Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Apa Arti dari Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila?
1 Oktober 2024 13:53 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak di bangku Sekolah Dasar (SD) kita dikenalkan dengan Pancasila. Setiap sila harus dijadikan fondasi kehidupan bagi bangsa Indonesia. Lalu, tahukah Anda apa arti dari prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila ?
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Pancasila oleh Suharta, S.Pd, M.A., Pancasila adalah dasar negara yang dirancang untuk mengatur kehidupan bernegara dan mengatur. Setiap aktivitas yang dilakukan di Indonesia harus sejalan dengan prinsip-prinsip Pancasila.
Untuk memahami apa arti dari prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila, simak penjelasan di bawah ini.
Memahami Apa Arti dari Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sila pertama dari Pancasila. Sebelum mengetahui apa arti dari prinsip sila tersebut, akan dibahas terlebih dahulu secara singkat tentang Pancasila.
Berdasarkan buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan oleh Sarinah dkk., Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata panca dan sila. Panca memiliki arti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Maka, dapat diartikan bahwa Pancasila adalah lima prinsip utama masyarakat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
ADVERTISEMENT
Salah satu prinsip Pancasila yakni tercantum dalam sila pertamanya. Lantas, apa arti dari prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila?
Secara singkat, dalam sila tersebut memiliki makna bahwa Indonesia adalah bangsa yang percaya akan adanya Tuhan. Adapun, uraian lengkap tentang makna dari prinsip tersebut dapat dilihat di bawah ini, dikutip dari laman kemhan.go.id:
ADVERTISEMENT
Makna Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Soekarno
Berdasarkan artikel ilmiah berjudul Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Sebagai Landasan Eksistensi Ahmadiyah di Indonesia oleh Daniel Dagur dan Mathias Jebaru Adon, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang, nilai-nilai Pancasila tak hanya digagas oleh Ir Soekarno. Namun, ia turut andil dalam merumuskan, merangkum, dan memformulasikan sila pertama.
Maka, dapat dikatakan bahwa Soekarno hanyalah perumus, bukan pencipta Pancasila. Hal ini juga diakui Soekarno dalam pidatonya, yaitu:
"Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri.
Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad saw, orang Buddha menjalankan ibadahnya menurut kitab-kitab yang ada padanya.
ADVERTISEMENT
Demikian halnya dengan rakyat Indonesia yang menganut kepercayaan lokal hendaknya dengan tiada "egoisme-agama".
Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa."
Dari pidato tersebut, dapat disimpulkan bahwa Soekarno menegaskan setiap warga negara Indonesia bebas menganut aliran kepercayaan sesuai keyakinan masing-masing. Hal ini dijamin negara sebab dasar negara Indonesia merdeka adalah negara bertuhan.
Melalui sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Soekarno hendak mendeskripsikan dimensi keagamaan bangsa Indonesia yang telah ada sejak zaman pra-Hindu. Dimensi agama ini ternyata memiliki peran penting untuk menentukan moral hidup bersama.
Dimensi tersebut menjadi landasan nilai kebenaran, kebaikan, dan keadilan yang dipegang dalam kehidupan masyarakat bersama.
Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa bermaksud supaya dalam negara Indonesia, semua rakyat dapat menyembah Tuhan secara luas. Soekarno menyadari adanya realitas pluralitas agama di Indonesia sehingga ia menghendaki agar dasar negara Indonesia merdeka mesti mampu mengayomi setiap agama yang ada.
ADVERTISEMENT
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sila pertama menekankan nilai kebebasan beragama untuk setiap warga Indonesia. Sila pertama juga menghormati dan menghargai setiap pilihan agama orang lain.
Adapun, Pancasila sudah ada sejak ribuan tahun meskipun belum dirumuskan secara resmi. Pancasila ada pada jiwa bangsa Indonesia, termasuk sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pancasila tidak dirumuskan dari nilai-nilai yang berasal dari luar negeri, melainkan berasal dari nilai-nilai yang telah ada dan dihidupkan para leluhur bangsa Indonesia. Hal tersebut ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan nilai keagamaan.
Sejarah Perumusan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei 1945, Soekarno hanya menyampaikan empat prinsip dasar negara, yakni kebangsaan, perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, dan kesejahteraan nasional.
ADVERTISEMENT
Mengutip artikel kumparanNEWS berjudul "Asal Mula Sila Ketuhanan Yang Maha Esa", selain Soekarno, tokoh yang mengusulkan dasar negara adalah Muhammad Yamin dan Soepomo. Muhammad Yamin mengusulkan peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.
Kemudian, Soepomo mengusulkan tentang persatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, dan keadilan rakyat.
Tokoh lainnya yaitu, Wiranatakoesoema, Soerio, Soesanto Tirtoprodjo, Dasaad, Agus Salim, Muhammad Hatta, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Woerjaningrat, Radjiman Wediodiningrat, hingga Liem Koen Hian mengusulkan tentang pentingnya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial.
Namun, semua usulan yang diajukan masih dalam bentuk serabutan dan simpang siur. Pada 1 Juni 1945 saat sidang kedua BPUPKI, Soekarno menyampaikan pidato tentang prinsip terakhir dari lima dasar negara yang saat ini menjadi sila pertama Pancasila.
ADVERTISEMENT
"Marilah kita di dalam Indonesia Merdeka yang kita susun ini, sesuai dengan itu, menyatakan bahwa prinsip kelima daripada negara ini ialah ketuhanan yang berkebudayaan, ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain."
Usai Soekarno menyampaikan pidatonya, pembahasan dasar falsafah negara pun menemukan titik terang. Pada tanggal tersebut, nama Pancasila lahir menggunakan lima prinsip yang dikemukakan Soekarno.
Soekarno mendapatkan konsep ketuhanan dari para ulama yang pernah ia temui. Diketahui bahwa Soekarno sudah dekat dengan Sarekat Islam dan para ulama di dalamnya sejak muda.
Ia pernah bertemu dengan Syekh Abbas Abdullah Padang Japang, pendiri Perguruan Darul Funun el Abbasiyah (DFA) pada 1942. Keduanya pun membicarakan perihal dasar negara Indonesia. Syekh Abbas mengemukakan bahwa negara Indonesia yang akan didirikan harus berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
ADVERTISEMENT
Menurut Syekh Abbas, apabila hal tersebut diabaikan, revolusi tak akan membawa hasil sesuai yang diharapkan.
Kemudian, konsep sila pertama semakin menguat saat Soekarno berbincang dengan Muhammad Yamin, K.H Masjkur, Wahid Hasyim, dan Kahar Mudzakir yang membahas dasar negara pada malam menjelang 1 Juni 1945.
Dalam perumusan sila pertama terjadi perdebatan, yang semula berisi "Ketuhanan, dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diusulkan menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".
Makna Simbol Sila Pertama Pancasila
Simbol-simbol Pancasila dapat dilihat dari Garuda Pancasila , yaitu seekor burung dengan perisai di dadanya. Perisai tersebut berisi simbol yang mewakili setiap sila dalam Pancasila.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan gambar bintang tunggal dengan lima sudut yang terletak di bagian tengah perisai burung Garuda. Lambang tersebut dianggap sebagai cahaya kerohanian yang dipancarkan Tuhan untuk setiap umatnya.
ADVERTISEMENT
Latar belakang dari lambang bintang tunggal adalah hitam yang melambangkan warna alam yang asli sebelum dunia terbentuk. Berdasarkan situs resmi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia, simbol bintang mewakili bangsa Indonesia yang dikenal religius.
Hal tersebut menunjukan bahwa bangsa Indonesia memiliki warga negara yang beriman, taat, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing.
Ada makna filosofis kenapa simbol-simbol Pancasila berada pada sebuah perisai yang dikenakan burung garuda. Hal ini menunjukkan bahwa burung garuda merupakan lambang Indonesia dan Pancasila merupakan dasar negara yang selalu melekat pada bangsanya.
(NSF)