Konten dari Pengguna

5 Fakta Virus Nipah yang Dikhawatirkan Jadi Pandemi Baru

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
27 Januari 2021 16:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi virus corona. Foto: AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: AP Photo
ADVERTISEMENT
Di tengah pandemi virus Corona yang belum terkendali, ilmuwan sudah mengkhawatirkan ancaman virus Nipah (NiV). Melansir dari kumparanSAINS, Supaporn Wacharapluesadee yang merupakan peneliti senior di Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre di Thailand berpacu dengan waktu untuk mengidentifikasi ancaman pandemi berikutnya.
ADVERTISEMENT
Virus Nipah menjadi perhatian karena tingkat kematian yang disebabkan virus ini mencapai 40 hingga 75 persen dan belum ada vaksin yang dikembangkan. Berbeda dengan COVID-19 yang baru diidentifikasi, virus ini telah ditemukan sejak 1999.
Meski demikian, virus Nipah tetap menyimpan ancaman besar sehingga patut diwaspadai. Berikut ini adalah deretan fakta virus Nipah yang dirangkum dari berbagai sumber:

Pertama Diidentifikasi di Malaysia

Mengutip dari BBC, wilayah tropis Asia dengan keanekaragaman hayati yang kaya merupakan ‘rumah’ bagi banyak patogen yang dapat memunculkan virus baru. Meningkatnya populasi manusia dan kontak antara manusia dan hewan liar di kawasan ini juga menambah faktor risiko.
Virus Nipah pertama kali diidentifikasi pada 1999 ketika terjadi wabah di kalangan peternak babi di Malaysia. Melansir dari jurnal Lessons from the Nipah virus outbreak in Malaysia, wabah ini terjadi dari September 1998 hingga Mei 1999 di negara bagian Perak, Negeri Sembilan, dan Selangor.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 265 kasus ensefalitis (radang otak) akut dengan 105 kematian oleh virus dilaporkan selama wabah tersebut.

Berasal dari Kelelawar Buah

Kelelawar. Foto: Wikimedia Commons
Berdasarkan laporan WHO, kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae merupakan inang alami dari virus Nipah. Virus ini juga dapat menyebabkan penyakit parah pada hewan seperti babi.

Mengancam Asia

Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/Reuters
Selain Malaysia, wabah virus Nipah juga pernah terjadi di Bangladesh pada 2001 hingga 2011. Sebanyak 196 orang dilaporkan terinfeksi dan 150 orang meninggal akibat virus tersebut. Penyakit ini juga telah diidentifikasi secara berkala di India bagian timur.
Virus ini juga berpotensi muncul di negara-negara yang memiliki populasi kelelawar Pteropodidae. Menurut WHO negara-negara tersebut meliputi Kamboja, Ghana, Indonesia, Madagaskar, Filipina, dan Thailand.
ADVERTISEMENT

Cara Penularan

Pada kasus di Malaysia, penularan diperkirakan terjadi melalui kontak manusia dengan kotoran babi atau jaringan tubuh hewan yang sakit. Sebagaimana diketahui, virus Nipah juga menginfeksi hewan seperti babi.
Pada wabah di Bangladesh dan India, konsumsi buah-buahan yang terkontaminasi urin atau air liur kelelawar buah yang terinfeksi virus Nipah diperkirakan menjadi sumber penularan.
Virus ini juga dapat ditularkan dari manusia ke manusia lainnya. Selama wabah di Bangladesh dan India, virus Nipah dilaporkan menyebar melalui kontak dekat dengan sekresi dan ekskresi orang yang terinfeksi.

Gejala Virus Nipah

Masih melansir dari laporan WHO, seseorang yang terinfeksi virus Nipah awalnya mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah, dan sakit tenggorokan.
ADVERTISEMENT
Gejala diikuti dengan kelelahan dan tanda-tanda neurologis yang mengindikasikan Ensefalitis atau radang otak. Beberapa orang juga dapat mengalami pneumonia dan masalah pernapasan parah.
Kebanyakan orang yang sembuh dari ensefalitis akut dapat sembuh total. Tetapi sekitar 20% pasien dilaporkan mengalami konsekuensi neurologis dari penyakit tersebut, seperti kejang dan perubahan kepribadian.
(ERA)