Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Ceng Beng 2024 Kapan? Ini Tanggal dan Sejarah Tradisinya
27 Februari 2024 13:38 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ceng Beng adalah salah satu hari penting dalam kepercayaan masyarakat Tiongkok dan penganut agama Konghucu . Pada hari tersebut, setiap orang akan berkumpul dengan keluarganya lalu melakukan ziarah ke makam orang tua atau leluhur. Lantas, hari Ceng Beng 2024 kapan berlangsung?
ADVERTISEMENT
Perhitungan hari Ceng Beng dilakukan berdasarkan kalender lunar yang digunakan dalam tradisi masyarakat Tiongkok . Hari besar ini biasanya jatuh pada 15 hari setelah ekuinoks musim semi. Ekuinoks sendiri adalah istilah yang merujuk pada fenomena ketika siang dan malam memiliki durasi yang sama panjang.
Selain Ceng Beng, hari besar ini juga disebut dengan Festival Qingming, Hari Peringatan China, Hari Menyapu Makam, dan Hari Leluhur. Tradisi ini sudah berlangsung lebih dari ribuan tahun lalu dan masih lestari sampai sekarang.
Ceng Beng 2024 Kapan?
Menurut informasi dari situs Tionghoa Info, tradisi Ceng Beng jatuh di antara tanggal 4, 5, atau 6 April. Tanggal tepatnya tergantung pada adanya tahun kabisat atau tidak.
Tahun ini, hari Ceng Beng jatuh pada hari Kamis, 4 April. Ini karena tahun 2024 termasuk tahun kabisat yang hanya terjadi 4 tahun sekali.
ADVERTISEMENT
Di Tiongkok, hari Ceng Beng selalu ditetapkan sebagai hari libur nasional. Sementara di Indonesia, hari besar masyarakat Tionghoa ini tidak termasuk hari libur.
Sejarah Tradisi Ceng Beng
Berdasarkan informasi dari situs Public Holidays, Ceng Beng atau Festival Ching Ming (Qingming) adalah tradisi Tiongkok yang dimulai sejak 500-700 tahun sebelum Masehi. Dengan kata lain, tradisi ini sudah berusia kurang lebih 2.500 tahun.
Menurut situs National Today, tradisi ini lahir dari kisah seorang pelayan bernama Jie Zitui yang mengabdi kepada Pangeran Chong' eh. Menurut legenda, Jie Zitui pernah diasingkan bersama tuannya dalam waktu yang lama dan tanpa makanan.
Selama pengasingan itu, Pangeran Chong' eh hampir saja mati kelaparan. Namun, Jie memotong daging pahanya sendiri untuk diolah menjadi sup lalu diberikan kepada tuannya.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, Pangeran Chong' eh kembali mendapatkan kekuasaannya dan menjadi raja. Sang raja mencoba membawa pelayan setianya itu ke istana, tapi Jie tak tahan melihat korupsi dalam istana sehingga lebih memilih pensiun dan pindah ke hutan.
Raja pun menurunkan titah untuk membakar hutan dengan harapan Jie akan keluar dari hutan itu. Namun naas, Jie dan ibunya justru meninggal dalam kebakaran hutan.
Sang raja akhirnya dirundung perasaan bersalah dan sesal. Kemudian ia mendirikan sebuah kuil untuk menghormati pelayan setianya itu. Rakyat pun diminta berhenti menyalakan api selama sebulan untuk menghormati Jie.
Pada waktu itu, rakyat juga terpaksa mengonsumsi makanan dingin karena penggunaan api dilarang. Kebijakan ini berlangsung selama sebulan dan mengakibatkan kekurangan gizi bahkan kematian pada beberapa orang.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, tradisi mengenang Jie ini dikurangi menjadi tiga hari dalam periode kerajaan Tiongkok berikutnya. Pelaksanaan tradisi ini juga digeser ke musim semi untuk menghindari korban berjatuhan selama musim dingin.
(DEL)