia melainkan tercipta karena proses alam. Apakah kesulitan menambang emas dapat disamakan dengan menambang BTC?
ADVERTISEMENT
Menambang BTC selain dibutuhkan hardware yang mahal, dibutuhkan juga tenaga listrik yang besar, mengenai softwarenya sudah tersedia, tinggal colokkan peralatan ke sumber listrik maka pekerjaan menambang BTC sudah langsung berjalan. Pendukung BTC mengatakan bahwa proses Ini adalah desentralisasi. Apakah demikian?
Menurut saya proses ini adalah proses sentralisasi. Karena proses menambang ini terjadinya di satu tempat, di dalam jaringan blockchain, pembuat program komputernya SN (bisa satu orang atau banyak orang, kita belum tahu), berarti SN ini bisa mengubah segala macam protokol yang ada di dalam jaringan tanpa bisa diketahui oleh siapapun, berarti kuasa inipun tersentralisasi pada SN.
Anehnya publik percaya saja dengan perkataan: Ini adalah proses yang handal dan tepercaya, ini kepercayaan yang membabi buta. Namun demikian saya juga cenderung setuju dengan orang-orang yang berpendapat: teknologi blockchain-nya cukup baik dan bisa digunakan di bidang-bidang lain yang membutuhkannya.
ADVERTISEMENT
BTC-nya sendiri adalah TOY BARU BUAT DUNIA PERDAGANGAN DAN INVESTASI yang pada saat ini memang dibutuhkan untuk mengalihkan kelebihan likuiditas di dunia.
Apakah BTC tidak bisa memberikan keuntungan buat investor dan trader BTC? Apapun di dalam dunia spekulasi bisa membawa keuntungan dan kerugian buat pemainnya. Tetapi sama sekali tidak banyak membawa keuntungan/nilai tambah bagi perekonomian karena permainan ini seperti perjudian yang selalu menciptakan ZERO SUM GAME.
Atau, mungkin sekarang, adrenalin yang dinikmati para spekulan sudah dapat diperhitungkan sebagai nilai tambah ekonomi, semacam kepuasan pada saat kita mengkonsumsi makanan? Silakan sidang pembaca untuk menilainya!